Pendekar Sunnah - Abu Fajri Khusen's Blog

Senin, 28 November 2011

Ringkasan Tafsir al Qur-an Surat al Baqarah Ayat 3 (Session 1)

Alhamdulillah, segala puji bagi Alloh yang telah menurunkan al Qur'an sebagai petunjuk bagi hamba-Nya yang bertakwa.
Shalawat dan salam semoga senantiasa terlimpah kepada Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam, yang telah menyampaikan semua petunjuk dari Robb-nya tanpa ada satu poin pun yang terlewatkan.

Amma ba'du.
Sebelum kita lanjutkan kajian tafsir kita, ada sedikit pemberitahuan yang akan saya sampaikan, bahwa  dikarenakan ada salah seorang ikhwan yang meminta kepadaku agar materi tafsirnya tidak terlalu panjang, maka saya akan membagi tafsir ayat ini menjadi 2 atau 3 edisi. Dan Pada edisi kali ini kita hanya akan membahas tentang firman-Nya :
الَّذِينَ يُؤْمِنُونَ بِالْغَيْب ِْْ
"alladziina yu'minuuna bil ghoibi"



 الَّذِينَ يُؤْمِنُونَ بِالْغَيْبِ وَيُقِيمُونَ الصَّلاَةَ وَمِمَّا رَزَقْنَاهُمْ يُنْفِقُونَ {3}


(yaitu) mereka yang beriman kepada yang gaib, mendirikan shalat, dan menafkahkan sebagian rezeki yang Kami anugerahkan kepada mereka.


1. Makna Ayat Secara Umum
Ayat ini merupakan penjelasan dari ayat sebelumnya tentang siapa yang dimaksud dengan orang yang bertakwa. Ayat ini lantas menjelaskan bahwa orang-orang yang bertakwa mempunyai ciri-ciri sebagai berikut: 1) beriman kepada yang ghaib; 2) mendirikan shalat; dan 3) dan menyumbangkan sebagian rezekinya kepada orang-orang yang berhak. Dan disebutkan dua ciri lagi dalam ayat selanjutnya tentang karakter siapa orang yang bertakwa yang beriman itu.



2. Syarah
يُؤْمِنُونَ بِالْغَيْبِ

"yu'minuuna bil ghoibi'
Mereka membenarkan dengan pembenaran yang pasti (jazim) setiap yang ghaib yang tidak dapat diprediksi dengan panca indera seperti beriman dengan ar-Rabb Tabaraka Wata’ala sebagai zat dan sifat, para Malaikat, hari kebangkitan, serta surga beserta kenikmtan yang ada didalamnya dan neraka beserta ‘azab yang ada didalamnya.


{الَّذِينَ يُؤْمِنُونَ بِالْغَيْبِ }
"alladziina yu'minuuna bil ghiibi" 
(yaitu) mereka yang beriman kepada yang gaib, Abu ja’far ar-Razi menceritakan dari Abdullah, ia berkata: Iman itu adalah tashdiq (pengakuan dan pembenaran).”

وَقَالَ عَلِيّ بْن أَبِي طَلْحَة وَغَيْره عَنْ اِبْن عَبَّاس رَضِيَ اللَّه عَنْهُمَا يُؤْمِنُونَ يُصَدِّقُونَ
Ali bin Abi Thalhah dan juga lainnya, berkata: dari Ibnu Abbas radhiyallohu 'anhuma, ia berkata : ”mereka yang beriman (pada ayat diatas) maksudnya adalah mereka membenarkan. ” Sedangkan mu’amar mengatakan: dari az-Zuhri ia berkata: “Iman itu adalah amal perbuatan"


Menurut Ibnu Jarir, bahwa penafsiran yang lebih tepat bagi ayat ini adalah orang-orang yang disifati diri dengan iman kepada yang ghoib baik melalui ucapan maupun perbuatan. Lafazh Iman kepada yang ghoib itu adalah Keimanan kepada Allah, Kitab-kitabnya dan Rasul-rasul-Nya sekaligus membenarkan pernyataan itu melalui perbuatan.


