Assalaamu 'alaikum warahmatullahi wabarokaatuh,
jamaah.. ooh jamaah.. (ih, jadi tasyabuh sama siapa gitu).
alhamdulillah, kita Allah telah menanamkan kepada hati-hati kita kecintaan akan ilmu syar'i, sementara berapa banyak diantara saudara-saudara kita yang hatinya sama sekali tak tertarik untuk mengambil warisan para nabi dan rasul ini.
Alhamdulillah, karena saking banyaknya nikmat yang Allah limpahkan kepada kita, kita masih membahas tafsir hamdalah.
ya udahlah, dari pada muqoddimahnya membingungkan, kita mulai..
Sebelumnya, kita telah memahami (insya Allah paham ya), bahwa ada hikmah khusus Allah memilih lafazh pujian alhamdu dari pada lafazh pujian lainnya, dan kita juga telah memahami kenapa Allah memakai jumlah ismiyah dan tidak memakai jumlah fi'liyah dalam firman-Nya alhamdulillah..
Nah, sekarang gimana kalo lafazh alhamdu posisinya manshub? Apakah yang akan terjadi?
Tahukah antum bahwa, ada beberapa susunan kalimat lain yang jika diartikan ke dalam bahasa Indonesia kurang (atau mungkin tidak) memiliki pengaruh kedalaman makna, namun andai ditelisik dalam bahasa Arab memiliki kekuatan bahasa dan bayan yang berbeda. Sususan tersebut yaitu:
الحمدَ لله "alhamda lillah" (manshub)
حمداً لله "hamdan lillah"
Mari coba kita kaji satu persatu, semoga kita dengan rahmat-Nya memperoleh pemahaman lebih mengenai sifat Maha Teliti Allah dalam pemilihan kata dan susunan kalimat firman-Nya ta’ala.
Mengapa Allah tidak berfirman الحمدَ لله "al-hamda lillah"?
Sebab bacaan الحمدُ لله "alhamdu lillah" dengan rafa’ lebih memiliki kekuatan dari pada nashab. الحمدُ لله "alhamdu lillah" tersusun dari jumlah ismiyah sedang الحمدَ لله "alhamda lillah" tersusun dari jumlah fi’liyah yang mengandung (muqadarah) fi’il yaitu نحمد "nahmadu" atau أحمد "ahmadu" atau إحمدوا "ihmaduu" (amr). Sebelumnya telah kita pelajari bahwa jumlah ismiyah lebih kuat dari pada jumlah fi’liyah. Silahkan Cek lagi materi sebelumnya.
Mengapa Allah tidak berfirman حمداً لله "hamdan lillah"
Sebab, الحمدُ لله "alhamdu lillah" adalah isim ma’rifah dengan “al”, sedang حمداً "hamdan" adalah nakiroh. Fungsi ma’rifat “al” disini sebagai penetapan pujian yang tidak bisa diingkari. Pujian-Nya tidak bisa diingkari. Maka maknanya yaitu: Pujian الحمدُ "alhamdu" telah kalian ketahui yaitu Allah. Kalian telah mengetahui pujian الحمدُ "alhamdu" itu bagi Allah, kalian tidak bisa mengingkarinya sekalipun di antara kalian berusaha mengingkari (naudzubillah dan Maha Suci Allah).
Ma’rifat “al” juga berfungsi lil-istighraq, maknanya seluruh/semua/sekabeh-kabehe pujian bagi Allah.
حمداً "hamdan" nakiroh, pujian ini tidak mengandung penetapan dan bisa diingkari. حمداً "hamdan" juga tidak memiliki fungsi al-istighraq.
Sekali lagi sodara-sodara, Pemilihan kata dan susunan الحمدُ لله "alhamdu lillah merupakan pemilihan yang paling kuat, subhanallah…
Afwan, selaki lagi ini menyangkut kaidah bahasa Arab,
Dengan ini kita telah enyelsaikan tafsir hamdalah, silahkan bila ada yang mau menambahkan atau melengkapi fawa'id tentang hamdalah ini, karena hanya seatas itu yang saya ilmui.
Latihan :
1. Kenapa Allah berfirman dengan الحمد لله "alhamdu lillahi", kenapa tidak berfirman dengan أحمد الله "ahmadu lillahi" ?
2. Apa perbedaan kata الحمد "alhamdu" dengan المدْحُ (al-madhu) dan الشكر (as-syukru)?
3. Silahkan dipahami, jika masih ada hal yang belum elas silahkan bertanya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Silahkan kasih komentar, dengan syarat menjaga adab-adabnya, tidak mengandung kata-kata kotor, makian dan sebagainya. Dan kami tidak melayani perdebatan atas sesuatu yang telah jelas dari al-Qur'an, as-Sunnah dan Ijma', namun jika ada hal yang masih samar, silahkan tanyakan