Pendekar Sunnah - Abu Fajri Khusen's Blog

Sabtu, 24 April 2010

beberapa-kesalahan-dalam-menafsirkan-kalimat-tauhid-laa-ilaaha-illallah

Ustadz Hammad Abu Mu’awiyah


Berikut pemaknaan yang batil dari kalimat tauhid ini yang banyak tersebar dan sering didengang-dengungkan di tengah-tengah kaum muslimin saat ini :

* Tidak ada yang ada kecuali Allah. (Laa Mawjuda Illallah)

Makna ini adalah makna yang paling batil dari semua makna-makna batil yang ada, penafsiran ini disebarkan oleh orang-orang tashawwuf yang berpemahaman wihdatul wujud (Allah menyatu dengan makhlukNya) wal’iy adzu billah. Sisi kebatilannya dilihat dari beberapa sisi :

* Mengartikan ilah sebagai mawjud (yang ada) sedangkan makna yang benar adalah bermakna ma’bud (yang disembah).
* Meniadakan khobar dari laa dan ini adalah kesalahan dari sisi bahasa sekaligus dalil akan rusaknya penafsiran ini dari sisi syari’at. Lihat makna laa Ilaha illallah pada edisi perdana.
* Mengharuskan semua yang ada berupa manusia –dengan berbagai macam jenisnya-, binatang dan tumbuh-tumbuhan bahkan benda-benda mati semuanya adalah Allah, karena semuanya ada dan disaksikan, Maha Tinggi Allah dari apa yang mereka sifatkan. Keyakinan ini kalau diyakini membuat pelakunya keluar dari Islam dan lebih kafir dari pada Nashrani yang hanya memiliki tiga Tuhan sedangkan orang yang berkeyakinan seperti ini memiliki Tuhan yang tidak terbatas, maka apakah ada lagi kesesatan yang lebih mengerikan setelahnya?!.
* Atau mengharuskan hanya Allah yang ada sedangkan kita semua sebagai manusia dan seluruh makhlukNya mereka anggap tidak ada dan ini jelas kebatilannya dari sisi akal, hiss (panca indera) terlebih lagi dari sisi syari’at.

* Tidak ada Tuhan selain Allah (Laa Robba illallah)

Ini juga adalah penafsiran yang batil dan di bawahnya ada beberapa penafsiran yang batil yang semuanya kembali kepada makna ini, yaitu :

*
o
+ Tidak ada pencipta selain Allah (Laa Kholiqa illallah)
o Tidak ada yang menguasai atau memberi rezki kecuali Allah (Laa malika aw roziqa illallah)
o Tidak ada yang sanggup mengadakan yang baru kecuali Allah (Laa qodira ’alal ikhtiro’ illallah) dan ini adalah penafsiran para ahli kalam dan filsafat.

Ketiga makna ini dan makna-makna yang semisalnya kita katakan bisa kembali kepada penafsiran tidak ada Tuhan selain Allah (Laa Robba illallah) , karena kata robbun (Tuhan) secara bahasa Arab mencakup 3 makna, yaitu Al-Kholiq (pencipta), Al-Malik (penguasa) dan Al-Mudabbir (pengatur) maka siapa yang meyakini bahwa Allah adalah Tuhannya berarti dia meyakini bahwa hanya Allah yang menciptakan dia, hanya Allah yang menguasai dia dan hanya Allah yang mengatur dirinya beserta seluruh makhluk.

