Pendekar Sunnah - Abu Fajri Khusen's Blog

Senin, 10 September 2012

Muhktashar Tafsir Al Qur'an Surat Al Baqarah Ayat 26 (Part 1)

Assalaamu 'alaikum Warahmatullahi Wabarakaatuh.
Alhamdulillah yang telah mempertemukan kita kembali dalam kajian tafsir kita yang ngangenin. setelah libur lebih dari sebulan, tentu antum kangen sangat terhadap materi sekaligus pematerinya ya. (narsis dikit).
Shalawat dan salam senantiasa kita limpahkan atas Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam.
Langsung saja kita lanjutkan, dan berhubung pembahasannya panjang, maka aku bagi menjadi 3 edisi.
Selamat menyimak.

إِنَّ اللَّهَ لاَ يَسْتَحْيِي أَن يَضْرِبَ مَثَلاً مَّا بَعُوضَةً فَمَا فَوْقَهَا فَأَمَّا الَّذِينَ آمَنُواْ فَيَعْلَمُونَ أَنَّهُ الْحَقُّ مِن رَّبِّهِمْ وَأَمَّا الَّذِينَ كَفَرُواْ فَيَقُولُونَ مَاذَا أَرَادَ اللَّهُ بِهَذَا مَثَلاً يُضِلُّ بِهِ كَثِيراً وَيَهْدِي بِهِ كَثِيراً وَمَا يُضِلُّ بِهِ إِلاَّ الْفَاسِقِينَ

[Sungguh Allah tidak segan membuat perumpamaan berupa nyamuk atau yang lebih dari itu. Maka adapun orang beriman, mereka yakin bahwa (perumpamaan) itu (adalah) kebenaran (yang berasal) dari Tuhan mereka, tetapi orang kafir mengatakan: "Apa yang Allah kehendaki dengan perumpamaan ini?" Dia (Allah) menyesatkan dengan (perumpamaan) itu (kepada) banyak orang, dan (juga) memberi petunjuk dengan (perumpamaan) itu (kepada) banyak orang. Dan tiadalah yang disesatkan Allah kecuali orang yang fasik.]

1. Sebab Turun Ayat
Tatkala Allah Ta’ala memberikan dua permisalan terdahulu, yaitu permisalan api dan air,* orang-orang Munafiq berkata: “Allah adalah Maha Tinggi dan Maha Mulia ketimbang sekedar memberikan permisalan seperti ini!”. Lalu Allah menurunkan ayat ini {“Sesungguhnya Allah tiada merasa malu…” }; sebagai bantahan atas pernyataan mereka tersebut.
* Ibnu Jarir menurunkan riwayat ini dan beliau menyetujuinya.
2. Tafsirannya.
 (Sesungguhnya Allah tiada merasa malu membuat perumpamaan) ; Allah Ta’ala menurunkan ayat ini sebagai bantahan terhadap orang-orang kafir manakala mereka berkata: “Allah adalah Maha Mulia dan Maha Agung daripada hanya sekedar memberikan permisalan-permisalan tersebut”. Selanjutnya mereka berkata lagi: “Sesungguhnya di dalam al-Qur’an disebut nama lebah (an-Nahl), laba-laba (al-‘Ankabuut) dan semut (an-Naml) padahal semuanya ini tidak layak dibicarakan oleh orang-orang yang fashih” .
(berupa nyamuk atau yang lebih rendah dari itu) ; yakni lebih kecil darinya seperti sayapnya. Bisa juga yang dimaksud dengan itu, yang lebih besar darinya**.
 (Adapun orang-orang yang beriman, maka mereka yakin bahwa hal itu) ; yakni perumpamaan itu.
(benar); dan tsabit (tetap/eksis), yaitu lawan dari bathil. . Sesungguhnya orang-orang yang menyikapi perumpamaan yang diberikan oleh Allah tersebut terbagi menjadi dua kelompok: ada kelompok orang-orang beriman yang mereka itu yakin hal itu adalah benar (dari Rabb mereka), juga ada kelompok orang-orang Kafir yang mengingkarinya dan berkata seperti halnya para penentang (kebenaran):
(“Apakah maksud Allah menjadikan ini untuk perumpamaan?”)..
(Dengan perumpamaan itu banyak orang yang disesatkan oleh Allah, dan dengan perumpamaan itu (pula) banyak orang yang diberinya petunjuk) ; yakni dengan perumpamaan ini Allah menghendaki untuk menyesatkan banyak kaum, dan juga memberikan petunjuk kepada yang lainnya.
(Dan tidak ada yang disesatkan Allah kecuali orang-orang yang fasik) ; ini adalah bagian dari Kalam Allah Ta’ala – dan maknanya: mereka itu berbuat fasik maka Allah menyesatkan mereka karena kefasikan mereka dan telah meremehkan Kalam Rabb mereka – .

Pembahasan tentang makna "yudhillu bihi katsiiron wayahdii bihi katsiiron" (Dengan perumpamaan itu banyak orang yang disesatkan oleh Allah, dan dengan perumpamaan itu (pula) banyak orang yang diberinya petunjuk)insya Allah akan kita bahas tuntas pada edisi kedua, dan
Pembahasan tentang makna Kata al-Fisq atau fasik insya Allah ada pada edisi ketiga.

