Tahukah anda bahwa ternyata jin juga takut kepada manusia, sebagaimana halnya sebagian manusia juga banyak yang takut dengan jin, masa sih? Ayo kita simak..
Diriwayatkan oleh Ibnu Abid-Dun-yaa dari Mujaahid, ia berkata :
بينا أنا ذات ليلة أصلي إذ قام مثل الغلام بين يدي قال : فشددت عليه لآخذه فقام فوثب خلف الحائط حتى سمعت وقعته فما عاد إليَّ بعد ذلك.
“Ketika aku melakukan shalat di satu malam, tib...a-tiba berdirilah makhluk seperti anak-anak di hadapanku. Lalu aku mengejar untuk menangkapnya. Ia pun berdiri dan melompat ke balik dinding hingga aku mendengar bunyi jatuhnya. Ia tidak kembali lagi setelah kejadian itu”.
Mujaahid berkata :
إنهم يَهَابونكم كما تهابونكم.
“Sesungguhnya mereka takut kepada kalian sebagaimana kalian pun takut kepada mereka”.
Dan diriwayatkan juga dari Mujaahid, ia berkata :
الشيطان أشد فَرَقًَا - أي خوفًَا - من أحدكم منه فإن تعرض لكم فلا تَفْرقوا منه فيركبكم ولكن شدوا عليه فإنه يذهب.
“Syaithan itu lebih takut daripada salah seorang di antara kalian. Apabila ia menampakkan diri kepada kalian, maka janganlah kalian takut sehingga akan menguasai kalian. Akan tetapi bersikap keras/beranilah kalian kepadanya, niscaya ia akan pergi”.
Al-Haafidh Abu Bakr Muhammad bin Muhammad bin Sulaimaan Al-Baaghandiy berkata : Telah menceritakan kepada kami Ahmad bin Bakkaar bin Abi Maimuunah : Telah menceritakan kepada kami Ghiyaats, dari Hushain, dari Mujaahid, ia berkata :
كان الشيط...ان لا يزال يتزيا لي إذا قمت إلى الصلاة في صورة ابن عباس. قال فذكرت قول ابن عباس فجعلت عندي سكينًَا فتزيا لي فجعلت عليه فطعنته فوقع وله وجبة فلم أره بعد ذلك.
“Syaithan senantiasa menampakkan diri kepadaku saat aku berdiri melaksanakan shalat dalam bentuk/rupa Ibnu ‘Abbaas. Lalu aku ingat perkataan Ibnu ‘Abbaas sehingga selalu mempersiapkan pisau di sisiku. Satu saat, ia (syaithan) kembali menampakkan diri kepadaku, lalu aku serang dan aku tusuk ia sehingga mengenainya. Ia pun jatuh tersungkur. Setelah itu, aku tidak pernah melihatnya lagi”.
Mengenai Al-Haafidh Al-Baaghandiy, Ibnu Hajar berkomentar tentangnya : “Terkenal sering melakukan tadlis, namun ia jujur dan amanah”.
[Thabaqaatul-Mudallisiin (hal. 32)].
Al-Haafidh Abu Bakr Muhammad bin Muhammad bin Sulaimaan Al-Baaghandiy berkata : Telah menceritakan kepada kami Ahmad bin Bakkaar bin Abi Maimuunah : Telah menceritakan kepada kami Ghiyaats, dari Hushain, dari Mujaahid, ia berkata :
كان الشيط...ان لا يزال يتزيا لي إذا قمت إلى الصلاة في صورة ابن عباس. قال فذكرت قول ابن عباس فجعلت عندي سكينًَا فتزيا لي فجعلت عليه فطعنته فوقع وله وجبة فلم أره بعد ذلك.
“Syaithan senantiasa menampakkan diri kepadaku saat aku berdiri melaksanakan shalat dalam bentuk/rupa Ibnu ‘Abbaas. Lalu aku ingat perkataan Ibnu ‘Abbaas sehingga selalu mempersiapkan pisau di sisiku. Satu saat, ia (syaithan) kembali menampakkan diri kepadaku, lalu aku serang dan aku tusuk ia sehingga mengenainya. Ia pun jatuh tersungkur. Setelah itu, aku tidak pernah melihatnya lagi”.
