ذَلِكَ الْكِتَابُ لاَ رَيْبَ ِفيهِ هُدَى لِلْمُتَّقِينَ {2}
Kitab (al-Qur'an) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka
yang bertaqwa.
1. Syarah per-kata
ذلك : maksudnya ; هذا (Ini), namun kenapa lafaz هذا dilencengkan kepada (arti) lafaz ذلك karena isyarat dengan لام البعـد mengandung pengertian tingginya kedudukan (المنزلة) dari Al-Quran, derajat serta harkatnya
ذلك : maksudnya ; هذا (Ini), namun kenapa lafaz هذا dilencengkan kepada (arti) lafaz ذلك karena isyarat dengan لام البعـد mengandung pengertian tingginya kedudukan (المنزلة) dari Al-Quran, derajat serta harkatnya
(القدر والشأن).
الكتاب : maksudnya Al-Quran Al-Karim yang dibacakan oleh Rasulullah
Shallallahu 'alaihi Wasallam kepada manusia. [Lafaz الكتاب diartikan
(dalam banyak arti, diantaranya) dengan الفرض (kewajiban) seperti dalam
ayat كتب عليكم الصيام yang artinya ; telah diwajibkan kepada kamu
berpuasa. Juga diartikan dengan العقد بين العبد وسيده (perjanjian antara
seorang hamba dan tuan/majikannya) seperti dalam ayat والذين يبتغون
الكتاب yang artinya ; dan orang-orang yang menginginkan perjanjian/akad.
Lafaz tersebut diartikan juga dengan القدر (takdir) seperti dalam ayat
كتاب الله artinya ; takdir dan qadlaNya ].
لا ريب : artinya لا شك maksudnya ; tidak diragukan lagi bahwasanya ia (Al-Quran) adalah wahyu Allah dan KalamNya yang diwahyukan kepada RasulNya.
فيه هدى : petunjuk kearah jalan yang dapat mengantarkan kepada kebahagiaan dan kesempurnaan di dunia dan akhirat.
لا ريب : artinya لا شك maksudnya ; tidak diragukan lagi bahwasanya ia (Al-Quran) adalah wahyu Allah dan KalamNya yang diwahyukan kepada RasulNya.
فيه هدى : petunjuk kearah jalan yang dapat mengantarkan kepada kebahagiaan dan kesempurnaan di dunia dan akhirat.
للمتقين : bagi orang-orang yang bertaqwa, maksudnya orang-orang yang takut azab Allah dengan berbuat taat kepadaNya ; menjalankan perintah-perintahNya dan menjauhi larangan-laranganNya.
2. Makna ayat secara keseluruhan
Allah Ta’ala memberitahukan bahwa Al-Quran yang diturunkanNya kepada hamba dan RasulNya adalah merupakan kitab yang sangat besar dan agung yang sama sekali tidak mengandung keraguan dan dugaan bahwa ia adalah bukan wahyu Allah dan kitabNya. Hal itu disebabkan ia adalah sebagai mukjizat, disamping petunjuk dan cahaya yang dibawanya bagi orang-orang yang beriman dan bertaqwa hal mana dengan keduanya (iman dan taqwa) dapat mengantarkan mereka kepada jalan-jalan kedamaian, kebahagiaan dan kesempurnaan.
3. Penjelasan
a.
ﻫﺪﻯ "hudan''
Kata ﻫﺪﻯ "hudan" ditinjau
dari segi tata bahasa Arab bisa berkedudukan marfu' sebagai na'at
(sifat), atau manshub sebagai haal (keterangan keadaan).
Kata
"hudan" juga bermakna keimanan yang tertanam di dalam hati. Dan tiada
yang dapat menanamkannya di dalam hati manusia kecuali Alloh Ta'ala.
Sebagaimana Firman-Nya (yang artinya) : "Sesungguhnya kamu tidak akan bisa memberikan petunjuk kepada orang yang engkau cintai" (QS. Al Qashosh: 56).
Dan juga Firman-Nya : "Barangsiapa yang diberi petunjuk oleh Alloh, maka dialah yang mendapat petunjuk. Dan barangsiapa yang disesatkan-Nya, maka kamu tidak akan mendapatkan seorang pemimpin pun yang dapat memberi petunjuk kepadanya." (QS. Al Kahfi : 17)
Sebagaimana Firman-Nya (yang artinya) : "Sesungguhnya kamu tidak akan bisa memberikan petunjuk kepada orang yang engkau cintai" (QS. Al Qashosh: 56).
