Pendekar Sunnah - Abu Fajri Khusen's Blog

Rabu, 22 Februari 2012

Ringkasan Tafsir al Baqarah ayat 9

ﺍﻟﺴﻼﻡ ﻋﻠﻴﻜﻢ ﻭﺭﺣﻤﺔ ﺍﻟﻠﻪ ﻭﺑﺮﻛﺎﺗﻪ
 ﺑﺴﻢ ﺍﻟﻠﻪ ﺍﻟﺮﺣﻤﻦ ﺍﻟﺮﺣﻴﻢ
 ﺍﻟﺤﻤﺪ ﻟﻠﻪ ﻭﺍﻟﺼﻼﺓ ﻭﺍﻟﺴﻼﻡ ﻋﻠﻰ ﺭﺳﻮﻝ ﺍﻟﻠﻪ ﻭﻋﻠﻰ ﺁﻟﻪ ﻭﺻﺤﺒﻪ ﻭﻣﻦ ﺍﺗﺒﻊ ﻫﺪﺍﻩ
... ﺃﻣﺎ ﺑﻌﺪ :
Sobat pecinta sunnah jama'ah SOF yang aku cintai karena Alloh Ta'ala, pada pertemuan yang lalu kita telah mengkaji secara ringkas tafsir ayat ke-8 surat al Baqarah. Sebelum kita lanjutkan ke ayat berikutnya, alangkah baiknya kita murojaah sejenak apa yang telah kita kaji kemaren sebagai kesimpulan. Kita telah mengetahui arti nifak, yaitu Nifaq adalah menampakkan kebaikan dan menyembunyikan keburukan. Orang munafik mereka menampakkan keimanan tapi menyembunyikan kekafiran di hatinya.


Kita juga telah mengetahui bahwa nifaq ada 2 macam.
1. Nifaq I’tiqadi (keyakinan), yang menjadikan pelakunya kekal di Neraka.
2. Nifaq ‘amali (perbuatan) yang merupakan salah satu dosa besar, seperti yang disebut oleh Nabi shallallahu 'alaihi wasallam dalam sabdanya: "Tanda-tanda munafiq itu ada 3, apabila berbicara dia berdusta, bila berjanji dia mengingkarinya, dan bila diberikan amanat dia berkhianat" (HR Bukhari, Muslim).
Dan yang dimaksud dalam ayat yang sedang kita kaji ini adalah nifaq jenis pertama, yaitu nifaq i'tiqodi.


Dan sifat orang-orang munafiq hanya ada diterangkan dalam surat-surat Madaniyyah saja, karena waktu di Makkah sebelum hijrah ke Madinah ga ada kemunafikan. Justru sebaliknya, diantara penduduk Makkah waktu itu ada yang menampakkan kakafiran karena terpaksa, padahal hatinya tetap beriman.
Baru setelah islam kuat dimenangkannya perang Badar, mereka terpaksa masuk islam padahal hatinya masih kafir.


يُخَادِعُونَ اللَّهَ وَالَّذِينَ آمَنُوا وَمَا يَخْدَعُونَ إِلا أَنْفُسَهُمْ وَمَا يَشْعُرُونَ
Mereka hendak menipu Allah dan orang-orang yang beriman, pada hal mereka hanya menipu dirinya sendiri sedang mereka tidak sadar.(QS.2:9) 


Tentang ayat 8 dan 9 ini, Sa’id telah meriwayatkan dari Qatadah bahwa sebagian dari sifat-sifat orang munafik yang sangat banyak adalah ahlaknya tercela, membenarkan dengan lisan tetapi mengingkarinya dengan hati serta bertentangan dengan perbuatan. Pada pagi hari ia berada dalam suatu keadaan, tetapi di sore hari ia berada dalam keadaan lain. Sore hari dalam suatu keadaan dan pada pagi harinya pun berubah, seperti bergoyangnya kapal yang ditiup angin, kemana angin bertiup ke situlah ia mengarah.

“yukhoodi'uuna-lloha" (Mereka hendak menipu Allah) artinya mereka merusak iman dan amal mereka dengan riya. Sebagaimana firman-Nya dalam QS An Nisaa : 142. Lihat sendiri mushafnya.

Yukhoodi-uuna-lloha walladziina aamanuu. 
“Mereka hendak menipu Allah dan orang-orang yang beriman” dengan menampakkan keimanan dan
menyembunyikan kekufuran, hal ini terjadi karena kebodohan mereka. Mereka menyangka Pertama, telah menipu Allah dengan ucapan itu. Kedua, mengira bahwa ucapan itu bermanfaat di sisi Allah. Ketiga, menganggap bahwa perkataan mereka itu akan laris diterima, sebagaimana pernyataan mereka itu sempat diterima oleh sebagian kaum muslimin.



Wa maa yakhda'uuna illaa anfusahum. 
“padahal mereka hanya menipu dirinya sendiri” maksudnya adalah pemberitahuan bahwa ketika
mereka menipu Dzat yang tidak dapat ditipu, sebenarnya mereka itu sedang menipu diri mereka sendiri.
Jadi, tidaklah menimpa akibat penipuan itu kecuali pada mereka sendiri.
Kata mutiara Arab mengatakan, “Barangsiapa menipu orang yang tidak pernah menipu maka sebenarnya dia menipu dirinya sendiri”.

Wa maa yasy'uruuna

“sedang mereka tidak sadar” maksudnya, mereka tidak
menyadari bahwa akibat tipuan mereka kembali kepada diri mereka sendiri.



‎(Mereka hendak menipu Allah dan orang-orang yang beriman) yakni dengan berpura- pura beriman dan
menyembunyikan kekafiran guna melindungi diri mereka dari hukum-hukum duniawi (padahal mereka hanya
menipu diri mereka sendiri) karena bencana tipu daya itu akan kembali menimpa diri mereka sendiri. Di dunia, rahasia mereka akan diketahui juga dengan dibuka Allah kepada Nabi- Nya, sedangkan di akhirat mereka akan menerima hukuman setimpal (tetapi mereka tidak menyadari) dan tidak menginsafi bahwa
tipu daya mereka itu menimpa diri mereka sendiri.
Mukhada`ah atau tipu-menipu di sini muncul dari satu pihak, jadi bukan berarti berserikat di antara dua belah pihak. Contoh yang lainnya mu`aqabatul lish yang berarti menghukum pencuri.
Menyebutkan Allah di sana hanya  merupakan salah satu dari gaya bahasa saja.
Menurut suatu qiraat tidak tercantum 'wamaa yasy`uruuna' tetapi 'wamaa yakhda`uuna', artinya 'tetapi
mereka tidak berhasil menipu'.



Sudah materinya segitu aja. Tidak banyak2, nanti ada yg frustasi, he..
Afwan
.






Artikel Terkait



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan kasih komentar, dengan syarat menjaga adab-adabnya, tidak mengandung kata-kata kotor, makian dan sebagainya. Dan kami tidak melayani perdebatan atas sesuatu yang telah jelas dari al-Qur'an, as-Sunnah dan Ijma', namun jika ada hal yang masih samar, silahkan tanyakan

Kritik dan Sarannya tafadhol

Blog Sahabat Sunnah