Mengenai Al-Haafidh Al-Baaghandiy, Ibnu Hajar berkomentar tentangnya : “Terkenal sering melakukan tadlis, namun ia jujur dan amanah”.
[Thabaqaatul-Mudallisiin (hal. 32)].
Al-Qaadliy Abu Ya’la Muhammad bin Al-Husain bin Al-Farraa’ berkata :
ولا قدرة للشيطان على تغيير خلقهم والانتقال في الصور، وإنما يجوز أن يعلمهم الله تعالى كلمات وضروبًا من ضروب الأفعال إذا فعله وتكلم به نقله الله تعالى من صورة إلى صورة، فيقال... : إنه قادر على التصوير والتخييل على معنى إنه قادر على قول إذا قاله وفعله نقله الله تعالى عن صورته إلى صورة أخرى بجري العادة وأما إنه يصور نفسه فذلك محال، لأن انتقالها عن صورة إلى صورة إنما يكون بنقض البنية وتفريق الأجزاء وإذا انتقضت بَطَلَت الحياة. هــ.
“Tidak ada kemampuan bagi syaithan untuk mengubah penciptaan mereka dan berubah bentuk. Namun Allah bisa saja mengajarkan kepada mereka beberapa kalimat dan perbuatan dimana jika ia mengucapkan kalimat tersebut atau melakukan perbuatan-perbuatan tersebut Allah ta’ala akan mengubahnya dari satu bentuk ke bentuk lainnya. Dikatakan : Syaithan mampu untuk mengubah bentuk dan membuat khayalan dengan pengertian bahwa ia mampu untuk satu perkataan yang jika ia mengatakannya atau melakukannya maka Allah akan mengubahnya dari satu bentuk ke bentuk yang lain sesuai dengan kebiasaan yang berlaku. Adapun jika ia mengubah dirinya sendiri, maka hal itu mustahil, karena berubahnya dirinya dari satu bentuk ke bentuk yang lainnya akan menguraikan struktur dan merombak bagian-bagiannya. Apabila hal itu terjadi, maka musnahlah kehidupan”.
[Aakaamul-Marjaan (hal. 19)].
Muslim meriwayatkan dalam Shahih-nya : Dari Abus-Saaib maula Hisyaam bin Zahrah :
دخلت على أبي سعيد الخدري. فوجدته يصلي. فجلست أنتظره حتى يقضي صلاته. فسمعت تحريكا في عراجين في ناحية البيت. فالتفت فإذا حية. فوثبت لأقتلها. فأشار إلى: أن اجلس. ...فجلست. فلما انصرف أشار إلى بيت في الدار. فقال أترى هذا البيت؟ فقلت: نعم. فقال: كان فيه فتى منا حديث عهد بعرس. قال فخرجنا مع رسول الله صلى الله عليه وسلم إلى الخندق. فكان ذلك الفتى يستأذن رسول الله صلى الله عليه وسلم بأنصاف النهار فيرجع إلى أهله. فاستأذنه يوما. فقال له رسول الله صلى الله عليه وسلم "خذ عليك سلاحك. فإني أخشى عليك قريظة" فأخذ الرجل سلاحه. ثم رجع فإذا امرأته بين البابين قائمة. فأهوى إليها الرمح ليطعنها به. وأصابته غيرة. فقالت له: اكفف عليك رمحك، وادخل البيت حتى تنظر ما الذي أخرجني. فدخل فإذا بحية عظيمة منطوية على الفراش. فأهوى إليها بالرمح فانتظمها به. ثم خرج فركزه في الدار. فَضطربت الحية في رأس الرمح. وخر الفتى ميتًا. فما يدري أيهما كان أسرع موتا. الحية أم الفتى؟ قال فجئنا إلى رسول الله صلى الله عليه وسلم فذكرنا له. وقلنا: ادع الله يحييه لنا. فقال "استغفروا لصاحبكم" ثم قال "إن بالمدينة جنا قد أسلموا. فإذا رأيتم منهم شيئا فآذنوه ثلاثة أيام. فإن بدا لكم بعد ذلك فاقتلوه. فإنما هو شيطان".
