Apabila dia mengatakan,” syirik itu menyembah berhala-berhala”.
Maka jawablah: “Apa makna menyembah berhala-berhala itu? apakah kamu mengira, bahwasanya orang-orang musyrik itu beri’tikad/ berkeyakinan, bahwa kayu-kayu yang mereka sembah dan pohon-pohon itu yang menciptakan, dan yang memberi rezeki dan yang mengatur urusan orang yang berdo’a kepadanya? pendapatmu itu tidak dibenarkan oleh Al- Qur’an, sebagaimana yang tertera dalam firman Allah Ta’ala :
قُلۡ مَن يَرۡزُقُكُم مِّنَ ٱلسَّمَآءِ وَٱلأَرۡضِ أَمَّن يَمۡلِكُ ٱلسَّمۡعَ وَٱلأَبصَـٰرَ وَمَن يُخۡرِجُ ٱلحَىَّ مِنَ ٱلمَيِّتِ وَيُخۡرِجُ ٱلمَيِّتَ مِنَ ٱلحَىِّ وَمَن يُدَبِّرُ ٱلۡأَمۡرَۚ فَسَيَقُولُونَ ٱللّهَ
Katakanlah: “Siapakah yang memberi rezeki kepadamu dari langit dan bumi, atau siapakah yang kuasa (menciptakan) pendengaran dan penglihatan, dan siapakah yang mengeluarkan yang mati dari yang hidup dan siapakah yang mengatur segala urusan?” Maka mereka akan menjawab: “Allah”. (QS. Yunus :31).
Jika dia mengatakan: “orang-orang yang menujukan pemujaan kepada kayu atau suatu batu atau bangunan diatas sebuah kuburan atau yang lainnya seraya berdo’a kepada benda-benda itu dan menyembelih kurban demi untuknya: Bahwasanya benda-benda itu dapat mendekatkan kami kepada Allah dengan sedekat-dekatnya dan dapat menolak bala’ dari kami dengan barokahnya.”
Maka katakan, “Anda telah jujur menjawab, dan hal itulah yang kamu kerjakan di sisi batu-batu, bangunan-bangunan yang ada di atas kuburan dan yang lainnya”. Sipenentang itu mengakui bahwa perbuatan orang-orang semacam itu, sama saja dengan menyembah berhala.
Perlu juga dikatakan kepadanya lagi: ucapanmu “syirik itu menyembah kepada berhala, “Apakah yang kamu maksud, bahwa syirik itu khusus kepada penyembahan berhala saja, sedangkan bergantung kepada orang-orang shalih serta berdo’a kepada mereka tidak termasuk syirik? Padahal hal ini dibantah oleh ayat yang disebutkan Allah dalam kitabnya tentang kekufuran orang yang selalu bergantung kepada para malaikat, Nabi ‘Isa dan orang-orang shalih. Maka wajib kamu akui, bahwasanya orang yang mempersekutukan seseorang dari orang-orang shalih dalam beribadah kepada Allah, bentuk syirik yang semacam itu adalah bentuk syirik yang tercantum dalam Al-Qur’an. dan memang inilah kesimpulan pembahasan yang dicari.
Rahasia masalah ini adalah jika dia mengatakan: “saya tidak syirik (mempersekutukan) Allah”.
Maka tanyakan kepadanya: “apakah sebenarnya arti syirik kepada Allah itu, coba jelaskan arti syirik itu kepadaku?
Jika dia mengatakan, “syirik itu adalah menyembah berhala-berhala.
Maka katakan: “lalu apa makna menyembah berhala itu, coba jelaskan kepadaku? Jika dia mengatakan: “saya hanya menyembah Allah semata”.
Maka katakan: “apakah makna menyembah Allah semata itu? Coba jelaskan kepadaku!
Jika dia menjelaskan kalimat itu dengan apa yang sudah dijelaskan Al-Qur’an, maka jawaban itulah yang diharapkan .