Setelah ini dipahami, maka ketahuilah bahwa makna kalimat ini ’Tidak ada Tuhan selain Allah’ adalah benar, hanya saja yang bermasalah dan yang merupakan kebatilan kalau kalimat ini dijadikan sebagai makna kalimat tauhid laa ilaha illallah. Karena kalau kalimat tauhid ditafsirkan dengan penafsiran seperti ini maka berarti siapa saja yang telah mengakui hanya Allah sebagai Robb (Tuhan) –yakni sebagai pencipta, penguasa dan pengatur- maka berarti dia telah berlaa ilaha illallah atau telah masuk Islam, padahal orang-orang musyrikin dan ahlul kitab (Yahudi dan Nashrani) bahkan seluruh makhluk -kecuali beberapa kelompok kecil dari manusia- dari dahulu sampai sekarang semuanya mengakui bahwa ’Tidak ada Tuhan selain Allah’. Mereka tidak pernah ada yang mengatakan apalagi meyakini bahwa ada pencipta selain Allah atau ada yang menguasai dan mengatur alam semesta selain Allah, tidak sama sekali akan tetapi bersamaan dengan semua keyakinan di atas –yakni keyakinan hanya Allah sebagai pencipta, penguasa dan pengatur alam semesta tanpa selainnya atau dengan kalimat lebih ringkas keyakinan bahwa tidak ada Tuhan selain Allah-, mereka tetap dikatakan musyrik dan kafir, tetap diperangi oleh Rasulullah Shollallahu ‘alaihi wa ‘ala alihi wasallam dan tetap diperintahkan untuk mengucapkan Laa ilaha illalah, menunjukkan bukan makna ini yang diinginkan dari kalimat tauhid yang mulia ini.

Berkata Al-Imam Muhammad bin ’Abdil Wahhab rahimahullah dalam Al-Qowa’idul Arba’ : “Kaidah yang pertama : Engkau harus mengetahui bahwa sesungguhnya orang-orang kafir yang diperangi oleh Rasulullah Shollallahu ‘alaihi wa ‘ala alihi wasallam mereka mengakui bahwa sesungguhnya Allah hanya Dialah Pencipta, Pemberi rezki, Yang Menghidupkan dan Mematikan serta Yang Memberikan manfaat dan Yang Memberikan bahaya dan Yang Mengatur semua perkara. Akan tetapi semua pengakuan tersebut tidaklah memasukkan mereka ke dalam Islam“.

Dan beliau juga berkata di awal kitab Kasyfusy Syubhat : “… maka mereka orang-orang musyrikin itu bersaksi bahwa sesungguhnya Allah hanya Dialah Yang Mencipta satu-satunya tidak ada tandingan bagiNya, dan bahwa tidak ada yang memberi rezki kecuali Dia, tidak ada yang menghidupkan dan mematikan kecuali Dia, tidak ada yang mengatur semua perkara kecuali Dia dan bahwa semua langit-langit beserta siapa yang berada di dalamnya dan juga bumi-bumi yang tujuh beserta siapa yang berada di dalamnya, semuanya adalah hamba Allah serta di bawah pengaturan dan kekuasaanNya“.

Berikut beberapa dalil-dalil dari Al-Qur`an yang menunjukkan dengan sangat jelas bahwa orang-orang yang telah dihukumi oleh Allah dan RasulNya sebagai orang kafir ternyata mereka meyakini bahwa ’Tidak ada Tuhan selain Allah’ :

*
o Surah Luqm an ayat 25 :

وَلَئِن سَأَلْتَهُمْ مَنْ خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالأَرْضَ لَيَقُوْلُنَّ اللهُ

“Dan sesungguhnya jika kamu tanyakan kepada mereka : “Siapakah yang menciptakan langit dan bumi?” Tentu mereka akan menjawab : “Allah””.

*
o Surah Y unus ayat 31 :

قُلْ مَنْ يَرْزُقُكُمْ مِنَ السَّمَاءِ وَالْأَرْضِ أَمَّنْ يَمْلِكُ السَّمْعَ وَالْأَبْصَارَ وَمَنْ يُخْرِجُ الْحَيَّ مِنَ الْمَيِّتِ وَيُخْرِجُ الْمَيِّتَ مِنَ الْحَيِّ وَمَنْ يُدَبِّرُ الْأَمْرَ فَسَيَقُولُونَ اللَّهُ فَقُلْ أَفَلَا تَتَّقُونَ

“Katakanlah: “Siapakah yang memberi rezki kepadamu dari langit dan bumi, atau siapakah yang kuasa (menciptakan) pendengaran dan penglihatan, dan siapakah yang mengeluarkan yang hidup dari yang mati dan mengeluarkan yang mati dari yang hidup dan siapakah yang mengatur segala urusan?” Maka mereka akan menjawab: “Allah”. Maka katakanlah: “Mengapa kamu tidak bertakwa (kepada-Nya)?”.

