Pendekar Sunnah - Abu Fajri Khusen's Blog

Selasa, 16 Oktober 2012

Mukhtashar Tafsir al Qur'an Surat al Baqarah Ayat 27 (part 1)

Assalaamu'alaykum warohmatullaahi wabaarokatuh..
Alhamdulilah kita masih dipertemukan kembali untuk melanjutkan  kajian tafsir al Qur'an yang ngangenin seperti penulisnya. ^_^
Langsung saja kita mulai, selamat menyimak.


الَّذِينَ يَنقُضُونَ عَهْدَ اللَّهِ مِن بَعْدِ مِيثَاقِهِ وَيَقْطَعُونَ مَا أَمَرَ اللَّهُ بِهِ أَن يُوصَلَ وَيُفْسِدُونَ فِي الأَرْضِ أُولَئِكَ هُمُ الْخَاسِرُونَ
Yaitu orang-orang yang melanggar perjanjian Allah sesudah perjanjian itu teguh. Dan memutuskan apa yang diperintahkan Allah (kepada mereka) untuk menghubungkannya. Dan membuat kerusakan di muka bumi. Mereka itulah orang-orang yang merugi.”.

 ٱلَّذِينَ يَنقُضُونَ عَهۡدَ ٱللَّهِ مِنۢ بَعۡدِ مِيثَـٰقِهِۦ Yaitu orang-orang yang melanggar perjanjian Allah sesudah perjanjian itu teguh.”
Hal ini bersifat umum yang meliputi perjanjian antara mereka dengan Rabb mereka, atau juga perjanjian yang terjadi antara mereka dengan sesama makhluk, yang dikukuhkan atas mereka dengan ikatan-ikatan yang erat dan keharusan-keharusan, namun mereka tidak peduli terhadap ikatan-ikatan tesebut. Bahkan mereka membatalkannya dan mereka meninggalkan perintah-perinahNya, melakukan larangan-laranganNya dan mereka membatalkan janji-janji antara mereka dengan sesama makhluk, وَيَقۡطَعُونَ مَآ أَمَرَ ٱللَّهُ بِهِۦۤ أَن يُوصَلَdan memutuskan apa yang diperintahkan Allah (kepada mereka) untuk menghubungkannya”.

Hal-hal yang diputuskan oleh orang-orang kafir sedangkan Allah memerintahkan untuk menyambungnya, yaitu:
1. Hubungan seorang hamba dengan Allah, yaitu dengan cara beriman kepada-Nya, mentauhidkan-Nya, tidak berbuat syirik dan melaksanakan ibadah hanya  kepadaNya.
2. Hubungan seorang hamba dengan RasulNya yaitu dengan beriman kepadanya, mencintainya, menghormatinya, menunaikan segala hak-haknya, ittiba' kepadanya dan tidak membuat tata cara ibadah yang tidak beliau ajarkan.
3. Hubungan seorang hamba dengan keluarga dan kerabatnya, yaitu dengan cara menjalin silaturahim.
4. Hubungan seorang hamba dengan manusia lain secara umum, yaitu hubungan seseorang dengan orang lain, cara menyambungnya dengan memberikan hak-hak mereka, dengan berakhlak yang baik kepada mereka, dan itu maka hubungan kita dengan orang lain akan terjalin erat.

Dalam masalah silaturahim, manusia terbagi tiga:
1. Penyambung haqiqi. Penyambung silaturahim yang haqiqi adalah orang yang menyambung hubungan dengan kerabatnya yang memuturkan hubungan dengan dia. Nabi bersabda: seorang penyambung haqiqi bukanlah orang yang membalas budi, penyambung yang haqiqi adalah orang yang apabila hubungannya diputus oleh kerabatnya, maka ia berusaha menyambungnya.
2. Pembalas budi. Yaitu orang yang berbuat baik kepada orang yang berbuat baik pada dirinya. Orang yang berkunjung kepada kerabat yang telah mengunjunginya. Orang yang memberikan hadiah kepada saudara yang telah memberikan hadiah kepada dirinya, dan seterusnya.
Orang seperti ini bukanlah penyambung silaturahim haqiqi, walaupun dia mendapat pahala, karena islam mengajarkan kita untuk menjadi orang yang memiliki rasa hutang budi, dan berusaha membalas kebaikan orang lain, sebagaimana sabda Nabi: "Barangsiapa
yang memberikan kalian kebaikan, maka balaslas." (HR. Ahmad).
Ibnu Hajar al Asqalany dan juga Syaikh Abdul Muhsin al Abbad menjelaskan bahwa orang seperti ini type pembalas budi mendapat pahala silaturahim, namun pahalanya tidak sesempurna penyambung yang haqiqi, karena kalau dia tidak membalas maka akan menjadikan hubungan silaturahim terputus, karena kebaikan saudaranya akan bertepuk sebelah tangan. Oleh karena itu ketika dia sambung, dia punya peran menjaga hubungan silaturahim dan mendapat pahala silaturahim.
3. Pemutus silaturahim.
Baik ia sengaja, seperti mengatakan : "Aku ga mau melihat mukamu lagi. Abisnya Jerawatan!" "Jangan hubungi aku lagi." dan semisalnya. Atau dengan cara dia tidak membalas jasa baik saudaranya, akhirnya bertepuk sebelah tangan dan dayung pun tak bersambut, akhirmya hubungan menjadi terputus.

Berarti Penyambung haqiqi akan berhadapan dengan orang yang zhalim, emosional, temperamental dan egois. Kenapa? Karena orang yang memutuskan silaturahim akhlaknya pasti buruk. Makanya persiapkan kesabaran yang ti
nggi. Inilah sebabnya pahala menyambung silaturahim sangat besar. "barangsiapa yg ingin rizkinya dilapangkan dan umurnya dipanjangkan, maka sambunglah silaturahim."
Luar biasa. Kaidah mengatakan al ajru 'alal qadril masaqah. Besasnya sebuah ganjaran tergantung tingkat kesulitan syariat tersebut. Jadi, semakin sulit ujian yang Allah berikan kepada kita, maka pahalanya semakin besar.

Adapun orang-orang mukmin, maka mereka akan menyambung silaturrahim  yang telah Allah perintahkan untuk disambungkan berupa hak-hak tersebut, dan mereka menunaikannya dengan sebaik-baik pelaksanaan. Sedangkan orang-orang fasik, maka mereka memutuskannya dan membuangnya dari diri mereka dan menggantikannya dengan kefasikan, memutus hubungan, وَيُفۡسِدُونَ فِى ٱلۡأَرۡضِ‌ۚ dan melakukan kemasiatan yaitu merusak di bumi.
أُوْلَـٰٓٮِٕكَ هُمُ “mereka itulah”, yaitu orang-orang yang memiliki sifat seperti itu, ٱلۡخَـٰسِرُونَorang-orang yang merugi” di dunia dan akhirat.
Adapun tentang maksud potongan ayat wayufsiduuna fil ardhi, ulaaika humul khoosiruun, akan kita kaji pada edisi berikutnya, insya Allah.
Selamat menantidengan sabar.


 

Artikel Terkait



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan kasih komentar, dengan syarat menjaga adab-adabnya, tidak mengandung kata-kata kotor, makian dan sebagainya. Dan kami tidak melayani perdebatan atas sesuatu yang telah jelas dari al-Qur'an, as-Sunnah dan Ijma', namun jika ada hal yang masih samar, silahkan tanyakan

Kritik dan Sarannya tafadhol

Blog Sahabat Sunnah