Akan tetapi dia tidak mengetahui hal itu. Dan jika dia menafsirkan hal itu tidak sesuai dengan makna sebenarnya, maka hendaknya anda jelaskan kepadanya ayat-ayat yang menjelaskan tentang syirik kepada Allah dan makna menyembah berhala-berhala. Atau jelaskan kepadanya bahwa hal itulah yang dilakukan oleh sebagian orang pada zaman ini. Dan jelaskan pula, bahwa menyembah Allah semata, tiada sekutu bagi-Nya, itulah yang membuat mereka menentang kami dan berteriak sebagaimana kawan-kawan mereka (para jahiliyyah) telah berteriak, sambil mengatakan:
أَجَعَلَ ٱلۡأَلِهَةَ إِلَـٰهً۬ا وَٲحِدًاۖ إِنَّ هَـٰذَا لَشَىۡءٌ عُجَابٌ۬
“Mengapa ia menjadikan tuhan-tuhan itu hanya yang satu saja? Sesungguhnya ini benar-benar suatu hal yang sangat mengherankan”. (QS. Shaad: 5).
Apabila anda sudah tahu bahwa hal yang dinamakan oleh orang-orang musyrik pada zaman ini dengan “Al I’tiqaad,”adalah merupakan “syirik” yang dimaksud dalam Al-Qur’an dan Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam memerangi manusia lantaran syirik itu, maka ketahuilah, bahwasanya bentuk syirik orang-orang dahulu itu lebih ringan dari bentuk syirik orang-orang zaman ini, hal ini karena dua hal :
Yang pertama:
Bahwasanya orang-orang dahulu tidak melakukan kesyirikan, tidak menyembah dan berdo’a kepada malaikat, para wali dan berhala-berhala disamping menyembah dan berdoa kepada Allah kecuali dalam keadaan senang.
Sedangkan di waktu susah mereka mentuluskan ibadah dan do’a mereka kepada Allah. Seperti firman Allah:
وَإِذَا مَسَّكُمُ ٱلضُّرُّ فِى ٱلۡبَحۡرِ ضَلَّ مَن تَدۡعُونَ إِلَّآ إِيَّاهُۖ فَلَمَّا نَجَّٮٰكُمۡ إِلَى ٱلۡبَرِّ أَعۡرَضۡتُمۡۚ وَكَانَ ٱلۡإِنسَـٰنُ كَفُورًا
“Dan apabila kamu ditimpa bahaya di lautan, niscaya hilanglah siapa yang kamu seru kecuali Dia. Maka tatkala Dia menyelamatkan kamu ke daratan, kamu berpaling. Dan adalah manusia itu selalu tidak berterima kasih”. (QS. Al Israa’ :67).
Dan firman Allah:
قُلۡ أَرَءَيۡتَكُمۡ إِنۡ أَتَٮٰكُمۡ عَذَابُ ٱللَّهِ أَوۡ أَتَتۡكُمُ ٱلسَّاعَةُ أَغَيۡرَ ٱللَّهِ تَدۡعُونَ إِن كُنتُمۡ صَـٰدِقِينَ
بَلۡ إِيَّاهُ تَدۡعُونَ فَيَكۡشِفُ مَا تَدۡعُونَ إِلَيۡهِ إِن شَآءَ وَتَنسَوۡنَ مَا تُشۡرِكُونَ
Katakanlah: “Bagimana pendapat kalian jika datang siksaan Allah kepadamu, atau datang kepadamu hari kiamat, apakah kamu menyeru (tuhan) selain Allah, jika kamu orang-orang yang benar”. (Tidak ) bahkan hanya Dialah yang kalian seru, maka Dia menghilangkan bahaya yang kamu berdo’a kepadanya, jika Dia menghendaki, dan kamu tinggalkan sesembahan-sesembahan yang kamu sekutukan (dengan Allah)”. (QS. Al An’am:40-41).