*
o Surah Al-Mu`min un ayat 84-89 :

قُلْ لِمَنِ الْأَرْضُ وَمَنْ فِيهَا إِنْ كُنْتُمْ تَعْلَمُونَ. سَيَقُولُونَ لِلَّهِ قُلْ أَفَلَا تَذَكَّرُونَ. قُلْ مَنْ رَبُّ السَّمَوَاتِ السَّبْعِ وَرَبُّ الْعَرْشِ الْعَظِيمِ. سَيَقُولُونَ لِلَّهِ قُلْ أَفَلَا تَتَّقُونَ. قُلْ مَنْ بِيَدِهِ مَلَكُوتُ كُلِّ شَيْءٍ وَهُوَ يُجِيرُ وَلَا يُجَارُ عَلَيْهِ إِنْ كُنْتُمْ تَعْلَمُونَ. سَيَقُولُونَ لِلَّهِ قُلْ فَأَنَّى تُسْحَرُونَ

“Katakanlah: “Kepunyaan siapakah bumi ini, dan semua yang ada padanya, jika kamu mengetahui?” Mereka akan menjawab: “Kepunyaan Allah.” Katakanlah: “Maka apakah kamu tidak ingat?” Katakanlah: “Siapakah Tuhannya langit yang tujuh dan Tuhannya `Arsy yang besar?” Mereka akan menjawab: “Allah.” Katakanlah: “Maka apakah kamu tidak bertakwa?” Katakanlah: “Siapakah yang di tangan-Nya berada kekuasaan atas segala sesuatu sedang Dia melindungi, tetapi tidak ada yang dapat dilindungi dari (azab)-Nya, jika kamu mengetahui?” Mereka akan menjawab: “Allah.” Katakanlah: “(Kalau demikian), maka dari jalan manakah kamu ditipu?”“.

Maka lihatlah –semoga Allah merahmatimu- bagaimana mereka kaum musyrikin meyakini hanya Allah yang mencipta, menguasai, mengatur alam semesta dan mengakui semua sifat-sifat keTuhanan Allah akan tetapi bersamaan dengan itu Allah Subhanahu wa Ta’ala tetap menafikan (meniadakan) dari mereka ketakwaan dan keIslaman sepanjang mereka tidak menyerahkan seluruh ibadahnya hanya kepadaNya. Oleh karena itulah Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman :

وَمَا يُؤْمِنُ أَكْثَرُهُمْ بِاللَّهِ إِلَّا وَهُمْ مُشْرِكُونَ

“Dan tidaklah kebanyakan mereka beriman kepada (keTuhanan) Allah, melainkan dalam keadaan mempersekutukan Allah (dalam peribadahan)“. ( QS. Yusuf : 106 )

Oleh karena itulah para Rasul tidak diutus untuk menyuruh mereka mengakui Allah sebagai Tuhan akan tetapi untuk menyerukan kepada mereka agar mereka hanya menyembah kepada Allah dan meninggalkan semua sembahan selainNya.

Wallahu Waliyyut taufiq.

Sumber : Jurnal Al-Atsariyyah Vol. 02/Th01/2006

Artikel Terkait



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan kasih komentar, dengan syarat menjaga adab-adabnya, tidak mengandung kata-kata kotor, makian dan sebagainya. Dan kami tidak melayani perdebatan atas sesuatu yang telah jelas dari al-Qur'an, as-Sunnah dan Ijma', namun jika ada hal yang masih samar, silahkan tanyakan

Kritik dan Sarannya tafadhol

Blog Sahabat Sunnah