Pendekar Sunnah - Abu Fajri Khusen's Blog

Selasa, 25 September 2012

Muhktashar Tafsir Al Qur'an Surat Al Baqarah Ayat 26 (Part 2))

Assalaamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh. Alhamdulillah yang telah mempertemukan kita kembali dalam mengkaji makna firman-Nya yang mulia. shalawat dan salam senantiasa tercurah kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam. Sobat sunnah yang aku cintai karena Allah, mari kita lanjutkan kajian tafsir kita, masih membahas surat al baqarah ayat 26.


Pada edisi sebelumnya kita telah membahas bahwasanya Allah tidak malu, segan dan menganggap remeh dalam membuat perumpamaan walau dengan seekor nyamuk atau yang lebih kecil dari itu. Nah, dengan adanya perumpamaan yang Allah buat ini, terpecahlah manusia menjadi dua golongan.
golongan yang pertama, yaitu orang-orang mu'min yang meyakini dan membenarkan bahwa perumpamaan itu benar datang dari Allah.
dan golongan yang kedua, yaitu orang-orang kafir yang menolak perumpamaan yang Allah datangkan dalam kitab-Nya.
nah, makanya Allah berfirman:
يُضِلُّ بِهِ كَثِيراً وَيَهْدِي بِهِ كَثِيراً    


"yudhillu bihi katsiiran wayahdii bihi katsiiran" 
Dia (Allah) menyesatkan dengan (perumpamaan) itu (kepada) banyak orang, dan (juga) memberi petunjuk dengan (perumpamaan) itu (kepada) banyak orang. 

Maksud yang banyak Allah sesatkan adalah orang-orang kafir dan munafik.
Tentang sifat orang munafik, sebagaimana sudah kita bahas pada ayat-ayat sebelumnya, yakni fii quluubihim maradhun fazaadahumullahu maradhan.
Juga dalam QS. At Taubah ayat : 125.
"Dan adapun orang-orang yang di dalam hati mereka ada penyakit maka dengan surat itu bertambah kekafiran mereka, di samping kekafirannya (yang telah ada) dan mereka mati dalam keadaan kafir."

Inilah yang dikatakan para ulama kita, jazaa-u as-sayyiati sayyiatun ba'dahaa. Salah satu bentuk balasan bagi kejahatan yang dikakukan seseorang adalah kejahatan berikutnya..kesesesatan berikutnya. Jadi, Allah membuat dia tambah sesat.
Salah satu bentuk balasan sebuah dosa adalah dosa berikutnya. Jadi, ketika mereka mendustakan ayat-ayat Allah, maka Allah akan membuat mereka menjadi orang yang tambah sesat dari pada sebelumnya.
 Sebaliknya juga begitu,  wayahdii bihi katsiiran, Allah beri hidayah dengan perumpamaan ini kepada banyak hambanya. Dan yang dimaksud katsiiron disini adalah prang-orang beriman. Karena mereka membenarkan kebenaran perumpamaan tersebut, maka Allah berikan hidayah berikutnya, sehingga hidayah yang ada pada diri mereka semakin besar. Allah tambahkan hidayah  yang ada pada diri mereka, fayaziiduhum hudan ila hudahum, iimainan ila iimaanihim.  
Allah tambah iman mereka disebabkan pembenaran yang mereka lakukan terhadap perumpamaan yang Allah berikan. Inilah kaidah "jazaa-ul hasanati hasanatun ba'dahaa"  Salah satu bentuk balasan bagi kebaikan adalah kebaikan berikutnya. 
Coba deh lihat dan renungi  QS. Muhammad  ayat 17.
وَالَّذِينَ اهْتَدَوْا زَادَهُمْ هُدًى وَآتَاهُمْ تَقْوَاهُمْ