Dan juga Firman-Nya : "Barangsiapa yang diberi petunjuk oleh Alloh, maka dialah yang mendapat petunjuk. Dan barangsiapa yang disesatkan-Nya, maka kamu tidak akan mendapatkan seorang pemimpin pun yang dapat memberi petunjuk kepadanya." (QS. Al Kahfi : 17)
Selain itu, kata "hudan" juga
bisa berarti penjelasan mengenai sesuatu yang benar, dalil menunjukkan
kebenaran tersebut, serta bimbingan menuju kepadanya. Makna ini
ditunjukkan oleh firman Alloh : "Dan sesungguhnya engkau benar-benar
member...i petunjuk kepada jalan yang lurus" (QS. Asy
Syuuro: 52). Juga firman-Nya : "Sesungguhnya kamu hanyalah seorang
pemberi peringatan. Dan bagi tiap-tiap kaum ada orang yang memberi
petunjuk." (QS. Ar Ra'd: 7), juga firman-Nya : "Dan adapun kaum Tsamud
maka mereka telah Kami beri petunjuk, tetapi mereka lebih menyukai buta
(kesesatan) daripada petunjuk itu." (QS. Fushshilat: 17)
b. للمتقين
Ketahuilah, bahwa taqwa pada
dasarnya adalah menjaga diri dari hal-hal yang dibenci, karena takwa
berasal dari kata al-wiqooyah (penjagaan).
Diriwayatkan bahwa 'Umar bin
al Khaththab radhiyallohu 'anhu pernah bertanya kepada Ubay bin Ka'ab
mengenai takwa, maka Ubay balik bertanya kepadanya: "Tidakkah engkau
pernah melewath jalan yang berduri?" Umar menjawab: "Ya." Ia bertanya
lagi: "Lalu apa yang engkau kerjakan?" Ia menjawab: "Aku berusaha keras
dan sungguh-sungguh untuk menghindarinya." Ubay berkata: "Seperti itulah
takwa"
Makna yang sama juga
dikatakan oleh Ibnul Mu'taz dalam sya'irnya:
خل الذنوب صغيرها*
وكبيرها ذاك التقى
واصنع كماش فوق أرض *
... الشوك يحذر مايرى
ﻻ تحقرن صغيرة *
إن الجبال من الحصى
Tinggalkamlah dosa kecil maupun besar.
Dan yang demikian itu adalah takwa.
Jadilah seperti orang yang berjalan di atas tanah berduri,
berhati-hati terhadap apa yang dilihatnya.
Dan janganlah engkau meremehkan dosa yang kecil,
karena gunung itu berasal dari batu kerikil.
خل الذنوب صغيرها*
وكبيرها ذاك التقى
واصنع كماش فوق أرض *
... الشوك يحذر مايرى
ﻻ تحقرن صغيرة *
إن الجبال من الحصى
Tinggalkamlah dosa kecil maupun besar.
Dan yang demikian itu adalah takwa.
Jadilah seperti orang yang berjalan di atas tanah berduri,
berhati-hati terhadap apa yang dilihatnya.
Dan janganlah engkau meremehkan dosa yang kecil,
karena gunung itu berasal dari batu kerikil.
Syaikh Muhammad bin Sholih
al-Utsaimin menjelaskan makna taqwa dalam kitabul 'ilmi, beliau berkata:
Makna takwa adalah seorang hamba membuat perlindungan antara dirinya dengan sesuatu yang ia takuti. Takwa seorang hamba terhadap Robb-nya be...rarti hamba tersebut membuat perlindungan bagi dirinya terhadap sesuatu yang ditakutinya baik berupa kemarahan ataupun kemuraan Alloh dengan jalan melaksanakan ketaatan dan menjauhi kemaksiatan-kemaksiatan terhadap-Nya.
Makna takwa adalah seorang hamba membuat perlindungan antara dirinya dengan sesuatu yang ia takuti. Takwa seorang hamba terhadap Robb-nya be...rarti hamba tersebut membuat perlindungan bagi dirinya terhadap sesuatu yang ditakutinya baik berupa kemarahan ataupun kemuraan Alloh dengan jalan melaksanakan ketaatan dan menjauhi kemaksiatan-kemaksiatan terhadap-Nya.
Ketahuilah, kadang kata
at-Taqwa disebutkan dengan kata al-Birr. Disebut "al-birr wat taqwa",
sebagaimana firman Alloh Ta'ala : "wa ta'aawanuu 'alal birri wat taqwa"
(QS. Al Maidah: 2).
Jika kata at-taqwa disambung dengan katat al-birr maka... al-birr maknanya adalah mengerjakan perintah-perintah, dan at-taqwa berarti meninggalkan larangan-larangan. Apabila kata at-taqwa disebutkan secara terpisah maka maknanya bersifat umum mencakup pelaksanaan perintah-perintah dan menjauhi larangan-larangan-Nya.
