1. Termasuk misi rahasia sekaligus segi negative demonstrasi, ia merupaka alat dan penyebab habisnya semangat rakyat, karena ketika mereka keluar, berteriak-teriak dan berkeliling jalanan, maka mereka kembali ke rumah-rumah mereka dengan semangat yang telah sirna serta kecapaian yang luar biasa. Padahal, yang wajib bagi mereka adalah menggunakan semangat tersebut untuk taat kepada Allah, mempelajari ilmu yang bermanfaat, berdo’a dan mempersiapkan diri untuk menghadapi musuh, sebagai bentuk pengalaman firman Allah azza wa jalla:
“Dan siapkanlah untuk menghadapi mereka kekuatan apa saja yang kamu sanggupi dan dari kuda-kuda yang ditambat untuk berperang (yang dengan persiapan itu) kamu menggentarkan musuh Allah, musuhmu dan orang-orang selain mereka yang kamu tidak mengetahuinya; sedang Allah mengetahuinya. Apa saja yang kamu nafkahkan pada jalan Allah niscaya akan dibalasi dengan cukup kepadamu dan kamu tidak akan dianiaya.” [QS.al-Anfal/80: 60]
2. Di dalam demonstrasi tersimpan kemungkaran yang begitu banyak, seperti keluarnya wanita (ikut serta demonstrasi, padahal seharusnya dilindungi di dalam rumah, bukan di jadikan umpan), demikian pula anak-anak kecil, serta adanya ikhtilath, bersentuhan kulit dengan kulit, berdua-duaan antara laki-laki dan perempuan, ditambah lagi lagi ‘hiasan’ berupa celaan, umpatan keji, omongan yang tidak beradab. Ini semua menunjukkan keharaman demonstrasi.
3. Islam memberikan prinsip bahwa segala sesuatu yang kerusakannya lebih banyak dari kebaikannya maka dihukumi haram. Mungkin saja demonstrasi berdampak pada turunnya harga barang-barang dagangan, tetapi kerusakannya lebih banyak daripada kemaslahatannya, lebih-lebih jika berkedok agam dan membela tempat-tempat suci.
4. Demonstrasi, terkandung di dalamnya kemurkaan Allah Ta’ala dan juga merupakan protes terhadap takdir, karena Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
“Jika Allah mencintai suatu kaum maka Allah akan menguji mereka. Jika mereka ridho maka mereka akan diridhoi Allah. Jika mereka marah maka Allah juga marah kepada mereka.” [HR.at-Tirmidzi di dalam Jami’nya: 4/601 dan Ibnu Majah di dalam Sunan-nya: 2/1338 dan dihasankan oleh Syaikh al-Albani di dalam Shohihul Jami’: 2110]
Sebelum Perang Badar Nabi ber-istighotsah (memohon pertolongan di waktu penting) kepada Allah. Hal ini diabadikan oleh Allah dalam firman-Nya:
“(Ingatlah), ketika kamu memohon pertolongan kepada Tuhamu, lalu diperkenankan-Nya bagimu: “Sesungguhnya Aku akan mendatangkan bala bantuan kepada kamu dengan seribu malaikat yang datang berturut-turut.” [QS.al-Anfal/8: 9]
Beliau juga merendahkan diri kepada-Nya sampai selendang beliau terjatuh. Beliau memerintahkan kepada para Sahabat radhiyallahu ‘anhum untuk bersabar menghadapi siksaan kaum musyrikin. Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam dan para sahabatnya sama sekali tidak pernah mengajak demonstrasi padahal keamanan mereka diguncang, mereka di siksa dan dizholimi. Maka, demonstrasi bertentangan dengan ajaran kesabaran yang diperintahkan oleh Allah ketika menghadapi kezholiman para penguasa serta ketika terjadi tragedy dan musibah.
5. Demonstrasi merupakan kunci yang akan menyeret pelakunya untuk memberontak terhadap para penguasa, padahal kita dilarang melakukan pemberontakan dengan cara membangkang kepada mereka. Betapa banyak, demonstrasi yang mengantarkan suatu negara menuju kehancuran, sehingga timbullah pertumpahan darah, perampasan kehormatan, dan harta benda serta tersebarlah kerusakan yang begitu luas.
6. Demonstrasi menjadikan orang-orang dungu, wanita dan orang-orang yang tidak berkompeten bisa berpendapat. Dalam perkara yang besar dan berdampak luas, orang-orang yang bukan ahlinya ikut berbicara. Sehingga, memungkinkan tuntunan mereka dipenuhi meskipun merugikan mayoritas masyarakat. Bahkan, orang-orang dungu dan jahat serta kaum wanita yang banyak mengobarkan demonstrasi; mereka yang mengontak dan memprovokasi massa!
7. Para pengobar demonstrasi senang kepada siapa saja yang berdemo bersama mereka, walaupun dia seorang pencela sahabat Nabi, tukang ngalap berkah dari kuburan-kuburan bahkan sampaipun orang-orang musyrik. Sehingga akan anda dapati seorang yang berdemo dengan mengangkat al Qur’an, disampingnya orang mengangkat salib (Nasrani), yang lain membawa bintang Dawud (Yahudi); dengan demikian, demonstrasi merupakan lahan bagi setiap orang yang menyimpang, kafir, dan ahli bid’ah.
8. Hakikat para demonstran adalah orang-orang yang hidup di dunia seraya menebarkan kerusakan, mereka membunuh, merampas, membakar, menzholimi jiwa dan harta benda. Sampai-sampai ada seorang pencuri menyatakan: “Sesungguhnya kami gembira jika banyak demonstrasi, karena hasil curian dan rampasan menjadi banyak bersamaan dengan berjalannya para demonstran.” (!)
9. Para pendemo pada hakikatnya mengantarkan jiwa mereka menuju pembunuhan dan siksaan, padahal Allah telah melarangnya dalam firman-Nya:
“…Dan janganlah kamu membunuh dirimu. Sesungguhnya Allah Maha Penyayang kepadamu.” [QS.an-Nisa’/4: 29]
Para demonstran pasti akan mengalami bentrokan dengan petugas keamanan sehingga mereka akan disakiti dan dihina, sedangkan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam telah bersabda:
“Seorang mukmin tidak boleh menghinakan dirinya.” Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam ditanya: “Bagaimana seorang mukmin menghinakan dirinya?” Beliau menjelaskan: “(Yakni) dia menanggung bencana di luar batas kemampuannya.” (HR.at-Tirmidzi di dalam Jami’-nya: 4/522 dan Ibnu Majah di dalam Sunan-nya: 2/1332 dan dishohihkan oleh Syaikh al Albani di dalam Silsilah Shohihah: 2/170) (Lihat Demonstrasi, Solusi atau Polusi oleh Syaikh Syu’aiyyid bin Hulaiyyil al Umar dalam Majalah al-Asholah Yordania Edisi 38 hal.76-80)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Silahkan kasih komentar, dengan syarat menjaga adab-adabnya, tidak mengandung kata-kata kotor, makian dan sebagainya. Dan kami tidak melayani perdebatan atas sesuatu yang telah jelas dari al-Qur'an, as-Sunnah dan Ijma', namun jika ada hal yang masih samar, silahkan tanyakan