Begitulah sifat dari waktu; cepat berlalu baik kita manfaatkan atau tidak. Waktu tidak pernah menunggu kita, ia segera berlalu begitu saja tanpa tanda-tanda perpisahan. Dan seperti kata kebanyakan orang, ‘tahu-tahu’. Ya, taahu-tahu tugas sekolah harus dikumpulkan, tahu-tahu ujian sudah di depan mata, tahu-tahu kita bukan lagi remaja.
Keberadaan waktu jadi begitu kita butuhkan saat kita dikejar-kejar banyak tanggung jawab. Seandainya ia bisa kembali, meski harus membayar, pasti akan banyak orang yang berebut membelinya. Sayang, hari kemarin tak pernah bisa terbeli. Sebuah pepatah Cina mengatakan bahwa kaisar sekalipun tidak bisa membeli waktu yang telah berlalu. Untuk kita, orang-orang yang beriman, Allah Ta’ala telah berfirman:
“Dan belanjakanlah sebagian dari apa yang telah Kami berikan kepadamu sebelum datang kematian kepada salah seorang di antara kamu; lalu ia berkata: ‘Ya Tuhanku, mengapa Engkau tidak menangguhkan (kematian) ku sampai waktu yang dekat, yang menyebabkan aku dapat bersedekah dan aku termasuk orang-orang yang saleh?’”(Al Munafiqun: 10)
Karenanya, nikmatilah detik demi detik dan menit demi menit yang sekarang kita punya. Pergunakan sebaik-baiknya seolah-olah tak akan pernah ada hari esok. Lagipula, kita memang tidak pernah tahu apakah mata kita masih bisa menatap mentari esok pagi, dan telinga kita belum tentu masih bisa mendengar suara ayah dan ibu kita nanti malam. Dan tak ada yang bisa menjamin apakah kita masih bisa melaksanakan shalat subuh pada pagi hari nanti. Meremehkan waktu yang diberikan Allah, sama artinya memperlambat kita masuk ke dalam surgaNya dan membuang kesempatan meraih kesempatan untuk menjadi muslim yang terbaik. Tak ada sedikit pun waktu yang sudah Allah ciptakan melainkan harus dimanfaatkan sebaik mungkin. Seperti seorang dokter penuh tanggung jawab dan sedang berpacu dengan waktu untuk menyelamatkan nyawa pasiennya yang luka parah. Setiap detik bagi sang dokter amatlah berharga. Begitu pula hidup kita sekarang ini. Nabi saw. berpesan:“Apabila Hari Akhir sedang berlangsung sedang di tangan salah seorang dari kamu masih ada pohon yang akan ditanam, maka seandainya ia masih sempat menanamnya hendaklah ia tanam.”(hr. Ahmad dan Bayhaqi). Orang bijak sering berkata, sulit mencari kesempatan kedua, apalagi ketiga, dst. Maka, selagi hayat masih di kandung badan, selama jantung masih berdetak, selagi mata masih sempat memandang, dan akal masih bisa bekerja, kejarlah apa yang bisa kita raih. Untuk kebaikan dunia dan akhirat. Seperti pesan para ulama;
bekerjalah dengan giat untuk duniamu seolah-olah engkau akan hidup selamanya
dan bekerjalah untuk akhiratmu seolah-olah engkau akan mati esok hari
Hari ini adalah hari ini, belum tentu ada hari esok. Karena waktu adalah milik Allah, bukan punya kita. Kita tidak bisa menciptakannya, hanya mampu memanfaatkannya atau membuangnya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Silahkan kasih komentar, dengan syarat menjaga adab-adabnya, tidak mengandung kata-kata kotor, makian dan sebagainya. Dan kami tidak melayani perdebatan atas sesuatu yang telah jelas dari al-Qur'an, as-Sunnah dan Ijma', namun jika ada hal yang masih samar, silahkan tanyakan