Abdurrazzak  meriwayatkan dari Ma;mar, dari Qatadah, menurutnya "Ketika Allah menyebutkan laba-laba dan lalat, orang-orang musyrik pun bertanya: "Untuk apa laba-laba dan lalat itu disebut?" Lalu Allah menurunkan ayat   
 إِنَّ اللَّهَ لاَ يَسْتَحْيِي أَن يَضْرِبَ مَثَلاً مَّا بَعُوضَةً فَمَا فَوْقَهَا
"innallaha laa yastahyii an yaddriba matsalan maa ba'uudhotan famaa fauqahaa"
(Sungguh Allah tidak segan membuat perumpamaan berupa nyamuk atau yang lebih dari itu)
Maknanya Allah memberitahukan bahwa Dia tidak menganggap remeh dan tidak malu, segan, atau takut membuaat perumpamaan dengan apa saja baik dalam bentuk yang besar ataupun  kecil.

Kata "Maa" disini untuk menunjukkan sesuatu yang atau sedikit. sedangkan kata "ba'uudhotan" posisinya sbagai badal, seperti jika kamu bilang "la-adhribanna dhorban maa" (aku akan memberikan suatu perumpamaan apa pun), yang berarti sekecil apapun.

"famaa fauqahaa"
Para ulama berbeda pendapat tentang makna ayat ini. Ada yang berpendapat "artinya lebih kecil dan hina". seperti ada orang yang disifati pelit, lalu kamu bilang: "benar, bahkan lebih dari itu".
Ada juga yang berpendapat: "artinya lebih besar darinya", karena tak ada yang lebih hina dan kecil daripada nyamuk. Pendapat ini yang dipilih oleh Ibnu Jarir. Pendapat inidiperkuat oleh hadits
shallallahu ‘alihi wa sallam bersabda,
مَا مِنْ شَيْءٍ يُصِيْبُ الْمُؤْمِنَ مِنْ نَصَبٍ، وَلاَ حَزَنٍ، وَلاَ وَصَبٍ،
حَتَّى الْهَمُّ يُهِمُّهُ؛ إِلاَّ يُكَفِّرُ اللهُ بِهِ عَنْهُ سِيِّئَاتِهِ
“Tidaklah seorang muslim tertusuk duri atau sesuatu hal yang lebih berat dari itu melainkan diangkat derajatnya dan dihapuskan dosanya karenanya.”
(HR. Muslim no. 2572)

Allah tidak segan dan malu serta menganggap remeh dalam membuat perumpamaan dari apa saja ciptaan-Nya, meski ciptaan-Nya itu  dianggap remeh dan hina oleh manusia. Tapi Dia tidak menganggap remeh ciptaan-Nya. Dia pun tak  segan membuat perumpamaan dengan nyamuk tersebut, sebagaimana Dia telah membuat perumpamaan dengan lalat dalam surat al Hajj ayat 73, dan juga laba-laba dalam surat al 'Ankabut  ayat 41. Dan di dalam al Qur'an banyak terdapat perumpamaaan.

Sebagian ulama salaf berkata, : "jika aku mendengar perumpamaan  di dalam al Qur'an, lalu aku tidak memahaminya, maka aku menangisi diriku , karena Allah telah berfirman:  
 وَتِلْكَ    الْأَمْثٰلُ    نَضْرِبُهَا    لِلنَّاسِ    ۖ    وَمَا    يَعْقِلُهَآ    إِلَّا    الْعٰلِمُونَ    ﴿العنكبوت:٤٣ 
"Dan perumpamaan-perumpamaan ini Kami buat untuk manusia; dan tiada yang memahaminya kecuali orang-orang yang berilmu." Al 'Ankabut:43 ﴿

Bersambung inya Allah..



Artikel Terkait



3 komentar:

Unknown mengatakan...

Menurut saya, perumpama`an itu terjadi setiap sa`at,dari setiap yang di lihat,di dengar dan di rasakan,tujuanya adalah agar kita selalu ingat kepadanya.

Anonim mengatakan...

السلام عليكم ورحمة الله وبركاته
Ajengan sy sangat tertarik dgn pembahasannya , cuman lanjutan dari ayat 28 dst belum ketemu
شكرا. جزاكم الله خيرا كثيرا

Unknown mengatakan...


maaf mau nambahin resensi aja nih kajian tafsir alquran surah albaqarah aya ke 1 dari kitab tafsir al munir karya syeh nawawi al jawi

Posting Komentar

Silahkan kasih komentar, dengan syarat menjaga adab-adabnya, tidak mengandung kata-kata kotor, makian dan sebagainya. Dan kami tidak melayani perdebatan atas sesuatu yang telah jelas dari al-Qur'an, as-Sunnah dan Ijma', namun jika ada hal yang masih samar, silahkan tanyakan

Kritik dan Sarannya tafadhol

Blog Sahabat Sunnah