Saya akan menuturkan kepada anda beberapa hal([1]) yang sudah disebut oleh Allah dalam kitab-Nya sebagai jawaban terhadap suatu ucapan yang dipakai hujjah oleh orang-orang musyrik pada zaman kami(yang ditujukan) kepada kami. Maka, kami akan katakan: Jawaban untuk para pengikut kebatilan itu ada dua cara:
1-Mujmal (secara global)
2-Mufashshal (secara terperinci).
Jawaban secara mujmal itu merupakan sesuatu yang agung dan merupakan pelajaran yang besar bagi orang-orang yang mau memikirkannya. Hal itu adalah firman Allah I:
هُوَ ٱلَّذِىٓ أَنزَلَ عَلَيۡكَ ٱلۡكِتَـٰبَ مِنۡهُ ءَايَـٰتٌ۬ مُّحۡكَمَـٰتٌ هُنَّ أُمُّ ٱلۡكِتَـٰبِ وَأُخَرُ مُتَشَـٰبِهَـٰتٌ۬ۖ فَأَمَّا ٱلَّذِينَ فِى قُلُوبِهِمۡ زَيۡغٌ۬ فَيَتَّبِعُونَ مَا تَشَـٰبَهَ مِنۡهُ ٱبۡتِغَآءَ ٱلۡفِتۡنَةِ وَٱبۡتِغَآءَ تَأۡوِيلِهِۦۗ وَمَا يَعۡلَمُ تَأۡوِيلَهُ ۥۤ إِلَّا ٱللَّهُۗ وَٱلرَّٲسِخُونَ فِى ٱلۡعِلۡمِ يَقُولُونَ ءَامَنَّا بِهِۦ كُلٌّ۬ مِّنۡ عِندِ رَبِّنَاۗ وَمَا يَذَّكَّرُ إِلَّآ أُوْلُواْ ٱلۡأَلۡبَـٰبِ
“Dialah yang menurunkan Al-Kitab (Al-Qur’an) kepada kamu, diantara (isi)nya ada ayat-ayat yang muhkamat, itulah pokok-pokok isi Al-Qur’an dan yang lain (ayat-ayat) mutasyabihat. Adapun orang-orang yang dalam hatinya condong kepada kesesatan , maka mereka mengikuti ayat-ayat mutasyabihat dari padanya untuk menimbulkan fitnah dan untuk mencari takwilnya”(QS. Ali Imran:7).
Sebuah hadits shahih (dalam shahih Bukhari dan muslim) dari ‘Asyiah radhiyallahu ‘anha, bahwasanya Rasulullah e bersabda:
(( إِذَا رَأَيْتُمْ الَّذِيْنَ يَتَّبِعُوْنَ مَاتَشَابَهَ مِنْهُ فَأُولَئِكَ الَّذِيْنَ سَمَّى الله فَاحْذَرْهُمْ ))
“Jika kalian melihat orang-orang yang mengikuti ayat-ayat yang mutasyabihat, maka mereka itulah orang-orang yang disebut oleh Allah: (dengan sebutan “fi qulubihim zaigh”), maka waspadalah kalian terhadap mereka.”
Sebagai contoh atas hal itu, apabila sebagian orang-orang musyrik itu mengatakan kepada anda:
أَلَآ إِنَّ أَوۡلِيَآءَ ٱللَّهِ لَا خَوۡفٌ عَلَيۡهِمۡ وَلَا هُمۡ يَحۡزَنُونَ
“Ingatlah, sesungguhnya wali-wali Allah itu, tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati.” (QS.Yunus: 62).
