Alhamdulilah, kita lanjutkan pembahasan tafsir kita yang sempat terhenti beberapa pekan karena bebarapa faktor, diantaranya faktor umur, lho?
Sebelum makin ngaco, kita langsung saja lanjutkan ke materi.
الَّذِينَ يَنقُضُونَ عَهْدَ اللَّهِ مِن بَعْدِ مِيثَاقِهِ وَيَقْطَعُونَ
مَا أَمَرَ اللَّهُ بِهِ أَن يُوصَلَ وَيُفْسِدُونَ فِي الأَرْضِ أُولَئِكَ
هُمُ الْخَاسِرُونَ
“Yaitu orang-orang yang melanggar perjanjian Allah sesudah perjanjian itu teguh. Dan memutuskan apa yang diperintahkan Allah (kepada mereka) untuk menghubungkannya. Dan membuat kerusakan di muka bumi. Mereka itulah orang-orang yang merugi.”.
وَيُفۡسِدُونَ فِى ٱلۡأَرۡضِۚ (Dan membuat kerusakan di muka bumi).
Salah
satu karakter orang kafir adalah membuat kerusakan di muka bumi. Apa
yang dimaksud membuat kerusakan di muka bumi? Syaikh Muhammad Bin Shaleh
Al Utsaimin menjelaskan bahwa membuat kerusakan di muka bumi mempunyai 2
makna:
1. Membuat kerusakan di muka bumi secara fisik, seperti penggundulan hutan, exploitasi hasil laut, polusi udara, dsb.
2.
Perusakan secara maknawi. Banyak sekali ulama tafsir yang menjelaskan
bentuk kerusakan yang kedua ini. Sebagaimana yang dijelaskan oleh Ibnu
Jarir ath Thabari, beliau menjelaskan makna merusak bumi pada ayat ini
yang merupakan karakter orang kafir adalah bermaksiat kepada Allah,
kufur, mendustakan Allah, hukum yang dipuputuskan, mengingkari kebenaran
yang datang dari Allah.
Beribadah
kepada selain Allah alias kesyirikan, inilah bentuk perusakan yang
lebih parah daripada merusak bumi secara fisik. Makanya imam al Qurthubi
ketika menafsirkan ayat ini berkata: maksudnya adalah ya'buduuna
ghairallah wahaadzaa gholiyatul fasad. Dan ini adalah puncak pengrusakan yang tertinggi, yaitu beribadah kepada selain Allah atau syirik.
Jadi kalau kita bandingkan antara dua kerusakan, berupa fisik dan melakukan ibadah yang tidak ada tuntunannya, bid'ah, syirik, kufur, mendustakan agama, mengolok-olok agama, ini lebih parah daripada merusak secara fisik.
Jadi kalau kita bandingkan antara dua kerusakan, berupa fisik dan melakukan ibadah yang tidak ada tuntunannya, bid'ah, syirik, kufur, mendustakan agama, mengolok-olok agama, ini lebih parah daripada merusak secara fisik.
Makanya dalam QS. al A'raf ayat 96 Allah berfirman:
وَلَوْ
أَنَّ
أَهْلَ
الْقُرَىٰٓ
ءَامَنُوا۟
وَاتَّقَوْا۟
لَفَتَحْنَا
عَلَيْهِم
بَرَكٰتٍ
مِّنَ
السَّمَآءِ
وَالْأَرْضِ
وَلٰكِن
كَذَّبُوا۟
فَأَخَذْنٰهُم
بِمَا
كَانُوا۟
يَكْسِبُونَ
﴿الأعراف:٩٦﴾
﴾
Al A'raf:96
﴿
"Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya".
"Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya".
Bukti
bahwa bentuk kerusakan type kedua ini lebih parah, buktinya dakwah para
Rasul, khususnya Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam adalah
membasmi bentuk kerusakan type kedua ini. Sebab kalau kerusakan type dua
ini sudah teratasi, maka akan berdampak positif terhadap kerusakan type
pertama. Karena pola hidup manusia akan berubah. Ketika dia bertakwa
kepada Allah, tauhidnya benar, komitmen kepada islam, maka pola hidupnya
yang terbiara merusak, akan berubah.
Sok
aja, kalo dia yakin akan kembali kepada Allah untuk dihisab, maka
ketika dia punya kendaraan knalpotnya dibenerin, diservis, sehingga
tidak mencemari lingkungan. Kalo dia konsisten dengan agamanya, ia akan
mengganti knalp6tnya yang bising itu, yang bikin polusi suara, sebab
kata Nabi, laa dhoror walaa dhiror. Jadi, masalah knalpot ini berkaitan
dengan iman kepada haqi akhir, sodara-sodara.
Jadi,
memperbaiki kerusakan dalam agama lebih penting daripada memperbaiki
kerusakan secara fisik. Jangan disangka semua bencana yang terjadi itu
tidak ada kaitannya dengan agama. Kaitan rusaknya bumi dengan rusaknya
aqidah itu sangat erat. Jadi, harusnya kita semangat mencegah orang
berbuat kesyirikan sebagaimana kita semangat mencegah orang membuamg
sampah sembarangan, menggunduli hutan, dsb.
أُولَئِكَ
هُمُ الْخَاسِرُونَ
"ulaaika humul khoosiruun"
(Mereka itulah orang-orang yang merugi).
Berkata Ibnu Jarir: "al khoosiruuna jamak dari kata al khoosiru, yaitu mereka yang mengurangi perolehan rahmat bagi diri mereka sendiri dengan cara berbuat maksiat kepada Allah. Sebagaimana seseorang merugi dalam bisnisnya tersebut.
(Mereka itulah orang-orang yang merugi).
Berkata Ibnu Jarir: "al khoosiruuna jamak dari kata al khoosiru, yaitu mereka yang mengurangi perolehan rahmat bagi diri mereka sendiri dengan cara berbuat maksiat kepada Allah. Sebagaimana seseorang merugi dalam bisnisnya tersebut.
Demikian
halnya dengan orang-orang munafik dan orang-orang kafir merugi, karena
Allah mengharamkan bagi mereka rahmat-Nya yang sengaja diciptakan bagi
hamba-hamba-Nya. Sesungguhnya pada hari kiamat kelak mereka sangat
membutuhkan rahmat Allah tersebut.

1 komentar:
السلام عليكم ورحمةالله وبركاته
numpang singgah akhi
Posting Komentar
Silahkan kasih komentar, dengan syarat menjaga adab-adabnya, tidak mengandung kata-kata kotor, makian dan sebagainya. Dan kami tidak melayani perdebatan atas sesuatu yang telah jelas dari al-Qur'an, as-Sunnah dan Ijma', namun jika ada hal yang masih samar, silahkan tanyakan