Pendekar Sunnah - Abu Fajri Khusen's Blog

Selasa, 30 November 2010

Pacaran ? Nggak Ah !


Pacaran ? Nggak Ah !

Hmm...dari judulnya aja udah pastinya seru dibahas nih, apalagi kalo udah ngomongin cinta-cintaan nggak bakalan ada habisnya buat dibahas. Dari jaman baheula sampai sekarang yang namanya cinta selalu seru untuk diobrolin. Lihat deh acara-acara di tivi kebanyakan tentang percintaan. Nggak ketinggalan majalah remaja, tabloid, novel, sinetron, film layar lebar sampe reality show semua isinya perintaan. Bahkan ada roti yang merknya cinta. Kalo masih kurang, lagu-lagu anak band sekarang tidak jauh dari lirik-lirik cinta.
So. Nilai jual cinta nggak bakalan turun (cie...cinta kok dijual ?). termasuk tulisan ini juga akan membahas tema yang sama. Tapi sudut pandangnya Islam, karena saya seorang muslim.
Akhi wa ukhti, bro er sis, cinta itu anugerah. Dateng gitu aja, tiba-tiba muncul tanpa diundang (dah kayak jelangkung !). Nggak peduli tua atau muda, cantik atau jelek, ganteng atau tampan (loh ? curang nih cowok). Love doesn’t know difference deh. Artinya lihat sendiri di kamus, jangan tanya saya ya !
Contoh cowok kalo udah suka sama cewe, bisa lupa segalanya, mulai dari ngelamun, ketawa sendiri, kesurupan, (ih...amit-amit) sampe rela ngelakuin apa aja demi ceweknya. Padahal bisa aja dimanfaatin, aji mumpung jalan kemana aja dibayarin, dari makan sampae nonton. Ini cewek matre atau sekedar numpang makan (ngirit banget lo !), atau mungkin dia punya prinsip “se efesien mungkin”. Kalo ada yang gratisan kenapa nggak ? pletak !
Wadooh yang ceweknya nggak pada empati tuh, kali aja si cowok udah mati-matian nabung sebulan penuh, sampe hutang kanan kiri juga kali ya ? (nah loh ada yang kesindir tuh ya ? He...He...). Tapi kalo sampe para cewek dituduh matre or numpang makan doang, kayaknya cewek-cewek pada nggak setuju nih. Tapi tenang sis, nggak semua cewek kayak gitu kok (jiah, pembelaan ini cuma contoh takutnya ane dicakar-cakar sama cewek-cewek, peace).
Eh, ada yang protes nggak kalo masalah pacaran dikaitkan dengan Islam ? Biasanya kalo protes itu mikirnya gini. “Yang penting kan ibadahnya ? Ngapain kudu disangkut pautkan dengan Islam. Pacaran aja selama itu nggak ganggu orang lain dan nggak sampe berzina.” Hm...
Bro, Islam udah ngasih aturan yang jelas, harusnya kita bisa menerima Islam secara kaaffaah, bukan sebatas ritualnya aja atau dijadikan formalitas aja. Aturannya menyangkut semua hal, mulai dari aturan negara sampe aturan untuk individu. Jangan sampe di antara kamu ada yang rajin ngaji, shalat juga nggak ketinggalan, tapi maksiat tetep jalan. Haduch...STMJ tuh mah (sholat teus maksiat jalan). Shalat sih shalat tapi soal maming alias malam mingguan kamu ngerasa wajib untuk hadir ke rumah pacar kamu, malah lebih wajib ketimbang shalat jum’at. Niat ngapel sambil pamit sama ortu si pacar, mau ngajak jalan-jalan cari udara segar (cari aja oksigen di rumah sakit, lagi bengek kali tuh !). intinya supaya bisa berdua saja.
Oya, ada juga tuh temen kita yang beralibi alias ngasih alasan bahwa pacaran yang mereka lakukan itu Islami. Mereka sepakat putus sementara kalo datang bulan Ramadhan. Nanti abis ramadhan disambung lagi (waduh, ngarep banget ya buat menghalalkan pacaran ?) kalo gitu judi secara Islami juga ada kali ya, sebelum judi diawali dengan membaca basmalah, kalo menang baca alhamdulillah, kalo kalah innalillahi...