Berkenaan dengan ini, Ibnu Katsir berkata: secara etimologis (ilmu tentang asal-usul kata, perubahan-perubahannya serta maknanya), bahwa Iman itu berarti pembenaran semata. Al Qur’an sendiri terkadang menggunakan kata ini untuk pengertian ...tersebut. Misalnya apa yang dikatakan oleh saudara-saudara Yusuf 'alaihissalaam kepada ayah mereka:
وَمَا أَنْتَ بِمُؤْمِنٍ لَنَا وَلَوْ كُنَّا صَادِقِينَ
Artinya : “dan kamu sekali-kali tidak akan beriman (percaya) kepada kami, sekalipun kami adalah orang-orang yang benar.” (Yusuf : 17)
Demikian pula jika kata iman itu dipergunakan beriringan dengan amal shalih. Misalnya pada firman Allah dalam al-Ashr : 3
إِلا الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ
Artinya : “kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh”
Adapun jika kata “Iman” itu dipergunakan secara mutlak (bukan dalam konteks kebahasaan), maka iman menurut syari’at tidak mungkin ada kecuali yang diwujudkan melalui keyakinan, ucapan dan amal perbuatan.
Demikian itulah yang menjadi pegangan mayoritas ulama, bahkan telah ijma Imam asy-Syafi’I, Imam Ahmad bin Hanbal, AbuUbaidah, dan lain-lain
أَنَّ الْإِيمَان قَوْل وَعَمَل وَيَزِيد وَيَنْقُص
Artinya : “Bahwa iman itu adalah pembenaran dengan ucapan dan amal perbuatan,bertambah dan berkurang.”
“ Iman ”, secara bahasa, artinya ‘membenarkan’. ( Al-Mu’jam Al-Wasith , kata: iman). Sedangkan pengertian “iman” secara syariat adalah‘sikap membenarkan dengan hati, mengikrarkan dengan lisan, dan mengamalkan konsekuensinya dengan perbuatan...’.[1] ( Ushul Iman fi Dhau Al-Kitab wa As-Sunnah ,340)
Berdasarkan keterangan di atas maka iman tidak hanya di hati, namun juga mencakupucapan lisan dan perbuatan.
Berdasarkan pembagian anggota badan dalam beramal, amal manusia itu bisa dibagi menjadi lima bagian:
1. Ucapan hati, misalnya: membenarkan, meyakini.
2. Amal hati, contohnya: cinta, benci, berharap, niat, sedih, dst.
3. Ucapan lisan, misalnya: mengucapkan dua kalimat syahadat .
4. Amal lisan, segala sesuatu yang hanya bisa dilakukan dengan lisan, seperti: membaca Alquran, membaca zikir.
5. Amal anggota badan, contohnya: berdiri, rukuk, sujud, dst. 
Sebagian ulama mengatakan bahwa beriman kepada yang ghoib sama seperti beriman kepada yang nyata, dan bukan seperti yang difirmankan Allah mengenai orang-orang munafik
وَإِذَا لَقُوا الَّذِينَ آمَنُوا قَالُوا آمَنَّا وَإِذَا خَلَوْا إِلَى ش...َيَاطِينِهِمْ قَالُوا إِنَّا مَعَكُمْ إِنَّمَا نَحْنُ مُسْتَهْزِئُونَ
“Dan bila mereka berjumpa dengan orang-orang yang beriman, mereka mengatakan: “Kami telah beriman.” Dan bila mereka kembali kepada syaitan-setan mereka, mereka mengatakan: “Sesungguhnya kami sependirian dengan kamu, kami hanyalah berolok-olok”. (al-baqarah : 14)
Dengan demikian Firman-Nya { بِالْغَيْبِ } / kepada yang ghoib adalah berkedudukan sebagai menerangkan keadaan (haal), artinya pada saat keadaaan mereka ghoib dari penglihatan manusia. Sedangkan mengenai makna ghoib yang dimaksud disini berbagai ungkapan ulama terdahulu (salaf) yang beragam, semua benar maksudnya.
Mengenai firman Allah { يُؤْمِنُونَ بِالْغَيْبِ} “yaitu mereka yang beriman kepada yang ghoib”
Abu ja’far ar Razi menceritakan dari ar-Rabi’ bin Anas, dari Abu ‘Aliyah, ia berkata :
يُؤْمِنُونَ بِاَللَّهِ وَمَلَائِكَته وَكُتُبه وَرُسُله وَا...لْيَوْم الْآخِر وَجَنَّته وَنَاره وَلِقَائِهِ وَيُؤْمِنُونَ بِالْحَيَاةِ بَعْد الْمَوْت وَبِالْبَعْثِ فَهَذَا غَيْب كُلّه
“Mereka beriman kepada Allah, Malaikat-malaikat-Nya, Kitab-kitab-Nya, Rasul-rasul-Nya, hari akhir, Surga dan neraka, serta pertemuan dengan Allah, dan juga beriman akan adanya kehidupan setelah kematian, serta adanya kebangkitan. Dan semuanya itu adalah hal yang ghoib.
Imam Ahmad meriwayatkan dari Ibnu Muhairiz, ia menceritakan bahwa ia pernah mengatakan kepadaAbu Jam’ah: Beritahukan kepada kami sebuah hadist yang engkau dengan dari Rasulullah sholallahu ‘alahi wasallam, ia pun berkata : Baiklah aku akan ...beritahukan sebuah hadist kepadamu. Kami pernah makan siang bersama Rasulullah, dan bersama kami terdapat Abu ‘Ubaidillah bin al-Jarrah, lalu ia bertanya: Ya Rasulullah, adakah seseorang yang lebih baik daripada kami? Sedangkan kami telah masuk Islam bersamamu dan berjihad bersamamu juga?, Rasulullah menjawab :
نَعَمْ قَوْم مِنْ بَعْدكُمْ يُؤْمِنُونَ بِي وَلَمْ يَرَوْنِي
“Ya ada, yaitu suatu kaum setelah kalian, mereka beriman kepadaku padahal mereka tidak melihatku.”
 
InsyaAllah bersambung pada ayat { وَيُقِيمُونَ الصَّلاةَ وَمِمَّا رَزَقْنَاهُمْ يُنْفِقُونَ}
 Abu Fajri Khusen  

 Subang, tgl berapa sekarang ya..?

Artikel Terkait



2 komentar:

Bintang ulama mengatakan...

maaf mau nambahin resensi aja nih kajian tafsir alquran surah albaqarah aya ke 3 dari kitab tafsir al munir karya syeh nawawi al jawi

Unknown mengatakan...

Mereka beriman kepada Allah, Malaikat-malaikat-Nya, Kitab-kitab-Nya, Rasul-rasul-Nya, hari akhir, Surga dan neraka, serta pertemuan dengan Allah, dan juga beriman akan adanya kehidupan setelah kematian, serta adanya kebangkitan. Dan semuanya itu adalah hal yang ghoib. (Disini msh kurang 1 item rukun iman ustadz

Posting Komentar

Silahkan kasih komentar, dengan syarat menjaga adab-adabnya, tidak mengandung kata-kata kotor, makian dan sebagainya. Dan kami tidak melayani perdebatan atas sesuatu yang telah jelas dari al-Qur'an, as-Sunnah dan Ijma', namun jika ada hal yang masih samar, silahkan tanyakan

Kritik dan Sarannya tafadhol

Blog Sahabat Sunnah