Dan Allah berfirman:
وَإِذَا مَسَّ ٱلۡإِنسَـٰنَ ضُرٌّ۬ دَعَا رَبَّهُ ۥ مُنِيبًا إِلَيۡهِ ثُمَّ إِذَا خَوَّلَهُ ۥ نِعۡمَةً۬ مِّنۡهُ نَسِىَ مَا كَانَ يَدۡعُوٓاْ إِلَيۡهِ مِن قَبۡلُ وَجَعَلَ لِلَّهِ أَندَادً۬ا لِّيُضِلَّ عَن سَبِيلِهِۦۚ قُلۡ تَمَتَّعۡ بِكُفۡرِكَ قَلِيلاًۖ إِنَّكَ مِنۡ أَصۡحَـٰبِ ٱلنَّارِ
Dan apabila manusia itu ditimpa kemudharatan, dia memohon pertolongan kepada tuhannya dengan kembali kepada-Nya; kemudian apabila Dia memberikan nikmat-Nya kepadanya lupalah dia akan kemudharatan yang pernah dia berdo’a (kepada Allah) untuk (menghilangkannya) sebelum itu, dan dia mengada-adakan sekutu-sekutu bagi Allah untuk menyesatkan (manusia) dari jalan-Nya. Katakanlah: “bersenang-senanglah dengan kekafiranmu itu sementara waktu, sesungguhnya kamu termasuk penghuni neraka.” (QS. Az Zumar: 8).
Dan firman Allah Ta’ala:
وَإِذَا غَشِيَہُم مَّوۡجٌ۬ كَٱلظُّلَلِ دَعَوُاْ ٱللَّهَ مُخۡلِصِينَ لَهُ ٱلدِّينَ
“Dan apabila mereka dilamun ombak yang besar seperti gunung, mereka menyeru Allah dengan memurnikan keta’atan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama. ( QS. Luqman: 32).
Maka, barang siapa yang faham masalah yang sudah dijelaskan oleh Allah dalam kitab-Nya ini, yaitu: bahwasanya orang-orang musyrik yang diperangi Rasulullah shallahu ‘alaihi wasallam itu mereka berdo’a (menyeru kepada) Allah dan berdo’a pula kepada selain Allah dalam keadaan senang, sedangkan di waktu ditimpa bahaya dan susah, mereka hanya berdo’a kepada Allah semata, tiada sekutu baginya, dan mereka tinggalkan para penghuni kubur yang selalu mereka seru “ya sayyidi, ya sayyidi, dengan demikian semakin teranglah baginya perbedaan antara bentuk syirik orang-orang zaman kita dan bentuk syirik orang-orang dahulu.
Namun mana orang yang hatinya faham masalah ini dengan pemahaman yang dalam? Hanya Allahlah tempat memohon pertolongan (untuk menuju ibadah yang sebenarnya kepada-Nya).
Yang kedua:
Bahwasanya orang-orang dahulu itu, disamping menyembah Allah, mereka berdo’a kepada orang yang sangat dekat disisi Allah, baik itu para nabi atau para wali ataupun malaikat. Dan juga mereka menyembah (berdo’a) kepada pepohonan dan batu-batu yang semua itu tunduk dan taat kepada Allah, tidak maksiat kepada-Nya. Sedangkan orang-orang zaman kita, disamping menyembah Allah mereka berdo’a kepada orang-orang yang tergolong manusia paling fasiq, dan orang-orang yang mereka seru itu justru orang-orang yang mereka sebut-sebut sendiri banyak melakukan kejelekan –kejelekan; mulai dari berzina, mencuri, meninggalkan shalat dan lain-lain.
Orang yang beri’tiqad terhadap orang shalih dan sesuatu yang tidak maksiat kepada Allah seperti kayu dan pohon, tentunya lebih ringan dari pada orang yang beri’tiqad terhadap orang yang ia sendiri melihat kefasikan dan kerusakannya, dan ia menyaksikan dengan jelas.
Apabila sudah jelas bagi anda, bahwasanya orang-orang yang pernah diperangi Rasulullah shallahu ‘alaihi wasallam adalah orang-orang yang paling ringan kesyirikannya dari orang-orang musyrik sekarang, maka hendaklah anda tahu, sesungguhnya mereka mempunyai syubhat yang mereka kemukakan sebagai jawaban terhadap apa yang sudah kami sebutkan, dan syubhat ini adalah syubhat yang terbesar. Makanya pusat pendengaran anda baik-baik terhadap jawaban dari syubhat itu
Sumber:
Muwahiid
http://haulasyiah.wordpress.com/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Silahkan kasih komentar, dengan syarat menjaga adab-adabnya, tidak mengandung kata-kata kotor, makian dan sebagainya. Dan kami tidak melayani perdebatan atas sesuatu yang telah jelas dari al-Qur'an, as-Sunnah dan Ijma', namun jika ada hal yang masih samar, silahkan tanyakan