Pendekar Sunnah - Abu Fajri Khusen's Blog

Jumat, 09 Desember 2011

Sedikit Renungan

28 Ramadhan 1432 H
MA'HAD AL QUR'AN WA AS SUNNAH AL MUHAJIRIN.
Seusai shalat Tarawih, Menjelang Kajian Rutin Nahwu Shorof.
Engkau berkata : "makin lama pelajarannya semakin susah saja. Sudahlah kalau begitu, saya berharap pada anak-anak saja. Otak Saya sudah mau jebol nih.. Berhenti sajalah."

Seakan-akan ada 7 ekor gajah berwarna pink jatuh dari langit menimpa atap ma'had, begitulah keterkejutan yang saya rasakan tatkala mendengar perkataanmu itu.

Ada apa akhi? Bukankah engkau selama ini selalu bersemangat ingin bisa memahami al Qur'an dan Hadits? Bukankah engkau selalu bilang, bahwa betapa malunya orang islam tapi mengerti Kitabnya sendiri? "Saya Banyak pikiran, kadang ke pekerjaan, ke anak istri.. Kamu mah enak Sen, belum mikirin nafkah, jadi bisa fokus belajar.."

Ya Akhil Kariim, apakah para Shahabat belajar agama ini tidak sambil mencari nafkah? Berkebun dan berdagang tidak menghalangi mereka untuk menuntut ilmu. Memang benar, seperti yang dikatakan Syaikh Muhammad bin Shalih al Utsaimin, ilmu Nahwu itu, ilmu yang tidak diketahui oleh sebagian penuntut ilmu melainkan sedikit saja, sampai-sampai engkau saksikan seorang mahasiswa yang telah lulus dari perguruan tinggi tapi ia tidak mengenal ilmu Nahwu sedikitpun.

Fenomena ini digambarkan oleh seorang penyair dalam bait syairnya: "semoga Alloh tidak melimpahkan keberkahan kepada ilmu Nahwu dan tidak pula pada ahlinya. Jikalau Nahwu itu dinisbatkan kepada Niftuaihi. Semoga Alloh membakar dengan setengah namanya (Nift = minyak) dan menjadikan sisanya berteriak (minta tolong) atasnya (waihi=berteriak).

Kenapa penyair tersebut melantunkan bait syair ini? Jawabannya, karena ia tidak mampu menguasai ilmu Nahwu, saya katakan bahwa ilmu Nahwu pintunya terbuat dari besi, lorong-lorong di dalamnya terbuat dari pohon yang berbuku dan beruas. Maksudnya, ilmu Nahwu ini sukar dan sulit tatkala pertama kali memasukinya. Namun jika pintunya telah terbuka bagi orang yang mempelajarinya maka akan mudah baginya untuk mempelajarinya dengan segala kemulusan, sehingga mudahlah bagi dia untuk menguasai ilmu tersebut. Jadi, tetaplah semangat akhi, ingatlah pahala yang besar yang Alloh janjikan bagi para penuntut ilmu.

Seberapa tinggi semangatmu?
Umar bin Khoththob radhiyallohu 'anhu berkata :
لا تصغرن همتكم فإني لم أر أقعد عن المكررات من صغر الهمم
janganlah kalian kecilkan cita-cita (semangat) kalian! Sesungguhnya aku tidak melihat orang yang paling malas dalam mengejar hal-hal yang baik, adalah dari sebab kecilnya cita-cita (semangat).
{Adabuddunyaa waddiin, ibnu Abi Dunya, 1/402}


Imam Ibnul Jauzi rahimahulloh berkata :
من علامة كمال العقل علو الهمة ! والرضي بالدون دنيء !! ولم أر في عيوب الناس عيبا ـــ كنقص القادرين على التمام
tanda akal yang sempurna adalah memiliki kemauan yang tinggi, orang yang puas dengan sesuatu yang rendah adalah hina. Aku tidak melihat aib yang paling buruk pada manusia seperti orang yang kekurangan, padahal mampu untuk sempurna.
{shaidul khaathir : 1/2}


Imam Ibnul Qoyyim rahimahulloh berkata :
العلم والعمل توأمان أمهما علو الهمة ، الجهل والبطالة توأمان أمهما إيثار الكسل
ilmu dan amal adalah saudara kembar. Ibunya adalah cita-cita (semangat) yang tinggi. Kebodohan dan pengangguran adalah saudara kembar, ibunya adalah kemalasan.
{Bada'i al Fawaa-id, 3/747}

   

Artikel Terkait



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan kasih komentar, dengan syarat menjaga adab-adabnya, tidak mengandung kata-kata kotor, makian dan sebagainya. Dan kami tidak melayani perdebatan atas sesuatu yang telah jelas dari al-Qur'an, as-Sunnah dan Ijma', namun jika ada hal yang masih samar, silahkan tanyakan

Kritik dan Sarannya tafadhol

Blog Sahabat Sunnah