“Aku pernah masuk menemui Abu Sa’id Al-Khudriy di rumahnya yang ketika itu ia sedang melaksanakan shalat. Akupun duduk menunggu hingga ia menyelesaikan shalatnya. Lalu aku mendengar bunyi gerakan di di pelepah kurma di sudut rumah, kemudian aku menoleh. Ternyata ada seekor ular, maka aku melompat untuk membunuhnya. Akan tetapi, Abu Sa’id Al-Khudriy memberi isyarat kepadaku agar aku duduk. Maka akupun duduk kembali. Setelah Abu Sa’id selesai shalat, ia menunjuk ke sebuah rumah di perkampungan itu, lalu ia bertanya : “Kamu lihat rumah itu ?”. Aku menjawab : “Ya”. Abu Sa’id berkata : “Di rumah itu ada seorang pemuda dari keluarga kami yang baru saja menjadi pengantin baru”. Abu Sa’id melanjutkan : “Kami berangkat bersama Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam menuju peperangan Khandaq. Ketika itu pemuda tersebut memohon ijin kepada Rasulullah di tengah hari untuk pulang menemui istrinya. Maka ia pun meminta ijin di hari itu. Beliau bersabda kepadanya : “Bawalah senjatamu, karena aku khawatir orang-orang Yahudi Quraidhah menyerangmu”. Laki-laki itu mengambil senjatanya, lalu ia pulang. Tiba-tiba didapatinya istrinya sedang berdiri di tengah pintu, lalu ia arahkan tombaknya untuk menikam istrinya (karena cemburu). Namun istrinya mengatakan kepadanya : “Tahanlah tombakmu dan masuklah ke rumah agar kau tahu mengapa aku keluar”. Laki-laki itu masuk. Ternyata ada seekor ular besar melingkar di atas tempat tidur, maka ia menikam ular tersebut dengan tombak. Kemudian ia bergembira dengannya dan menancapkannya di pekarangan. Kemudian ular itu menggeliat di ujung tombak dan mematuk si pemuda hingga ia mati. Tidak diketahui mana yang lebih dahulu mati, ular itu atau si pemuda. Maka kejadian itupun dilaporkan kepada Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam. Beliau bersabda : “Sesungguhnya di Madinah ini ada jin yang telahmasuk Islam. Apabila kalian melihat sebagian dari mereka, maka berilah ia ijin untuk tinggal selama tiga hari (untuk menjauh/keluar). Jika ia masih terlihat setelah itu, maka bunuhlah karena ia adalah syaithan”
{Diriwayatkan oleh Muslim (14/235 – dengan Syarh An-Nawawi).}
Ibnu Abi Syaibah meriwayatkan :
إن الغيلان ذكروا عند عمر بن الخطاب،
فقال : إن أحدًا لا يستطيع أن يتحول عن صورته التي خلقه الله عليها ولكن لهم سحرة كسحرتكم،
...
فإذا رأيتم ذلك فأذِّنوا
“Sesungguhnya hantu pernah mereka sebutkan di sisi ‘Umar bin Al-Khaththaab.
Maka ia berkata : ‘Bahwasannya tidak ada yang mampu untuk merubah bentuk aslinya sebagaimana diciptakan Allah ta’ala mula-mula. Namun mereka mempunyai tukang sihir sebagaimana tukang sihir yang ada di antara kalian.
Apabila kalian melihat hal itu, maka ucapkanlah adzan pada mereka”.
Al-Haafidh berkata : “Isnadnya shahih
[Fathul-Baariy (6/344)].
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Silahkan kasih komentar, dengan syarat menjaga adab-adabnya, tidak mengandung kata-kata kotor, makian dan sebagainya. Dan kami tidak melayani perdebatan atas sesuatu yang telah jelas dari al-Qur'an, as-Sunnah dan Ijma', namun jika ada hal yang masih samar, silahkan tanyakan