Pendekar Sunnah - Abu Fajri Khusen's Blog

Selasa, 23 Februari 2010

Hal - Hal yang dibolehkan bagi wanita haid....bag 1

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarkatuh,
Barakallahu fiika (semoga Allah merahmati mu)

Segala puji hanyalah bagi Allah Subhanahu wa Ta’ala, semoga shalawat dan salam atas nabi terakhir Muhammad Shalallahu 'alaihi wa salam, tidak ada nabi setelah beliau Shalallahu 'alaihi wassalam. semoga shalawat dan salam atas beliau, keluarga beliau, shahabat beliau dan orang – orang yang mengikuti sunnah (jalan) beliau sampai akhir zaman.

Amma Ba'du, (adapun selanjutnya)
Alhamdulillah, ada beberapa masukkan kepada saya untuk mempermudah dan menyingkat tulisan ini menjadi lebih ringan. Dan ada beberapa diantara kalian yang mungkin merasa masih asing dengan kata – kata Hadits, atau Hadits ini Shahih, Hadits ini Diriwayatkan oleh Bukhari atau yang lain nya. Saya akan sedikit menjelaskan ttg hadis supaya kita lebih mudah membaca bulletin ini untuk selanjutnya.

Apa itu Hadis…..?
Hadis adalah segala sesuatu yang disandarkan/diriwayatkan/dinukilkan dari Rasulullah Shallallahu’alaihi wa Sallam.

Apa maksudnya dengan hadis Shahih…..?
Hadis Shahih yaitu hadis yang sah datang nya dari Rasulullah Shallallahu’alaihi wa Sallam menurut Muhaddits (Ahli Hadis) dengan status sempurna.

Apa maksud dengan hadis Hasan......?
Hadis Hasan yaitu hadis yang sah datangnya dari Rasulullah Shallallahu’alaihi wa Sallam menurut Ahli Hadis dengan status baik.

Kedua hadis ini yakni Shahih atau Hasan, Wajib hukum nya bagi setiap Muslim atau Muslimh menerima dan mengamalkan nya. Menurut kesepakatan Ulama.

Apa maksudnya dengan hadis Dhaif.....?
Dhaif artinya Lemah, hadis dhaif maksudnya hadis yang mempunyai kelemahan atau cacat didalam periwayatan kabarnya dari Rasulullah Shallallahu’alaihi wa Sallam. Sehingga kelemahan tadi membuat nya tertolak kecuali jika ada hadis lain yang mendukung nya.

Apa maksud dengan hadis Maudhu.....?
Maudhu’ artinya Palsu atau Dusta, hadis maudhu adalah hadis yang didustakan atas Nama Rasulullah Shallallahu’alaihi wa Sallam. Disandarkan secara bohong kepada Rasulullah Shallallahu’alaihi wa Sallam.

Hadis Dhaif (Lemah) atau hadis Maudhu (Palsu), ini haram hukumnya menyebarkan kepada masyarakat kecuali untuk memberitahu bahwa ini adalah hadis palsu atau hadis yang lemah.

Ini mungkin yang saya rasa asing bagi teman – teman. Kalau ada kata – kata yang tidak di pahami maka tanyakan, karena masalah ini adalah WAJIB hukum nya bagi wanita untuk mengetahui dan mempelajari. Jika dia tidak mengetahui, jahil terhadap nya. Maka dia berdosa. Kita masuk kedalam pembahasan.

Pada buletin yang lalu kita sudah membahas ”Hal – hal yang diharamkan bagi wanita yang sedang haid” Diantara hal yang di Haram-kan itu adalah :
1. Melaksanakan Shalat baik itu wajib atau sunnah. Tidak ada kewajiban nya untuk mengantinya.
2. Melaksanakan Puasa wajib atau sunnah. Akan tetapi dia wajib mengantinya dilain waktu.
3. Melakukan Hubungan badan atau Ijma’
4. Melakukan Thawaf
Itu 4 perkara yang diharamkan bagi wanita haid dan tidak ada perselisihan ulama dalam hal ini.

Adapun hal – hal yang dibolehkan bagi wanita yang sedang haid itu, sebagai berikut :
1. Boleh bagi wanita haid, membaca al-Quran
2. Boleh bagi wanita haid, memegang al-Quran dengan syarat memakai pembatas seperti alas atau sarung tangan
3. Boleh bagi wanita haid, berdzikir kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Seperti Dzikir pagi sore, Dzikir ketika berpergian dan dzikir yang lain nya.
4. Boleh bagi wanita haid, Sujud ketika mendengarkan ayat Sajadah.
5. Boleh bagi wanita haid, suaminya membaca al-Quran dipangkuan nya.
6. Boleh bagi wanita haid, lewat didalam Masjid.
7. Boleh bagi wanita haid, makan dan minum bersama suaminya.
8. Boleh bagi wanit haid, berkhidmat pada suaminya.
9. Boleh bagi wanita haid, tidur bersama suaminya didalam satu selimut selama tidak melakukan hubungan badan
10. Boleh bagi wanita haid, bercumbu (bermain – main) dengan suaminya, selama tidak berhubungan badan.
11. Boleh dan bahkan di Sunnahkan (Dianjurkan) bagi wanita haid, untuk menghadiri Shalat Idul Fitri atau Idul Adha

Penjelasan nya sebaga berikut :
1. Hukum wanita haid membaca al-Quran.
Terjadi perbedaan pendapat ulama didalam masalah ini. Akan tetapi pendapat yang rajih (kuat) dan yang paling jelas didalam masalah ini, wanita haid boleh membaca al-Quran. Ini pendapat Abu Hanifah, Syafi’i dan Ahmad.