Dan orang-orang yang mau menerima petunjuk, Allah menambah petunjuk kepada mereka dan memberikan balasan ketakwaannya. 
Contoh realnya seperti  apa yang disabdakan oleh Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam:
وَإِيَّاكُمْ وَالْكَذِبَ فَإِنَّ الْكَذِبَ لَا يَصْلُحُ بِالْجِدِّ وَلَا بِالْهَزْلِ وَلَا يَعِدُ الرَّجُلُ صَبِيَّهُ ثُمَّ لَا يَفِي لَهُ فَإِنَّ الْكَذِبَ يَهْدِي إِلَى الْفُجُورِ وَإِنَّ الْفُجُورَ يَهْدِي إِلَى النَّارَ وَإِنَّ الصِّدْقَ يَهْدِي إِلَى الْبِرِّ وَإِنَّ الْبِرَّ يَهْدِي إِلَى الْجَنَّةِ وَإِنَّهُ يُقَالُ لِلصَّادِقِ صَدَقَ وَبَرَّ وَيُقَالُ لِلْكَاذِبِ كَذَبَ وَفَجَرَ أَلَا وَإِنَّ الْعَبْدَ يَكْذِبُ حَتَّى يُكْتَبَ عِنْدَ اللَّهِ كَذَّابًا
Jjauhilah oleh kalian berkata dusta, sesungguhnya dusta itu tak dibenarkan baik dilakukan dgn serius maupun main-main. Janganlah seseorang berjanji kepada anak kecilnya kemudian dia tak menepatinya. Sesungguhnya dusta akan menggiring kepada perbuatan dosa & sesungguhnya perbuatan dosa akan menggiring ke dalam neraka. Sesungguhnya kejujuran akan menunjukkan kepada kebaikan & kebaikan akan menunjukkan kepada surga. Dan akan dikatakan kepada orang yg jujur; ia telah berlaku jujur & berbuat baik. Sementara kepada pendusta dikatakan; ia telah berlaku dusta & dosa. Seorang hamba yg selalu berdusta, akan dicatat di sisi Allah sebagai pendusta.
(Hadits Ibnu Majah 45).

Jadi, kemaksiatan yang satu akan menggiring pada kemaksiatan berikutnya.
Contoh dalam kehidupan kita.  Kita mau bertamu kerumah teman kita, eh pas disuguhi makanan, lauknya tempe oreg. padahal di rumah selalu lauknya pake itu, lihatnya saja sudah bosan. Mau ditolak, "Maaf kang, aku ga selera sama tempe oreg." Malu, ga enak.
Makanya kita berbohong, "Maaf, aku uah makan."
"Makan di mana?" 
Kita terpaksa bohong lagi supaya kebohongan yang pertama kita tertutupi.
"Tadi di Warung mpok Inem." 
"Makannya pake lauk apa?"
"Pake  goreng sama sayur asem"
Bohong lagi. 
"Berapa bayarnya?"
"Rp.10.000."
 Bohong lagi. 
"Enak nggak?"
"Enak."
"Bayarnya pake uang tunai apa kartu kredit?"
Dan seterusnya.
Kebohongan yang satu menyeret kepada kebohongan kedua, ketiga dan seterusnya. Begitu juga dengan maksiat-maksiat yang lain. Karena maksiat itu bikin candu.
Makanya kita jangan remehkan sekecil apapun dosa yang kita perbuat, karena dosa yang kita anggap kecil dan remeh itu akan menyeret kita kepada dosa-dosa lainnya, dan akhirnya semakin membesar.
Wallahu Musta'aan.
Waspadalah-waspadalah.
Insya Allah bersambung ke bagian ketiga..


  
 

Artikel Terkait



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan kasih komentar, dengan syarat menjaga adab-adabnya, tidak mengandung kata-kata kotor, makian dan sebagainya. Dan kami tidak melayani perdebatan atas sesuatu yang telah jelas dari al-Qur'an, as-Sunnah dan Ijma', namun jika ada hal yang masih samar, silahkan tanyakan

Kritik dan Sarannya tafadhol

Blog Sahabat Sunnah