Gaul Cara Islam
Bro en sis, akhi wa ukhti, Allah subhanahu wata’ala udah berfirman (yang artinya) : “Dan janganlah kamu mendekati zina, sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji dan suatu jalan yang buruk.” (QS. Al-Isra : 32).
Tuh, bukan cuma zinanya aja yang haram, tapi mendekati zina saja sudah dilarang. Pacaran identik dengan berkumpul antara lawan jenis. Istilahnya berkhalwat dengan yang bukan mahromnya, dalam Islam tentu diharamkan karena bisa menjerumus kepada kemaksiatan en yang lebih parah berzina. Masih inget nggak sama nasehat Bang Napi dulu, dia bilang : “Inget, kejahatan bukan hanya karena ada niat dari si pelau, tapi juga karena ada kesempatan”. Kita ganti kata “kejahatan” dengan kata “kemaksiatan”
Bener banget tuh, kalo udah kepancing sama hawa nafsu seta, gampang banget tuh ngeodanya, istilahnya tingal tunggu jam tayang.
Akhir, sebelum samper berdua-duaan dngan lawan enis, diawal-awal hubungan dengan lawan jenis udah diatur dengan baik loh dalam Isam. Supaya kejadian maksiat itu bisa dicegah karena peluangnya di minimalisir.
Allah udah berfirman (yang artinya) : “Katakanlah kepada orang mukmin laki-laki, “Hendaklah mereka itu menundukkan sebahagian pandangannya dan menjaga kemaluannya...” dan katakanlah kepada orang-orang mukmin perempuan : “Hendaklah mreka itu menundukan sebahagian pandangannya dan menjaga kemaluannya...” (QS. An-Nur : 30-31).
Jadi, menundukkan pandangan adalah menjaga pandangan, nggak dilepas gitu aja tanpa kendali yang memungkinkan bakal merasakan kelezatan atas birahinya kepada lawan jenisnya yang beraksi.
Pandangan bisa dibilang terpelihara jika secara tidak sengaja melihat lawan jenis kemudian menahan untuk tidak berusaha melihat mengulangi melihat lagi atau mengamat-amati kecantikannya atau kegantengannya. Bahaya tuh, karena wajahmu memalingkan duniaku. Hihi...kayak iklan aja.
Ath-Thabarani meriwayatkan, bahwa Nabi shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Awaslah kamu dari bersendirian dengan wanita (berkholwat), demi Alah yang jiwaku ditangan-Nya, tiada seorang lelaki yang berkholwat dengan wanita melainkan dimasuki oleh setan antara keduanya. Dan, seorang yang berdesakkan dengan babi yang berlumuran lumpur yang basi lebih baik daripada bersentuhan bahu dengan bahu wanita yang tidak halal baginya.”
Juga dalam hadits yang lain dari Abu Hurairah radhiyallahu anhu bahwa Rasulullah shalallahu alaihi wasallam telah bersabda, “kedua mata itu berzina, kedua tangan itu bisa melakukan zina, kedua kaki itu bisa melakukan zina, dan kesemuanya itu dibenarkan atau diingkari oleh kelamin. (Hadits shahih diriwayatkan oleh Imam Bukhori dan Imam Muslim dari Ibnu Abbas dan Abu Hurairah).
Yang terendah adalah zina hati denagn bernikmat-nikmat karena getaran jiwa yang dekat dengannya, zina mata dengan merasakan sedap memandangnya dan lebih jauh terjerumus ke zina badan dengan saling bersentuhan, perpegangan, berpelukan (kayak teletubbies aja !), berciuman, dan seterusnya, hingga terjadilah persetubuhan. Walahu musta’an.
Saudaraku, dalam Islam nggak ada istilah pacaran, karena pada dasarnya aturan pergaulan dalam islam adaah infishol alias terpisah, dalam arti begini. Cowok atau cewek hanya bergaul akrab dengan sejenisnya atau para mahrom. Berhubungan dengan lawan jenis hanya masalah mu’amalah (bisnis, seperti antara penjual dan pembeli), pendidikan (seperti antara guru dengan murid), juga dalam masalah kesehatan (konsultasi dokter dengan pasiennya) dan sejenisnya, yang semuanya harus tetap syar’i.