Dalilnya adalah hadis Aisyah Radhiyallahu’anhuma ketika ia haid pada waktu haji, Nabi Shallallahu’alaihi wa Sallam bersabda :
“Lakukanlah segala apa yang dilakukan orang berhaji, hanya saja engaku tidak boleh thawaf di Ka’bah hingga engkau suci.” [Shahih : Diriwayatkan oleh Bukhari] Dan hadis yang lain nya.

2. Hukum memegang Mushaf Al-Quran.
Terjadi perbedaan pendapat para Ulama didalam hal ini. Jumhur Ulama atau kebanyakan ulama mengharamkan bagi wanita haid untuk memegang Mushaf al-Quran, mereka berdalil dengan firman Allah Subhanahu wa Ta’ala.

“Sesungguhnya Al-Quran ini adalah bacaan yang sangat mulia, pada kitab yang terpelihara (Lauhul Mahfuzh), tidak menyentuhnya kecuali orang-orang yang disucikan.” [Q.S Al-Waqi’ah ayat 77 – 79]

Terjadi perbedaan didalam menafsirkan ayat “Tidak menyentuhnya kecuali orang – orang yang disucikan” Apakah maksud nya al-Quran atau Lauhul Mahfuzh yang berada diatas langit.

Keluar dari perselisihan itu lebih utama. Bagaimana cara nya keluar dari perselisihan itu....?
Pertama : Seorang wanita ketika sedang haid hendaknya dia membaca al-Quran tanpa menyentuh langsung Mushaf akan tetapi dia menggunakan pembatas antara tangan nya dengan Mushaf Al-Quran. Seperti : memakai sarung tangan, atau dia memakai kain untuk memegang nya. Maka dia boleh membaca al-Quran. Atau yang lebih aman yang kedua ini.

Kedua : Seorang wanita mengatur jadwal nya, ketika dia tidak haid, dia menghafal beberapa ayat al-Quran. Dan ketika sedang haid, maka dia gunakan mengulang – ngulang ayat yang telah dihafalnya sehingga hafalan al-Quran nya lebih kuat dan sempurna. Ini lebih selamat dan lebih aman. Karena dia tidak menyentuh mushaf al-Quran. Ini dua perkara yang lebih aman dan lebih selamat.

3. Berdzikir kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Seperti Dzikir pagi sore, Dzikir ketika berpergian, makan minum dan lain – lain nya. Ini boleh dilakukan bagi wanita yang sedang haid.

4. Sujud ketika mendengarkan ayat sajadah. Karena tidak ada dalilnya yang melarang wanita haid bersujud, ketika mendengar ayat sajadah. Perlu diperhatikan, sujud yang dimaksud disini bukanlah sujud didalam shalat.

5.Suami membaca al-Quran di pangkuan isterinya yang sedang haid. Ini berdasarkan perbuatan Rasulullah Shallallahu’alaihi wa Sallam, Aisyah Radhiyallahu’anhu berkata : “Nabi Shallallahu’alaihi wa Sallam pernah membaca al-Quran, sementara kepala beliau berada di pangkuanku pada saat aku sedang haid.” [Hadits ini Shahih : Diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim dan selain nya]

6.Menghadiri Shalat Idul Fithri atau Idul Adh-ha. Hal ini tidak mengapa dan bahkan dianjurkan (Sunnah), bagi kaum wanita yang sedang haid untuk keluar menyaksikan shalat Id, tetapi mereka tidak boleh Shalat. Hal ini berdasarkan sabda Rasulullah Shallallahu’alaihi wa Sallam

“Hendaklah keluar wanita – wanita yang suda tua, gadis – gadis pingitan, dan wanita – wanita yang sedang haid, untuk meyaksikan kebaikan dan dakwah kaum Muslimin. Dan hendaklah wanita haid menjauhi tempat shalat (Maksudnya tidak mengerjakan shalat-penulis).” [Shahih : Diriwayatkan oleh Bukhari dibanyak tempat didalam kitab Shahihnya]

7. Lewat didalam Masjid. Hal ini dibolehkan. Berdasarkan hadis Aisyah Radhiyallahu’anha
Aisyah berkata : “Rasulullah Shallallahu’alaihi wa Sallam pernah bersabda kepada ku, “Ambilkan untuk ku sajadah dari masjid.” Aku berkata : “Aku sedang haid” Rasulullah Shallallahu’alaihi wa Sallam bersabda : “Sesungguhnya haid mu bukan di tangan mu.” [Shahih : Diriwayatkan oleh Muslim dan Abu Dawud]

Akan tetapi yang terjadi perdebatan dan perbedaan ulama adalah hukum berdiam didalam masjid. Adapun pendapat orang yang mengharamkan berdiam didalam masjid bagi wanita haid, maka pendapat ini lebih selamat dan lebih hati – hati.

Saya belum menemukan pendapat yang memuaskan didalam hal ini. Dan saya memilih diam didalam masalah ini. Begitu beberapa ulama memilih diam didalam masalah ini. Karena masih membutuhkan pembahasan yang mendalam tetang dalil – dalil (landasan-landasan) nya. Tetapi kalau hanya sekedar lewat didalam masjid, maka boleh, selama darah nya tidak mengotori masjid.

Artikel Terkait



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan kasih komentar, dengan syarat menjaga adab-adabnya, tidak mengandung kata-kata kotor, makian dan sebagainya. Dan kami tidak melayani perdebatan atas sesuatu yang telah jelas dari al-Qur'an, as-Sunnah dan Ijma', namun jika ada hal yang masih samar, silahkan tanyakan

Kritik dan Sarannya tafadhol

Blog Sahabat Sunnah