Dan bahwa Syafaat itu sesuatu yang haq (benar), dan bahwa para nabi itu mempunyai kedudukan dan tempat di sisi Allah. Atau sebagaimana orang musyrik itu menyebut suatu ucapan dari Nabi e yang ia gunakan dalil bagi suatu hal dari kebatilannya, sementara anda tidak mengerti makna ucapan yang ia sebut itu, maka hendaklah anda jawab dengan ucapan: “Sesungguhnya Allah I sudah menyebut bahwa orang-orang yang dalam hatinya condong kepada kesesatan, mereka meninggalkan ayat-ayat muhkamat dan mengikuti ayat-ayat yang mutasyabihat. Dan apa yang saya tuturkan kepadamu, bahwa Allah telah menyebut bahwa orang-orang musyrik itu sama mengakui tauhid rububiyah dan bahwa kekufuran mereka adalah dengan sebab ketergantungan mereka kepada malaikat, para nabi dan para wali, padahal mereka sekedar mengucapkan:
هَـٰٓؤُلَآءِ شُفَعَـٰٓؤُنَا عِندَ ٱللَّ
“Mereka itu adalah pemberi syafaat kepada kami di sisi Allah.” (QS. Yunus:18).
Hal itu adalah merupakan sesuatu yang muhkam (baku, terang dan mudah difahami) lagi jelas, tidak seseorang pun kuasa untuk merubah maknanya. Dan apa yang kamu sebutkan kepada saya wahai orang musyrik, baik dari Al-Qur’an ataupun dari sabda Nabi e saya tidak tahu maknanya. Akan tetapi, saya yakin, bahwa kalam Allah tidak ada yang saling bertentangan. Dan sabda Nabi e sama sekali tidak bertentangan dengan kalam Allah. Itulah jawaban yang tepat. Akan tetapi jawaban itu hanya akan difahami oleh orang yang diberi taufiq oleh Allah I. Maka anda jangan menyepelekan hal itu. Sebab, sebagaimana firman Allah Ta’ala:
وَمَا يُلَقَّٮٰهَآ إِلَّا ٱلَّذِينَ صَبَرُواْ وَمَا يُلَقَّٮٰهَآ إِلَّا ذُو حَظٍّ عَظِيمٍ۬
“Dan (sifat-sifat yang baik itu) tidak dianugerahkan melainkan kepada orang-orang yang sabar dan tidak dianugerahkan melainkan kepada orang-orang yang mempunyai keberuntungan yang besar.” (Fushshilat: 35).
Adapun jawaban kedua yang mufashshal, ialah: bahwasanya musuh-musuh Allah itu mempunyai banyak dalil yang bersifat menentang untuk menghalangi manusia dari agama Allah. Diantaranya adalah ucapan mereka: “Kami tidak menyekutukan Allah, bahkan kami bersaksi bahwa tiada yang menciptakan, yang memberi rezeki, yang memberi manfaat dan tidak ada yang memberi madharat kecuali Allah semata, tidak ada sekutu bagi-Nya. Dan kami bersaksi bahwa Nabi Muhammad e itu tidak berkuasa menarik manfa’at bagi dirinya dan tidak pula menolak kemudharatan, apalagi syaikh Abdul Qadir atau lainnya. Akan tetapi, saya orang yang berdosa, dan sementara orang-orang shalih itu mempunyai jaah (pangkat/kedudukan ) di sisi Allah. Maka saya memohon kepada Allah dengan perantara mereka([2]), Untuk itu anda harus jawab dengan jawaban yang sudah lewat(diatas), yaitu, bahwasanya orang-orang yang diperangi Rasulullah e mereka mengakui apa yang kamu sebutkan itu, mereka juga mengakui, bahwasanya berhala-berhala mereka tidak dapat mengatur urusan apapun, hanya saja mereka ingin dirinya kedudukan dan syafa’at (pertolongan), dan bacakan kepadanya dalil-dalil yang sudah disebutkan terdahulu oleh Allah dalam kitab-Nya([3]) serta sudah diperjelas oleh Nya.
Jika dia mengatakan: “ayat-ayat itu kan turun untuk menerangkan tentang orang-orang yang menyembah berhala-berhala, bagaimana kalian menyamakan orang-orang shalih itu dengan berhala?
