Dirwayatkan, bahwa ketika Khalifah Umar bin Al-Khatthab radhiallahu ‘anhu ditikam, kaum muslimin mendatangi dan merebahkan beliau. Lalu, seorang pemuda dari Quraisy menemui beliau dan mulailah pemuda tersebut menyebutkan kebaikan-kebaikan dan keutamaan-keutamaan Umar. Tatkala pemuda itu keluar, ‘Umar radhiallahu ‘anhu melihat kepadanya, dan ketika itu, Umar banyak mengeluarkan darah karena luka tikaman.
Umar berkata, “Bawalah pemuda itu kepadaku” Sebab, Umar melihat pakaian pemuda itu panjang dan isbal (ke bawah melebihi mata kaki), lalu ia berkata
ابن أخي ارفع ثوبك فإنه أنقى لثوبك وأتقى لربك
(H.R Bukhari: 3497)
atau dalam lafadz kitab Al-Mushannaf Ibnu Abi Syaibah, hadits nomor 24.185
له يا بن أخي ارفع إزارك فإنه أتقى لربك وأنقى لثوبك
Artinya sama:
“Wahai anak saudaraku, Angkatlah pakaianmu, karena itu lebih bersih bagi pakaianmu dan lebih mendatangkan ketaakwaan kepada Rabbmu”
Perhatikan baik-baik! Seorang khalifah yang berada dalam musibah sakit parah dan darah bercucuran karena ditikam oleh Abu Lu’Lu’ Al-Majusi, tetapi masih sempat-sempatnya beliau mengerjakan amar ma’ruf nahi mungkar. Bandingkan dengan kita wahai ikhwah…
Dan, yang beliau ingkari “hanya” sekadar isbal (kain yang melebihi batas mata kaki bagi laki-laki). Ya… yang beliau ingkari adalah HAL YANG DIREMEHKAN MANUSIA PADA ZAMAN KITA. Betapa banyak kita lihat para laki-laki muslim menganggap isbal adalah perkara remeh. Ataupun yang kesehariannya kain celananya sudah di mata kaki, namun ketika dihadapi wisuda, dunia kerja, atau dorongan orang tua, ia ulurkan lagi kainnya tersebut melebihi mata kakinya lagi. Bah!, Fa inna lillahi wa inna ilaihi raaji’un… wallahul musta’an.
Adapun Umar, wahai ikhwah, di saat sekarat, ya… di saat sekarat beliau masih bisa berkata
ابن أخي ارفع ثوبك
“Wahai anak saudaraku, angkat pakainmu (di atas mata kaki)!”
Maka, kita bisa mengambil pelajaran bahwa shahabat Nabi tidak pernah menganggap remeh satu pun penyimpangan syariat الله, meskipun itu adalah penyimpangan yang “kecil” untuk tolak ukur manusia zaman sekarang.
Oleh karena itu, ini harus menjadi titik instropeksi bagi kita semua. Ya.. kita sekarang merasa bahwa Islam dilecehkan, dihina, dituduh macam-macam, dan dianggap remeh oleh orang-orang kafir. Namun, bagaimana mungkin الله akan memberi pertolongan pada kita bila kita setiap hari melakukan kemaksiatan kepada-Nya, dan kita merasa bahwa kemaksiatan yang kita lakukan adalah perkara kecil?
Bagaimana mungkin umat Islam akan jaya….?
Jika setiap hari sepak bola adalah tontonan kita….?
Musik dan nyanyian adalah santapan kita…?
Artis-artis barat idola kita…?
Penyanyi panggung adalah pujaan kita…?
Tidak….
Tidak mungkin kita lepas dari keterpurukan ini jika kita masih menikmati semua itu…..!
Referensi:
1) الجامع الصحيح المختصر /Al-Jami’ Ash-Shahih Al-Mukhtashar/, yang lebih dikenal dengan nama kitab صحيح البخاري /Shahihul Bukhari/, jilid III. محمد بن إسماعيل أبو عبدالله البخاري الجعفي Muhammad ibn Isma’il Abu Abdillah Al-Bukhari Al-Ju’fi/, lebih dikenal dengan nama Imam Bukhari, tahqiq: Dr. Musthafa Al-Bugha (Dosen Fakultas Hadits dan Ilmu Syari’ah di Universitas Damaskus). 1407H/1987M. Beirut-Yamamah: : دار ابن كثير Daar Ibn Kasir (cetakan III).
2) المصنف في الأحاديث والآثار /Mushannaf fi Al-Ahadits wa Al-Atsar/, lebih dikenal dengan nama مصنف ابن أبي شيبة /Mushannaf ibnu Abi Syaibah. أبو بكر عبد الله بن محمد بن أبي شيبة الكوفي /Abu Bakr Abdullah ibn Muhammad ibn Abi Syaibah Al-Kufi/, tahqiq: كمال يوسف الحوت /Kamal Yusuf Al-Haut/. 1409 H. Riyadh: مكتبة الرشد /Maktabah Ar-Rusyd/ (cetakan I).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Silahkan kasih komentar, dengan syarat menjaga adab-adabnya, tidak mengandung kata-kata kotor, makian dan sebagainya. Dan kami tidak melayani perdebatan atas sesuatu yang telah jelas dari al-Qur'an, as-Sunnah dan Ijma', namun jika ada hal yang masih samar, silahkan tanyakan