Pendekar Sunnah - Abu Fajri Khusen's Blog

Rabu, 18 April 2012

Mukhtashar Tafsir al Baqarah ayat 17

Assalaamu 'alaikum warohmatullohi wabarokaatuh. Alhamdulillah atas nikmat-Nya kita dipertemukan kembali dalam kajian rutin tafsir al Qur'an yang sangat keren ini. Shalawat dan salam senantiasa tercurah kepada Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam. ... Pastinya sobat sunnah sekalian udah ga sabaran lagi untuk menyimak, mempelajari, dan memahami tafsir ayat selanjutnya, betul tidak? Tak tertahan lagi rindu menggebu, menggejolak di dalam dada, siang terbayang-bayang di mata, malam terbawa mimpi menggoda, ingin segera berjumpa dengan tafsir ayat selanjutnya. Tenang saja, rindu ini akan segera terobati. Makanya, Langsung saja yuk kita lanjutkan pembahasan kita pada ayat berikutnya, mari 
 مَثَلُهُمْ كَمَثَلِ الَّذِي اسْتَوْقَدَ نَارًا فَلَمَّآ أَضَاءَتْ مَا حَوْلَهُ ذَهَبَ اللَّهُ بِنُورِهِمْ وَتَرَكَهُمْ فِي ظُلُمَاتٍ لاَّ يُبْصِرُونَ
"matsaluhum kamatsali-lladzi-stauqoda naaron, falammaa adhoo-at maa haulahu, dzahaba-llahu binuurihim watarokahum fii zhulumaati-llaa yubshiruun"
artinya :
“Perumpamaan mereka adalah seperti orang yang menyalakan api, maka setelah api itu menerangi sekelilingnya. Allah hilangkan cahaya (yang menyinari) mereka, dan membiarkan mereka dalam kegelapan, mereka tidak dapat melihat.

Tafsir
Diriwayatkan dari Ibnu ‘Abbas dan beberapa shahabat mengenai ayat ini, mereka berkata: “sesungguhnya ada beberapa orang yang masuk Islam ketika Nabi Shallallahu 'alaihi wasallam datang ke Madinah, namun kemudian mereka menjadi orang-orang yang munafiq; mereka diumpamakan seperti seorang laki-laki yang berada dalam kegelapan, kemudian dia menyalakan api sehingga menerangi gangguan-gangguan yang ada di sekelilingnya yang dapat menyakitinya, lantas dia dapat melihatnya (gangguan-gangguan tersebut) dan tahu bagaimana dia dapat menjaga diri darinya. Tatkala dia dalam kondisi demikian, api pun padam sehingga dia tidak tahu bagaimana dia dapat menjaga dirinya dari gangguan-gangguan yang dapat menyakitinya tersebut. Demikian pula halnya dengan orang Munafiq; dia berada dalam kegelapan syirik, kemudian masuk Islam dan mengetahui mana yang halal dan haram, yang baik dan buruk namun kemudian dalam kondisinya yang demikian dia kembali kepada kekufuran sehingga dia tidak tahu lagi mana yang halal dan haram serta mana yang baik dan buruk”.

(Perumpamaan mereka) sifat mereka dalam kemunafikannya itu, (seperti orang yang menyalakan) atau
menghidupkan (api) dalam kegelapan (dan setelah api itu menerangi) atau menyinari (apa yang di sekelilingnya) hingga ia dapatmelihat, berdiang dan merasa aman dari apa yang ditakutinya (Allah pun menghilangkan cahaya yang menyinari mereka)yaitu dengan memadamkannya.
Kata ganti orang dijadikan jamak'him' merujuk kepada makna 'alladzii' (dan meninggalkan mereka dalam
kegelapan tidak dapat melihat) apa yang terdapat di sekeliling mereka, sehingga tidak tahu jalan dan mereka dalam keadaan kecemasan.
Demikianlah halnya orang- orang munafikyang mengucapkankata-kata beriman, bila mereka mati mereka akan ditimpa ketakutan dan azab.


matsalun" (contoh/permisalan), bisa juga dalam bentuk lain seperti مثل "mitslun" atau مثيل "matsiilun", dan jamaknya adalah أمثال "amtsaalun".
Contoh penggunaan kata ini bisa dilihat dalam QS. Al Ankabuut: 43.
Sok geura tingali mushafna


Makna dari permisalan tersebut adalah bahwa Allah Azza wa Jalla menyerupakan tindakan mereka membeli kesesatan dengan petunjuk (lihat edisi sebelumnya) dan perbahan mereka dari melihat menjadi buta, dengan orang yang menyalakan api. Ketika ...api itu menerangi sekitarnya, dan ia bisa melihat apa yang ada di sebelah kanan dan kirinya. Tiba-tiba api itu padam, sehingga ia benar-benar berada dalam kegelapan, tidak dapat melihat dan tidak pula memperoleh petunjuk.
Apalagi kondisi mereka yang seperti itu diperparah lagi dengan keadaan dirinya yang tuli sehingga tidak bisa mendengar, bisu sehingga tidak bisa bicara, dan buta sehingga tidak bisa melihat (nanti insya Allah dibahas pada ayat selanjutnya). Makanya, ia tidak akan dapat kembali seperti semula.
 
