Pendekar Sunnah - Abu Fajri Khusen's Blog

Sabtu, 19 Juni 2010

Virus Popularitas dalam Status FaceBook (Bagian 1)h4di4h b4t 4N4k n0n9kr0nk&9auls!

Status ramai menghiasi dinding facebook ini, lalu lintas status seakan lebih padat dari lalu lintas di jalanan pada saat jam-jam sibuk, dunia facebook juga semakin berwarna-warni dengan perkataan dan ungkapan hati yang ditumpahkan oleh “teman-teman” kita yang telah kita setujui pertemanan antara kita dengan mereka. Kami menulis “teman-teman” dengan tanda petik karena kita memang secara tertulis berteman dengan sebagian dari mereka, namun hati kita tidak terikat dengan sebuah ikatan pertemanan yang didasari cinta kepada Allah Ta’ala. Sehingga ada beberapa di antara teman kita yang kita mencintainya karena keshalihan mereka, ucapan-ucapan mereka yang penuh nasihat dan melembutkan hati, semoga Allah Subhanahu wa Ta’ala memberikan barokah kepada mereka.

Namun juga banyak orang-orang yang masuk dalam area “teman-teman” kita dan terdaftar rapi dalam daftar pertemanan dalam account facebook kita, mereka mengeluarkan isi hati mereka dan menunjukkan jati diri mereka sebenarnya ke hadapan orang banyak dengan ungkapan-ungkapan yang jauh dari ilmu agama serta akhlak yang shalih, ungkapan-ungkapan yang kadang membuat kita mau untuk membacanya dengan mengatakan dalam hati, “Inilah teman-temanku dalam facebook!”, sehingga kadang kita tidak mampu menyembunyikan kesedihan kita... kadang ada air mata yang tak mampu menetes lagi... beginikah kondisi sebagian kaum muslimin di masa sekarang ini?...

Namun tujuan awal dalam menggunakan facebook ini adalah untuk menyampaikan nasihat kepada para saudara kami kaum muslimin yang mengenal kami dalam jaringan pertemanan yang saling terhubung satu sama lain di dunia maya ini, karena itulah kewajiban kami... Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman :

“...orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran.” (QS. Al-‘Ashr : 3)

Dari Abu Ruqayyah Tamim bin Aus Ad-Dari radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Agama seluruhnya adalah nasihat.” Maka kami bertanya, “Untuk siapa wahai Rasulullah?”. Beliau menjawab, “Yaitu untuk Allah, untuk Kitab-Nya, untuk Rasul-Nya, untuk para pemimpin kaum muslimin, dan untuk rakyatnya.” [HR. Muslim (55)]

An-Nawawi rahimahullah berkata, “Hadits ini adalah hadits yang memiliki kedudukan yang sangat agung, di atas hadits inilah seluruh ajaran agama Islam berporos…”. “…Adapun apa yang dikatakan oleh banyak ulama yang menyatakan bahwa hadits ini merupakan seperempat ajaran agama Islam, maka hal itu tidak tepat seperti apa yang mereka ucapkan. Bahkan poros semua ajaran ada dalam hadits ini saja.” (Syarh Muslim, 2/116). Al-Hafizh Ibnu Hajar rahimahullah mengatakan, “Hadits ini mungkin untuk dimaknai sebagaimana lahiriyahnya karena setiap amal yang tidak dimaksudkan oleh pelakunya dengan ikhlas maka amal itu bukan termasuk bagian agama.” (Fath Al-Bari, 1/169).

Maka dari sinilah sebuah nasehat kepada para saudaraku kaum muslimin pengguna facebook bermula, agar kalian semua benar-benar memperhatikan kondisi Iman dan Islam kalian yang tercermin dalam status facebook. Karena hal ini tidak akan hanya merusak diri kalian namun kalian akan senantiasa menyeret orang-orang jahil dari kalangan kaum untuk berada bersama kalian dalam hal perbuatan dan perkataan yang tidak bermanfaat dalam facebook.

Ketika munculnya status ini dibarengi dengan keinginan hati untuk menjadi populer dan terkenal di kalangan facebook, ketika munculnya status hanya untuk sekedar tampil dan eksis tanpa memperhatikan kerusakan dalam ucapan yang disampaikan dalam status karena minimnya ilmu agama dan ketika status ditulis hanya untuk mengharapkan “JEMPOL” belaka, bahkan ada yang sampai secara vulgar meminta agar teman-teman mereka dalam facebook untuk memberikan jempol pada status yang mereka buat. Wahai saudaraku, janganlah engkau meracuni diri sendiri dengan virus kesombongan.