Perkataan itu hendaklah anda jawab dengan apa yang sudah tertera di atas. Sebab, jika dia mengakui, bahwa orang-orang kafir itu bersaksi, bahwa seluruh Rububiyyah itu untuk Allah semata, dan mereka tidak menginginkan dari makhluk atau benda yang mereka tuju dalam pemujaan mereka itu selain syafa’at, hanya saja dia ingin sekedar membedakan antara perbuatan mereka dan perbuatannya dengan apa yang sudah ia tuturkan itu. Maka, katakan kepadanya bahwa diantara orang-orang kafir itu, ada yang berdo’a kepada orang-orang shalih dan berhala-berhala. Ada juga yang berdo’a kepada para wali, yang mana Allah I telah katakan tentang mereka:
أُوْلَـٰٓٮِٕكَ ٱلَّذِينَ يَدۡعُونَ يَبۡتَغُونَ إِلَىٰ رَبِّهِمُ ٱلۡوَسِيلَةَ أَيُّہُمۡ أَقۡرَبُ
“Orang-orang yang mereka seru itu, mereka sendiri mencari jalan kepada Rabb (Pemelihara) mereka. Siapa diantara mereka yang lebih dekat (kepada Allah). (QS. Al-Isra’: 57).
Mereka berdo’a kepada Nabi “Isa bin Maryam dan ibunya, padahal Allah I sudah berfirman:
مَّا ٱلۡمَسِيحُ ٱبۡنُ مَرۡيَمَ إِلَّا رَسُولٌ۬ قَدۡ خَلَتۡ مِن قَبۡلِهِ ٱلرُّسُلُ وَأُمُّهُ ۥ صِدِّيقَةٌ۬ۖ ڪَانَا يَأۡڪُلَانِ ٱلطَّعَامَۗ ٱنظُرۡ ڪَيۡفَ نُبَيِّنُ لَهُمُ ٱلۡأَيَـٰتِ ثُمَّ ٱنظُرۡ أَنَّىٰ يُؤۡفَكُونَ
“Al-Masih (Isa) putera maryam itu hanyalah seorang Rasul yang sesungguhnya telah berlalu sebelumnya beberapa rasul. Dan ibunya seorang yang sangat benar, keduanya biasa memakan Makanan. Perhatikan bagaimana kita menjelaskan kepada mereka (ahli kitab) tanda-tanda kekuasaan (kami), kemudian perhatikanlah bagaimana mereka dipalingkan (dari memperhatikan ayat-ayat itu).” (QS.Al –Maidah: 75).
Dan bacakan kepadanya firman Allah Ta’ala:
وَيَوۡمَ يَحۡشُرُهُمۡ جَمِيعً۬ا ثُمَّ يَقُولُ لِلۡمَلَـٰٓٮِٕكَةِ أَهَـٰٓؤُلَآءِ إِيَّاكُمۡ ڪَانُواْ يَعۡبُدُونَ
قَالُواْ سُبۡحَـٰنَكَ أَنتَ وَلِيُّنَا مِن دُونِهِمۖ بَلۡ كَانُواْ يَعۡبُدُونَ ٱلۡجِنَّۖ أَڪۡثَرُهُم بِہِم مُّؤۡمِنُونَ
“Dan (ingatlah) hari (yang di waktu itu) Allah mengumpulkan mereka semuanya kemudian Allah berfirman kepada malaikat: “apakah mereka ini dahulu menyembah kamu? “Malaikat-malaikat itu menjawab: maha suci Engkau. Engkaulah pelindung kami, bukan mereka, bahkan mereka telah menyembah jin (syetan), kebanyakan mereka beriman kepada jin itu.” (QS. Saba’: 40-41).
Dan juga firman Allah Ta’ala:
يَـٰعِيسَى ٱبۡنَ مَرۡيَمَ ءَأَنتَ قُلۡتَ لِلنَّاسِ ٱتَّخِذُونِى وَأُمِّىَ إِلَـٰهَيۡنِ مِن دُونِ ٱللَّهِۖ قَالَ سُبۡحَـٰنَكَ مَا يَكُونُ لِىٓ أَنۡ أَقُولَ مَا لَيۡسَ لِى بِحَقٍّ
“Hai ‘Isa putera Maryam, adakah kamu mengatakan kepada manusia: “jadikanlah aku dan ibuku dua orang tuhan selain Allah?” menjawab (Isa):“Maha suci Engkau, tidaklah patut bagiku mengatakan apa yang bukan hakku (mengatakannya)”. (QS. Al-Maidah:116).