Soal Tempat Khusus dan Tempat Umum
Allah berfirman, “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memasuki rumah yang bukan rumahmu sebelum meminta izin dan memberi salam kepada penghuninya. Yang demikian itu lebih baik bagimu, agar kamu (selalu) ingat. Jika kamu tidak menemui seorangpun di dalamnya, maka janganlah kamu masuk sebelum kamu mendapat izin. Dan jika dikatakan kepadamu : “Kembali (saja) lah”. Maka hendaklah kamu kembali, itu bersih bagimu dan Allah maha mengetahui apa yang kamu kerjakan. (QS. An-Nur : 27-28).
Bro en sis, kamu perlu tahu nih tempat atau kondisi yang berkenaan dengan pergaulan antara cowok dan cewek yang bukan mahrom. Pertama, tempat yang kita tidak memerlukan izin pada saat masuk/melihat (cntoh; lapangan, rumah sakit, pasar, dll). Kedua, tempat khusus (tempat yang jika kita ingin masuk atau melihat maka diwajibkan untuk meminta izin, contoh : kamarmandi rumah, mobil pribadi, ruangan pribadi, dan sejenisnya).
Terus nih, yang harus diperhatikan dalam pergaulan adalah soal istilah :
1. Ij’tima, yakni berkumpul tapi tidak interaksi
2. a’laqoh, yakni interaksi, tapi nggak berkumpul (contohnya telepon, chatting online, SMS-an, kirim-kirim e-mail dan sejenisnya).
3. Ikhtilat, yakni berkumpul dan berinteraksi (dan yang dibolehkan bagi yang bukan mahrom adalah hanya dalam masalah mu’amalat, pendidikan, dan kesehatan).
Oya, ane mau cerita dikit, pernah ane tuh beda pendapat mengenai status hukum pacaran sama temen sendiri. Ane gak setuju pacaran, bukan karena ane nggak laku buat pacaran, tapi karena banyak yang nolak sih hehe... (nggak ding, emang ana udah tau hukumnya pacaran menurut ajaran Islam nggak boleh). Ana menolak pacaran bukan juga buat nyuruh dia putus sama pacarnya. Cuma pengen ngajak berfikir aja, sampe pada klimaksnya dia bilang ke saya. “Kalo gaya hidup kamu kayak gitu mending nggak usah hidup di Indonesia aja !”. Waduh...nggak nyangka temen ana ngomong begitu, sampe akhirnya ana jawab. “Sory frend, aku hidup di bumi Allah, kalo kamu nggak setuju sama aturan Allah mending pergi aja dari bumi Allah.” Halah, saya spontan komen gitu. Sempet berfikir itu emosi saya yang menjawab kali ye ? Tapi ya udahlah, saya udah mencoba untuk tegas walaupun saya masih belajar dalam mentaati semua aturan Allah.
Pacaran nggak Cuma mereka yang masih bujangan dan gadis aja, tapi dari usia akil balig sampe kakek nenek bisa berbuat seperti yang diancam oleh hukuman Allah. Hanya saja, yang umum kelihatan melakukan pacaran adalah para remaja. Betul apa benar ?

Islam ngatur hubungan antar lawan jenis
Oya, bukan berarti nggak ada solusi dalam Islam untuk berhubungan dengan non mahrom. Dalam Islam hubungan non mahrom ini diakomodasi dalam lembaga-lembaga perkawinan melalui sistem khotbah/lamaran dan pernikahan.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda : “Hai para pemuda, siapa diantara kamu yang siap mampu untuk menikah, maka hendaklah ia menikah, karena menikah itu lebih menundukkan pandangan dan lebih memelihara kemaluan. Tetapi, siapa yang tidak mampu meikah, maka hendaklah ia berpuasa, karena puasa itu dapat mengurangi syahwat.” (HR. Bukhari, Muslim dan lainnya).
Selain hal tersebut diatas, baik itu hubungan teman, pergaulan laki-laki perempuan tanpa perasaan, ataupun hubungan profesional, ataupun pacaran, ataupun pergaulan guru dan murid, bahkan pergaulan antara tetangga yang melanggar aturan diatas adalah haram, meskipun Islam tidak mengingakari adanya rasa suka atau bahkan cinta.
Sudara-saudari, bahkan diperbolehkan suka kepada laki-laki/perempuan yang bukan mahram, tetapi kita diharamkan mengadakan hubungan terbuka dengan non mahram tanpa mematuhi aturan diatas. Kalo masih pengen juga, kamu kudu ditemani kakak laki-laki ataupun mahrom laki-laki kamu, dan kamu harus menutup aurat masing-masing agar memenuhi aturan yang telah ditetapkan Islam. Tapi ini bukan dalam rangka pacaran, lho. Ya, sekedar bertemu untuk pendidikan atau dakwah, muamalah dan kesehatan, oke ?
Percayalah, jodoh itu Allah yang ngatur. Nggak usah maksain sampe pacaran segala. Ada ikhwan yang lama pacaran, pas nikahnya sama orang lain, kasian deh lo, akhwat ditinggalin.