SAAT DIRI TAMPIL DALAM FACEBOOK

Status dalam facebook bagi yang mengunakannya untuk menyampaikan da’wah dalam bentuk nukilan nasihat yang bermanfaat dan saling menasihati dalam kebenaran telah memberikan warna yang indah dalam blantika da’wah dalam dunia maya. Tidak dapat dipungkiri bahwa telah banyak saudara kita kaum muslimin telah mengambil manfaat dalam berda’wah melalui facebook, sehingga lebih banyak kaum muslimin yang mengetahui kebenaran melalui da’wah sunnah mereka.

Namun masih ada banyak status yang mempunyai maksud untuk “tampil” dan secara jelas pemilik status menginginkan agar teman-temannya memberikan “jempol” atas statusnya, atau sebagian yang lain mengabarkan bahwa dia telah hadir lagi dalam facebook setelah sekian lama menghilang, dibumbui dengan ucapan-ucapan yang menyiratkan keinginan untuk diakui keberadaanya, sampai dengan ucapan-ucapan yang menyatakan kesombongan dalam status mereka. Hal ini diperparah dengan adanya orang-orang di sekitar mereka yang me-ridhai perbuatan ini dengan memberikan komentar-komentar yang mendukung dan memperpanjang deretan status “bermasalah” ini.

Virus keinginan untuk populer dan terkenal dalam status facebook ini telah banyak menjangkiti kaum muslimin, hingga pada perbuatan menyombongkan diri dengan mengabarkan setiap kegiatan yang dilakukannya melalui status facebook, karena virus popularitas ini menjangkiti kaum muslimin dengan sangat perlahan dan tersamar, sehingga membuat orang yang terjangkiti tidak merasakan bahwa keinginan untuk diakui dan terkenal di khalayak facebook telah ada pada dirinya. Bahkan virus ini juga mampu menjangkiti para kaum muslimin yang berda’wah melalui facebook, padahal pilar utama dalam da’wah adalah ikhlas karena Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Berkata Abu Hazim Salamah bin Dinar “Sembunyikanlah kebaikan-kebaikanmu sebagaimana engkau menyembunyikan kejelekan-kejelekanmu.” (Berkata Syaikh Abdul Malik Romadhoni , “Diriwayatkan oleh Al-Fasawi dalam Al-Ma’rifah wa At-Tarikh (1/679), dan Abu Nu’aim dalam Al-Hilyah (3/240), dan Ibnu ‘Asakir dalam tarikh Dimasyq (22/68), dan sanadnya sohih”. Lihat Sittu Duror hal. 45).

Dalam riwayat yang lain yang diriwayatkan oleh Al-Baihaqi dalam Syu’ab Al-Iman no 6500 beliau berkata, “Sembunyikanlah kebaikan-kebaikanmu sebagiamana engkau menyembunyikan keburukan-keburukanmu, dan janganlah engkau kagum dengan amalan-amalanmu, sesungguhnya engkau tidak tahu apakah engkau termasuk orang yang celaka (masuk neraka) atau orang yang bahagia (masuk surga)”.

Banyak sekali ulama salaf yang membenci ketenaran, mereka paling tidak menyukai nama mereka disebut-sebut manusia, mereka membenci jika amalan mereka bisa diketahui orang banyak, mereka selalu berusaha untuk menyembunyikan amalan-amalan kebaikan mereka hingga manusia yang lain tidak mengetahuinya selain Allah Subhanahu wa Ta’ala dan dirinya saja yang tahu. Mereka para ulama salaf sangat takut kepada kesombongan hati yang mudah menjangkiti manusia. Mereka membenci pujian dari manusia yang bisa menimbulkan fitnah bagi diri mereka.