Kasusnya seperti kata islam dan iman, iman dan amal sholeh, serta faqir dan miskin. Kalau bertemu jadi berpisah, kalau berbisah jadi bertemu.
Jika kata at-taqwa disambung dengan katat al-birr maka... al-birr maknanya adalah mengerjakan perintah-perintah, dan at-taqwa berarti meninggalkan larangan-larangan. Apabila kata at-taqwa disebutkan secara terpisah maka maknanya bersifat umum mencakup pelaksanaan perintah-perintah dan menjauhi larangan-larangan-Nya.
Kasusnya seperti kata islam dan iman, iman dan amal sholeh, serta faqir dan miskin. Kalau bertemu jadi berpisah, kalau berbisah jadi bertemu.
As-Suddi menuturkan: Dari Abu
Malik dan dari Abu Shalih, dari Ibnu Abbas, dan dari Murrah
al-Hamadani, dari Ibnu Mas'ud dari beberapa shahabat Rasululloh
shallallohu 'alaihi wasallam (mereka berkata) bahwa, makna hudal
lilmuttaqiin adalah c...ahaya bagi orang-orang yang bertakwa."
Hal ini serupa dengan sebuah hadits bahwa Rasulullah shallallohu 'alaihi wasallam berdo'a : “Ya Allah sesungguhnya aku adalah hamba-Mu, anak hamba-Mu (Adam), dan anak hamba perempuan-Mu (Hawa).Ubun-ubu nku ditangan-Mu, hukuman-Mu jatuh kepadaku, qadha-Mu kepadaku adalah adil. Aku mohon kepada-Mu dengan setiap nama yang telah Engkau gunakan untuk diri-Mu, yang Engkau turunkan kepada kitab-Mu, Engkau ajarkan kepada seseorang dari makhluk-Mu atau yang Engkau khususkanuntuk diri-Mu dalam ilmu ghaib di sisi-Mu. Hendaklah Engkau jadikan Al-Quran sebagai penentram hatiku, cahaya di dadaku pelenyap duka dan kesedihanku”. (HR. Ahmad 1/391 dan Al-Albani menyatakan shahih).
Ketika hati seorang hamba sudah diberi cahaya oleh Alloh, dia bisa melihat mana yang haq dan mana yang bathil. Kalau kita sedang berjalan di kegelapan malam dan kita punya lampu senter,kita yakin dengan jalan yangada di hadapan kita, nampak jelas.
Berbeda halnya dengan orang yang berjalan di kegelapan malam tanpa cahaya, tidak jelas apa yangada di hadapannya, dia akanmeraba-raba tidak karuan, hanya mengandalkan perasaan saja.
Begitu kalo orang yang beragamanya tidak menjadikan al Qur'an sebagai
"senter", hanya mengandalkan perasaan, raba sana raba sini, tau tau nabrak tembok, masuk sumur, dsb.
Dalam beragama tidak boleh dengan perasaan, harus dengan al Qur'an dan as Sunnah ash shohiihah.
Hal ini serupa dengan sebuah hadits bahwa Rasulullah shallallohu 'alaihi wasallam berdo'a : “Ya Allah sesungguhnya aku adalah hamba-Mu, anak hamba-Mu (Adam), dan anak hamba perempuan-Mu (Hawa).Ubun-ubu nku ditangan-Mu, hukuman-Mu jatuh kepadaku, qadha-Mu kepadaku adalah adil. Aku mohon kepada-Mu dengan setiap nama yang telah Engkau gunakan untuk diri-Mu, yang Engkau turunkan kepada kitab-Mu, Engkau ajarkan kepada seseorang dari makhluk-Mu atau yang Engkau khususkanuntuk diri-Mu dalam ilmu ghaib di sisi-Mu. Hendaklah Engkau jadikan Al-Quran sebagai penentram hatiku, cahaya di dadaku pelenyap duka dan kesedihanku”. (HR. Ahmad 1/391 dan Al-Albani menyatakan shahih).
Ketika hati seorang hamba sudah diberi cahaya oleh Alloh, dia bisa melihat mana yang haq dan mana yang bathil. Kalau kita sedang berjalan di kegelapan malam dan kita punya lampu senter,kita yakin dengan jalan yangada di hadapan kita, nampak jelas.
Berbeda halnya dengan orang yang berjalan di kegelapan malam tanpa cahaya, tidak jelas apa yangada di hadapannya, dia akanmeraba-raba tidak karuan, hanya mengandalkan perasaan saja.
Begitu kalo orang yang beragamanya tidak menjadikan al Qur'an sebagai
"senter", hanya mengandalkan perasaan, raba sana raba sini, tau tau nabrak tembok, masuk sumur, dsb.