Lalu katakan padanya: “kamu kini sudah tahu, bahwa Allah telah mengkafirkan orang yang menujukan pemujaannya kepada berhala-berhala. Dan Allah telah mengkafirkan orang yang menujukan pemujaannya kepada orang-orang shalih, dan orang-orang yang semacam itu telah diperangi oleh Rasulullah e“.
Jika dia mengatakan: “Orang-orang kafirlah yang menginginkan dari orang-orang shalih itu, sedangkan saya bersaksi, bahwasanya Allah-lah yang memberi manfa’at, Yang memberi madharat, yang mengatur segala urusan. Saya tidak bermaksud kecuali Dia, sedangkan orang-orang shalih itu tidak memiliki kekuasaan apapun. Hanya saja saya bermaksud kepada mereka untuk mengharap dari Allah syafa’at mereka bagiku”.
Sebagai jawaban ucapan itu adalah: “bahwasanya ucapan seperti itu adalah sama persis dengan ucapan orang-orang kafir. Lantas bacakan kepadanya firman Allah Ta’ala:
وَٱلَّذِينَ ٱتَّخَذُواْ مِن دُونِهِۦۤ أَوۡلِيَآءَ مَا نَعۡبُدُهُمۡ إِلَّا لِيُقَرِّبُونَآ إِلَى ٱللَّهِ زُلۡفَ
Dan orang-orang yang mengambil pelindung selain Allah (berkata): “Kami tidak menyembah mereka melainkan supaya mereka mendekatkan kami kepada Allah dengan sedekat-sekatnya.” (QS. Az Zumar: 3).
Dan firman Allah Ta’ala:
هَـٰٓؤُلَآءِ شُفَعَـٰٓؤُنَا عِندَ ٱللَّ
“Mereka itu adalah pemberi syafa’at kepada kami di sisi Allah.” (QS.Yunus:18).
Ketahuilah (wahai saudaraku seiman) bahwasanya ketiga syubhat (hujjah batil yang mereka anggap benar) itu([4]) adalah syubhat yang paling besar yang ada pada mereka, untuk itu jika anda sudah ketahui, bahwasanya Allah sudah menjelaskan tiga hal itu di dalam kitab-Nya, dan anda pun sudah memahaminya dengan pemahaman yang baik, maka berbagai syubhat selain itu akan terasa lebih mudah dibanding tiga syubhat di atas.
([1] ) Penulis rahimahullah ingin menerangkan keadaan–keadaan musuh-musuh Allah dan musuh-musuh para Rasul-Nya yang senantiasa menghadang pada jalan kepada pengetahuan tentang agama Allah serta menghalangi manusia dari jalan itu.
([2] ) Yakni dengan menjadikan orang-orang shalih itu sebagai washithah (perantara) antara dia dengan Allah Yang Maha Dekat lagi memperkenankan do’a hamba-hamba-Nya, hal ini yang ada pada para penyembah orang-orang mati, perbuatan itu kufur berdasarkan kesepakatan para ulama.
([3] ) Yakni ayat-ayat yang menunjukkan atas kekufuran orang-orang yang berdo’a kepada selain Allah baik itu orang-orang mati, batu dan lain-lain dengan penyembelihan- penyembelihan dan nadzar.
([4] ) Syubhat pertama: ucapan mereka: “kami tidak menyekutukan Allah”, kedua: ucapan mereka: “bahwa ayat-ayat itu turun tentang hal orang yang menyembah berhala,” dan syubhat yang ketiga: Ucapan mereka: “orang-orang kafir itulah yang menginginkan dari mereka ( orang-orang yang shaleh)…. Dst ( lihat diatas).
sumber:
muwahiid
http://haulasyiah.wordpress.com/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Silahkan kasih komentar, dengan syarat menjaga adab-adabnya, tidak mengandung kata-kata kotor, makian dan sebagainya. Dan kami tidak melayani perdebatan atas sesuatu yang telah jelas dari al-Qur'an, as-Sunnah dan Ijma', namun jika ada hal yang masih samar, silahkan tanyakan