Berkata Hammad bin Zaid: “Saya pernah berjalan bersama Ayyub (As-Sikhtyani), maka diapun membawaku ke jalan-jalan cabang (selain jalan umum yang sering dilewati manusia-pen), saya heran kok dia bisa tahu jalan-jalan cabang tersebut ?! (ternyata dia melewati jalan-jalan kecil yang tidak dilewati orang banyak) karena takut manusia (mengenalnya dan) mengatakan, “Ini Ayyub” (Berkata Syaikh Abdul Malik Romadhoni: “Diriwayatkan oleh Ibnu Sa’ad (7/249), dan Al-Fasawi dalam Al-Ma’rifah wa At-Tarikh (2/232), dan sanadnya shahih.” (Sittu Duror hal 46)).

Berkata Imam Ahmad: “Aku ingin tinggal di jalan-jalan di sela-sela gunung-gunung yang ada di Mekah hingga aku tidak dikenal. Aku ditimpa musibah ketenaran”. (As-Siyar 11/210). Tatkala sampai berita kepada Imam Ahmad bahwasanya manusia mendoakannya dia berkata: “Aku berharap semoga hal ini bukanlah istidroj”. (As-Siyar 11/211). Imam Ahmad juga pernah berkata tatkala tahu bahwa manusia mendoakan beliau: “Aku mohon kepada Allah agar tidak menjadikan kita termasuk orang-orang yang riya”. (As-Siyar 11/211). Pernah Imam Ahmad mengatakan kepada salah seorang muridnya (yang bernama Abu Bakar) tatkala sampai kepadanya kabar bahwa manusia memujinya: “Wahai Abu Bakar, jika seseorang mengetahui (aib-aib) dirinya maka tidak bermanfaat baginya pujian manusia”. (As-Siyar 11/211).

Berkata Hammad, “Pernah Ayyub membawaku ke jalan yang lebih jauh, maka akupun perkata padanya, “Jalan yang ini yang lebih dekat”, maka Ayyub menjawab: ”Saya menghindari majelis-majelis manusia (menghindari keramaian manusia-pen)”. Dan Ayyub jika memberi salam kepada manusia, mereka menjawab salamnya lebih dari kalau mereka menjawab salam selain Ayyub. Maka Ayyub berkata: ”Ya Allah sesungguhnya Engkau mengetahui bahwa saya tidaklah menginginkan hal ini !, Ya Allah sesungguhnya Engkau mengetahui bahwa saya tidaklah menginginkan hal ini!.” Berkata Syaikh Abdul Malik: ”Diriwayatkan oleh Ibnu Sa’d (7/248) dan Al-Fasawi (2/239), dan sanadnya shahih”. (Sittu Duror hal 47).

Berkata Abu Zur’ah Yahya bin Abi ‘Amr, “Ad-Dlohhak bin Qois keluar bersama manusia untuk sholat istisqo (sholat untuk minta hujan), namun hujan tak kunjung datang, dan mereka tidak melihat adanya awan. Maka beliau berkata: ”Dimana Yazid bin Al-Aswad?” (Dalam riwayat yang lain: Maka tidak seorangpun yang menjawabnya, kemudian dia berkata: ”Dimana Yazid bin Al-Aswad?, Aku tegaskan padanya jika dia mendengar perkataanku ini hendaknya dia berdiri”), maka berkata Yazid :”Saya di sini!”, berkata Ad-Dlohhak: ”Berdirilah!, mintalah kepada Allah agar menurunkan hujan bagi kami!”. Maka Yazid pun berdiri dan menundukan kepalanya diantara dua bahunya, dan menyingsingkan lengan banjunya lalu berdoa: ”Ya Allah, sesungguhnya para hambaMu memintaku untuk berdoa kepadaMu”. Lalu tidaklah dia berdoa kecuali tiga kali kecuali langsung turunlah hujan yang deras sekali, hingga hampir saja mereka tenggelam karenanya. Kemudian dia berkata: ”Ya Allah, sesungguhnya hal ini telah membuatku menjadi tersohor, maka istirahatkanlah aku dari ketenaran ini”, dan tidak berselang lama yaitu seminggu kemudian diapun meninggal.” Lihat takhrij kisah ini secara terperinci dalam buku Sittu Duror karya Syaikh Abdul Malik Romadloni hal. 47.

Maka keinginan untuk tampil dan eksis dalam facebook ini menjadi sebuah virus laten yang sangat berbahaya, suatu status bisa menjadi sebuah pintu kesombongan yang dimanfaatkan oleh syaithon untuk mencelakakan manusia dari jalan Allah Ta’ala yang lurus. Oleh karena itu kami mewasiatkan kepada saudara-saudara kami para kaum muslimin yang dirahmati Allah Ta’ala, berhati-hatilah dalam menulis status anda, waspadalah terhadap virus keinginan untuk populer, ingin diakui dan ingin sekadar tampil dalam facebook dan mendapatkan banyak teman.