Ada cerita nih, dari guru ngaji saya sih, (minta izin ngutip ya pak). Jadi ada cowok-cewek yang udah kepalang pacaran kayak gini. Singkat cerita mereka putus, “demi Islam kita putus aja yach...” katanya. Wah dilema banget emang ya ? (cinta deritanya tiada akhir...hwaah dasar patkai).
Emang berat dan nggak gampang tuh ambil keputusan habis udah cinta mati. Sampe semboyannya aja : “I love you teu eureun-eureun.” Tapi kemudian mereka ikhlas menerima keputusannya. Berlanjut sampe dewasa, atas izin Allah mereka dipertemukan kembali, karena ortunya udah saling kenal juga, akhirnya mereka menikah. Wah...wah pastinya bahagia banget mereka. Gimana bro, mau, mau, mau ? kalo udah siap jangan tunggu lama-lama buat ngehindar dari maksiat en fitnah lanjutkan ke pernikahan, ayo !
Btw, tapi kan nggak segampang yang saya omongin, ya ? kata bang Thufail al-Ghifari sih “nikahitu jihad yang aduhai.” (cit..cwiiw !). So, bukankah kalo pengen seirus jalin hubungan, emang tujuannya menikah ? (loh kok jadi ngomongin nikah ? Curhatan saya nih kayaknya, wataw !).

Bukti cinta sejati
Sahabatku, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam pernah bersabda : “Bukti cinta sejati itu ada tiga, yaitu : memilih kalam kekasihnya (al-qur’an) dari pada kalam lain-Nya (hasil produk manusia), memilih bergaul dengan kekasihnya daripada bergaul dengan yang lain, memilih keridhoan kekasihnya daripada keridhoan yang lain.”
Demikian ini karena orang yang mencintai sesuatu itu, ia menjadi hambanya. Yahya bin Mu’adz berkata, “Setitik benih cinta kepada Allah lebih aku sukai daripada pahala mengerjakan ibadah tujuh puluh tahun”.
Nah, kalo virus merah jambu mulai meradang di hatimu, Cuma ada satu solusi jitu : merit binti kawin alias nikah. Nggak apa-apa kok masih muda juga asal udah mantap mentalnya, kuat ilmunya, dan cukup materinya. Tapi kalo ngerasa belum mampu, ya wis kamu kudu rajin-rajin berpuasa untuk meredam gejolak nafsumu. Dan tentunya sambil terus belajar, mengasah kemampuan, dan mengenali Islam dengan benar, jangan lupa perbanyak kegiatan positif, ngaji dan olahraga misalnya.


Saudaraku, hidup di dunia yang singkat ini kita siapkan untuk memperoleh kemenangan di hati akhirat kelak. Itu sebabnya, yuk kita mulai hidup ini dengan bersungguh-sungguh dan jangan bermain-main. Kita berusaha dan berdo’a mengharap pertolongan Allah agar diberi kekutan untuk menjalankan segala perintah dan meninggalkan segala larangan-Nya. Moga kita sukses di dunia di akhirat, ya, mau ? mau dong !
Semoga Allah menolong kita, amin. Jadi, tetap mau pacaran ? nggak, ah !

Artikel Terkait



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan kasih komentar, dengan syarat menjaga adab-adabnya, tidak mengandung kata-kata kotor, makian dan sebagainya. Dan kami tidak melayani perdebatan atas sesuatu yang telah jelas dari al-Qur'an, as-Sunnah dan Ijma', namun jika ada hal yang masih samar, silahkan tanyakan

Kritik dan Sarannya tafadhol

Blog Sahabat Sunnah