Begitu juga keadaan orang-orang munafik yang menukar kesesatan dengan petunjuk, dan mencintai kebathilan daripada petunjuk. Dalam perumpamaan ini terdapat bukti bahwa orang-orang munafik itu pertama kali beriman kemudian kafir, sebagaimana yang telah diberitahukan oleh Allah Azza wa Jalla pada ayat yang lain.  
 
Aku udah pernah bilang biasanya kalo tadinya
gelap trus udah ada cahaya, trus tibA2 padam, nah gelapnya itU
lebiH gelap dr pd gelap yg pertama. masiH mendingan gelap dari awal.
Itu perumpamaAn
keadaAn org muNafik
 
Firman-Nya: "dzahaba-llahu binuurihim." (Allah menghilangkan cahaya mereka), artinya, Allah mengambil sesuatu yang sangat bermanfaat bagi mereka, yaitu cahaya, serta membiarkan sesuatu yang membahayakan bagi mereka, yaitu kebakaran dan asap.
 
"watarokahum fii
zhulumaatin"
(Dan membiarkan mereka dalam kegelapan." yaitu keberadaan mereka dalam keraguan, kekufuran, dan kemunafikan.

"laa yubshiruun"
(Mereka tidak dapat melihat). Maksudnya, mereka tidak mendapat jalan menuju kebenaran serta tidak mengetahuinya.
 
Permasalahan:
Setelah memperhatikan ayat ini, Mungkin diantara kalian ada yang bertanya-tanya (kita anggap aja ada yang bertanya, ya. Tanyain atuh!),
Kenapa pada ayat "..falammaa adhoo-at
maa haulaHU, dzahaba-
llahu binuuriHIM.."
... kok dhomir/kata gantinya berubah, dari mufrod ke jama', dari "HU" ke "HIM"?
Ada yang tau kenapa?
Atau tidak usah dibahas saja lah?
 
Kata Ibnu Katsir, pada saat penyebutan permisalan ini, terjadi perubahan bentuk dhomir/kata ganti dari bentuk mufrod ke jama'. Yaitu dari "HU" ke "HIM" pada kata "haulaHU" dan "binuuriHIM".
Kenapa begitu?
Karena ungkapan seperti ini, kata Ibnu Katsir, selain lebih tegas dan lebih dalam, juga lebih mengena dalam susunannya.
Mungkin bagi kita nampak biasa-biasa aja, ya karena dalam bahasa kita ga ada kaidah seperti itu.
 
Kesimpulan:
Allah Ta'ala membuat perumpamaan tentang orang-orang munafik yang menukar hidayah dengan kesesatan, yang tadinya beriman menjadi kufur itu, sama seperti orang yang menyalakan api yang menerangi sekitarnya sehingga orang itu bisa... melihat apa saja yang ada di sekitarnya, dengan cahaya iman itu dia bisa melihat mana yang hak dan mana yang bathil.
Tapi tiba-tiba api itu padam, jadi gelap deh, ga bisa bedakan mana hak mana bathil, diperingati supaya jangan berbuat kerusakan di muka bumi, jawabnya kami lagi berbuat baik, mengishlahkan antara kaum kuffar dengan mu'minin. Karena gelap, tak ada cahaya iman, jadi ga bisa bedain mana hak mana bathil, yang hak disangka bathil, yang bathil disangka hak. Yang sunnah disangka bid'ah, yang bid'ah disangka sunnah.
 
Si nda makan duren..
Kajian tafsir kali ini end..
Si nda rajin menabung..
Pekan depan insya Allah disambung
       
  
 

Artikel Terkait



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan kasih komentar, dengan syarat menjaga adab-adabnya, tidak mengandung kata-kata kotor, makian dan sebagainya. Dan kami tidak melayani perdebatan atas sesuatu yang telah jelas dari al-Qur'an, as-Sunnah dan Ijma', namun jika ada hal yang masih samar, silahkan tanyakan

Kritik dan Sarannya tafadhol

Blog Sahabat Sunnah