Dalam beragama tidak boleh dengan perasaan, harus dengan al Qur'an dan as Sunnah ash shohiihah.
Abu Rauq menuturkan: "Dari
adh-dhahhak, dari Ibu 'Abbas, ia berkata: 'Al Muttaqiin adalah
orang-orang mukmin yang sangat takut berbuat syirik kepada Alloh dan
senantiasa berbuat taat kepada-Nya."
Sufyan ats-Tsauri berkata: "Dari
seseorang, dari al-Hasan al-Bashri, ia berkata: Firman-Nya: lil
muttaqiin adalah orang-orang yang sangat takut terhadap siksaan Alloh
bila mengerjakan apa yang telah diharamkan-Nya kepada mereka serta
menunaikan apa yang telah diwajibkan kepada mereka."
Muhammad bin Ishaq
meriwayatkan: "Dari Muhammad bin Abi Muhammad, dari 'Ikrimah atau Sa'id
bin Jubair, dari Ibnu 'Abbas, ia mengatakan: 'al-Muttaqiin adalah
orang-orang yang senantiasa menghindari azab Allah Ta'ala dengan tidak
meninggalkan petunjuk yang diketahuinya, dan selalu mengharapkan
rahmat-Nya dalam mempercayai apa yang terkandung di dalam petunjuk
tersebut."
Sedangkan Qatadah mengatakan:
"Lil muttaqiin adalah mereka yang disifati Allah dalam ayat setelahnya:
(alladziina yu'minuuna bilghoibi wayuqiimuunash sholaata...) "yaitu
orang-orang yang beriman kepada yang ghaib serta mendirikan shalat dan
menafkahkan sebagian rizki yang Kami anugerahkan kepada mereka."
Tentunya
penafsiran-penafsiran diatas tidak saling bertentangan. Semua yang
disebutkan tadi adalah sifat-sifat orang yang bertakwa. Makanya, Ibnu
Jarir memilih bahwa, yang benar adalah ayat ini mencakup semua
makna-makna penafsiran di atas. Dan itulah memang yang shahih, yang
dipilih oleh Ibnu Katsir.
Dan tentunya, pembahasan
tentang takwa ini sangat luas, perlu kajian khusus dan bukan disini tempatnya.
Abu Fajri
Khusen
Dalam
ayat lain seperti dalam surat Ali Imran ayat 4, Alloh berfirman:
"hudan linnaas" (dibaca: hudal linnaas) artinya sebagai petunjuk bagi
manusia. Apakah bertentangan?
Jawab: tidak. Kenapa? Sebab, al Qur'an ini pada asalnya hidayah untu...k seluruh manusia, akan tetapi tidak semua manusia bisa mengambil al Qur'an sebagai hidayah, yang menjadikan al Qur'an sebagai hidayah hanya orang yang bertakwa kepada Alloh saja.
Kenapa mereka tidak mendapatkan hidayah? Karena mereka kehilangan alat-alat untuk memahami, yaitu hati, mata dan telinga. Sebagaimana yang dijelaskan oleh Alloh Ta'ala dalam surat al A'raaf ayat 179.
Jawab: tidak. Kenapa? Sebab, al Qur'an ini pada asalnya hidayah untu...k seluruh manusia, akan tetapi tidak semua manusia bisa mengambil al Qur'an sebagai hidayah, yang menjadikan al Qur'an sebagai hidayah hanya orang yang bertakwa kepada Alloh saja.
Kenapa mereka tidak mendapatkan hidayah? Karena mereka kehilangan alat-alat untuk memahami, yaitu hati, mata dan telinga. Sebagaimana yang dijelaskan oleh Alloh Ta'ala dalam surat al A'raaf ayat 179.
4. Petunjuk ayat
Diantara petunjuk ayat diatas adalah :
Agar memperkuat iman kepada Allah Ta’ala, kitabNya dan RasulNya serta ajakan agar mencari hidayah melalui Al-Quran Al-Karim.
Menjelaskan keutamaan taqwa dan orang-orang yang bertaqwa.
Diantara petunjuk ayat diatas adalah :
Agar memperkuat iman kepada Allah Ta’ala, kitabNya dan RasulNya serta ajakan agar mencari hidayah melalui Al-Quran Al-Karim.
Menjelaskan keutamaan taqwa dan orang-orang yang bertaqwa.
Wallahu Ta'ala a'lam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Silahkan kasih komentar, dengan syarat menjaga adab-adabnya, tidak mengandung kata-kata kotor, makian dan sebagainya. Dan kami tidak melayani perdebatan atas sesuatu yang telah jelas dari al-Qur'an, as-Sunnah dan Ijma', namun jika ada hal yang masih samar, silahkan tanyakan