Pendekar Sunnah - Abu Fajri Khusen's Blog

Rabu, 10 Oktober 2012

Mukhtashar Tafsir al Qur'an Surat al Baqarah Ayat 26 (part 4)

 Assalaamu 'alaikum warahmatullahi wabarakaatuh.
Alhamdulillah yang telah melimpahkan berbagai nikmat-Nya yang terhingga. Shalawat dan salam senantiasa terlimpah kepada nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam.
Sudah malam dan tak ada makana, langsung saja kita lanjutkan pembahasan tafsir kita. Pada edisi sebelumnya kita telah mengetahui makna kata fasik atau al fisqu, baik secara bahasa maupun secara istilah syar'i. Sebagaimana telah kita ketahui, bahwa fasik itu ada dua macam, yaitu Fasik kecil, yaitu fasik yang tidak mengeluarkan pelakunya dari islam, dan Fasik besar, yaitu kufur. Pelakunya keluar dari islam. 

Nah, Kefasikan dalam ayat ini adalah kefasikan yang mengeluarkan pelakunya dari islam. Dari mana kita tahu? Karena Alah mennyebutkan sifat-sifat mereka pada ayat selanjutnya, yaitu pada ayat ke 27, dan sifat-sifat mereka itu adalah sifat-sifat orang kafir, sebagaimana yang Allah firmankan dalam QS. ar Ra'du ayat 25.

 وَالَّذِينَ يَنقُضُونَ عَهْدَ اللّهِ مِن بَعْدِ مِيثَاقِهِ وَيَقْطَعُونَ مَا أَمَرَ اللّهُ بِهِ أَن يُوصَلَ وَيُفْسِدُونَ فِي الأَرْضِ أُوْلَئِكَ لَهُمُ اللَّعْنَةُ وَلَهُمْ سُوءُ الدَّارِ ﴿٢٥ "Orang-orang yang merusak janji Allah setelah diikrarkan dengan teguh dan memutuskan apa-apa yang Allah perintahkan supaya dihubungkan dan mengadakan kerusakan di bumi, orang-orang itulah yang memperoleh kutukan dan bagi mereka tempat kediaman yang buruk (Jahannam)"
ayat ini sama persis dengan ayat ke 27 surat al baqarah. Makanya para ulama seperti Imam Ibnu Katsir, al Baghowi, as Sa'di, syaikh al Utsaimin dan lain-lain menyimpulkan bahwa orang-orang fasik dalam ayat 26 adalah fasik yang merupakan sinonim dengan kafir atau musyrik.

:

وَمَا يُضِلُّ بِهِ إِلاَّ الْفَاسِقِينَ
"Wamaa yudhillu bihi illa al faasiquuna"
(Dan tidak ada yang Allah sesatkan dengan perumpamaan itu, kecuali orang-orang yang fasik)
Ada satu kaidah agung yang terkandung dalam ayat ini, sebagaimana yanng dijelaskan oleh Imam Ibnul Qayyim dan juga Syaikh al Utsaimin rohimahumullahu Ta'ala.
Dalam ayat ini Allah menjelaskan kepada kita bahwa Allah tidaklah menyesatkan hamba kecuali disebabkan kefasikan yang mereka perbuat,  baik meninggalkan perintah-perintah Allah atau mengerjakan larangan-larangan-Nya. Dan dalam ayat ini yaitu perintahnya beriman dengan permisalan yang Allah berikan. 

allah ingin menjelaskan kepada kita, bahwa Allah menyesatkan hamba karena kefasikan yang dia lakukan, bukan semata-mata atas kehendak Allah tanpa adanya kesalahan dari orang itu.
Jadi tidak mungkin ada orang yang tidak punya dosa, tiba-tiba disesatkan oleh Allah. Jadi ada hubungan sebab akibat.
Makanya Imam Ibnul Qayyim dalam Jawaabul Kaafi menjelaskan bahwa Allah mengaitkan segala bentuk kebaikan dan keburukan yang ada di dunia atau di akherat dengan perbuatan atau amal yang dikerjakan  oleh seorang hamba sebagaimana keterkaitan antara sebab dan akibat.
Hal ini dapat kita temui di dalam ayat-ayat al Qur'an, dan jumlah ayat-ayat yang berbicara tentang masalah ini lebih dari 1000 ayat.
Contohnya dalam QS asy Syuro ayat 30
وَمَا أَصَابَكُمْ مِنْ مُصِيبَةٍ فَبِمَا كَسَبَتْ أَيْدِيكُمْ وَيَعْفُو عَنْ كَثِيرٍ
Dan apa saja musibah yang menimpa kamu maka adalah disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri, dan Allah memaafkan sebagian besar (dari kesalahan-kesalahanmu).” (QS. Asy Syura: 30).

Makanya kalau kita merasakan hati kita semakin keras, sulit menerima kebenaran, kalaupun menerima sulit mengamalkan kebenaran tersebut, maka itu disebabkan ulah kita sendiri. Lihat juga QS al Muthaffifiin ayat 14.
كَلَّا ۖ بَلْ ۜ رَانَ عَلَىٰ قُلُوبِهِم مَّا كَانُوا۟ يَكْسِبُونَ
kallaa bal roona 'ala quluubihim maakaanuu yaksibuun
Sekali-kali tidak (demikian), sebenarnya apa yang selalu mereka usahakan itu menutupi hati mereka.

Jadi, tertutupnya hati itu karena disebabkan oleh ulah orang itu sendiri.  

Dengan ini tuntas sudah apa yang sedikit bisa aku sampaikan tentang tafsir ayat 26 surat al Baqarah ini.
Insya Allah pad edisi berikutnya kita masuk ke ayat 27.

 
.

Artikel Terkait



2 komentar:

Posting Komentar

Silahkan kasih komentar, dengan syarat menjaga adab-adabnya, tidak mengandung kata-kata kotor, makian dan sebagainya. Dan kami tidak melayani perdebatan atas sesuatu yang telah jelas dari al-Qur'an, as-Sunnah dan Ijma', namun jika ada hal yang masih samar, silahkan tanyakan

Kritik dan Sarannya tafadhol

Blog Sahabat Sunnah