Bagi saudaraku yang berda’wah melalui facebook maka berusahalah untuk ikhlas kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dalam segala hal perbuatanmu, jangan sampai da’wahmu dalam facebook justru menjadi pintu keburukan yang bisa mencelakai dirimu dan agamamu, selalu berwaspadalah kepada gerak-gerik hatimu.

Hal itu juga sebagaimana diterangkan oleh Al-Imam Ibnul Jauziy, di mana beliau mengatakan:
“Sungguh Iblis telah memberikan tipu dayanya kepada seorang pemberi nasehat yang ikhlas, maka Iblispun berkata kepadanya: “Orang sepertimu tidaklah memberi nasehat dan akan tetapi kamu hanya pura-pura memberi nasehat.” Akhirnya diapun diam dan berhenti dari memberi nasehat. Itulah di antara makar Iblis, karena dia menginginkan menghalangi perbuatan yang baik…. Iblispun juga berkata: “Sesungguhnya kamu ingin bernikmat-nikmat dengan apa yang kamu sampaikan dan kamu akan mendapatkan kesenangan karena hal itu, dan kadang-kadang akan muncul perasaan riya` pada ucapanmu, dan menyendiri itu lebih selamat.” Maksud dari perkataan ini adalah menghalangi dari berbagai kebaikan”. (Talbiisu Ibliis hal.125)

Menghindari Penyakit Popularitas (Syuhroh)

Hendaknya manusia selalu berusaha untuk menyembunyikan seluruh amal perbuatannya di hadapan orang banyak, jika ibadahnya yang terlihat manusia lebih bagus daripada ibadahnya di saat sendirinya maka itulah sebagian dari riya’, maka perhatikanlah diri dan hatimu saat engkau melaksanakan amal di hadapan orang banyak (shalat, shodaqoh, da’wah dan selainnya), berusahalah untuk menutup segala pintu kesombongan yang samar menjangkiti dirimu dengan mengingat bahwa engkau hanyalah berasal dari setetes nutfah yang hina, dan dengan rahmat Allah Ta’ala engkau menjadi baik dan berilmu.

Dan janganlah engkau meninggalkan amal kebaikan karena takut dikatakan sombong oleh manusia, karena meninggalkan amal kebaikan karena takut kepada manusia adalah pintu menuju kesyirikan, dan mengerjakan amal karena ingin dilihat manusia adalah kesombongan.

Berkata Abdullah bin Mas’ud, “Seandainya kalian mengetahui dosa-dosaku maka tidak ada dua orangpun yang berjalan di belakangku, dan kalian pasti akan melemparkan tanah di kepalaku, aku sungguh berangan-angan agar Allah mengampuni satu dosa dari dosa-dosaku dan aku dipanggil dengan Abdullah bin Rowtsah”. (Al-Mustadrok 3/357 no. 5382).

Maka hendaknya para saudaraku kaum muslimin tetap berusaha untuk meluruskan hati dalam berda’wah melalui facebook, dan bagi saudaraku kaum muslimin yang masih enggan untuk saling menasihati dalam kebenaran melalui facebook, kami wasiatkan agar kalian bertaqwa kepada Allah Ta’ala dan memohon ampunan-Nya, berhentilah merusak diri kalian dengan membuat status yang tidak bermanfaat dan membawa diri kalian pada bahaya riya’, sesungguhnya dunia itu hanyalah permainan dan suatu yang melalaikan.

Wallahu a’lam bish showab.

Oleh : Andi Abu Najwa

Artikel Terkait



1 komentar:

Unknown mengatakan...

tapiib saya berbeda

Posting Komentar

Silahkan kasih komentar, dengan syarat menjaga adab-adabnya, tidak mengandung kata-kata kotor, makian dan sebagainya. Dan kami tidak melayani perdebatan atas sesuatu yang telah jelas dari al-Qur'an, as-Sunnah dan Ijma', namun jika ada hal yang masih samar, silahkan tanyakan

Kritik dan Sarannya tafadhol

Blog Sahabat Sunnah