Pendekar Sunnah - Abu Fajri Khusen's Blog

Senin, 21 Mei 2012

Mukhtashar Tafsir al Qur'an Surat al Baqarah Ayat 21

Assalaamu 'alaikum warohmatullohi wabarokaatuh. Alhamdulillah atas nikmat yang tiada tara, yang memenuhi seluruh hati kita, dijadikan-Nya al Qur'an pelipur lara, atas segala musibah dan cobaan yang menimpa, kini kita berjumpa, dalam kajian tafsir al qur'an yang penuh makna, semoga edisi-edisi yang telah lalu tak lupa, makanya murojaah napa.. Shalawat dan salam senantiasa kita haturkan kepada Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam, meskipun belum pernah berjumpa, namun kita sangat cinta, rindu tak tertahan di dalam dada, ingin segera berjumpa di telaga, yang airnya bila diminum seteguk saja tak akan ditimpa dahaga selamanya. Semoga kita dikumpulkan bersama di surga.

setelah kita mengurai 4 ayat tentang karakter orang beriman, 2 ayat tentang orang kafir sejati, dan 13 ayat tentang kaum munafik, sekarang kita membahas kewajiban pertama yang Allah wajibkan untuk kita tunaikan, yaitu beribadah kepada -Nya dengan mentauhidkan-Nya tanpa dikotori dengan kesyirikan.


يَاأَيُّهَا النَّاسُ اعْبُدُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ وَالَّذِينَ مِن قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ 

“ Hai manusia, sembahlah Rabb-mu Yang telah menciptakanmu dan orang-orang yang sebelummu, agar kamu bertaqwa.  
Kata “Yaa ayyuhaa” adalah huruf “nida’” (seruan).
Kata Nida’ ini dalam Al Qur’an ada tujuh bentuk diantarannya adalah sebagai berikut :
1. Nidaa’ madah (seruan pujian) berbentuk kata “Wahai Nabi”
2. Nidaa’ dzamm (seruan celaan) berbentuk kata “Wahai orang- orang Yahudi”
3. Nidaa’ tanbiih (seruan peringatan) berbentuk kata “Wahai Manusia”
4. Nidaa’ idhaafah (seruan tambahan) berbentuk kata “Wahai hamba Ku”
5. NIdaa’ nisbah (seruan dengan menyebut nisbat) berbentuk kata “Wahai anak cucu Adam”
6. Nidaa’ tasmiyah (seruan dengan menyebut nama) berbentuk kata, “Wahai Daud” (salah satu contoh)
7. Nidaa’ ta’niif (seruan sebagai teguran keras) berbentuk kata “Wahai ahli kitab”
Salah satu pendapat tentang tafsir ayat 21 ini adalah bahwa ayat ini mencakup kepada semua manusia. Maka, kepada orang- orang yang beriman dimaksudkan agar mereka tetap beribadah, sedangkan
kepada orang- orang kafir dimaksudkan agar mereka segera menyembah Allah, dan pendapat ini sangat baik.

Pada ayat 21 ini, adalah perintah yang bersifat umum bagi seluruh manusia dengan sebuah perintah yang
umum, yaitu ibadah yang komplit dengan menaati perintah-perintah Allah, menjauhi larangan larangan Nya, dan mempercayai kabar-kabar Nya, lalu Allah memerintahkan mereka kepada tujuan dari penciptaan
mereka, Allah berfirman, "Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah Ku." (Adz- Dzaariyat: 56)
Kemudian Dia beralasan atas kewajiban beribadah kepadaNya semata karena Dia-lah Rabb kalian yang telah menganugerahkan kepada kalian berbagai macam nikmat, lalu Dia menciptakan kamu dari tidak ada dan Dia juga menciptakan orang-orang sebelum kamu.

Ayat ini menjelaskan bahwa Dia-lah Pencipta, Pemberi rizki, bagi alam semesta berikut penghuninya dan
yang memberi rizki kepada mereka. Dengan demikian, hanya Dia-lah yang berhak diibadahi, tidak ada sekutu bagi-Nya. Oleh karena itu Allah berfirman, "Karena itu janganlah kamu mengadakan sekutu-sekutu
bagi Allah, padahal kamu mengetahui." (Al-Baqarah: 22)
(Yaa Ayyuhannaasu’budu rabbakumulladzi khalaqakum: Hai manusia, sembahlah Rabb-mu Yang telah menciptakanmu); disini, Allah mengkhususkan ni’matul khalq (nikmatNya yang dianugerahkan kepada manusia berupa penciptaan mereka-red) dan memperbanyak dalam menyebut anugerahNya tersebut atas mereka karena seluruh nikmat-nikmatNya merupakan tindak lanjut darinya (ni’matul khalq). Nikmat tersebut merupakan sumber utama yang tanpanya tidak akan ada sesuatupun dari nikmat-nikmat tersebut. Demikian pula, orang-orang kafir mengakui bahwa Allah adalah al-Khaliq , sebagaimana dalam ayat: (Dan sungguh jika kamu bertanya kepada mereka:”Siapakah yang menciptakan mereka, niscaya mereka menjawab:”Allah”…, [QS. 43/az-Zukhruf:87] ) ; disini juga, Dia Ta’ala memperbanyak dalam menyebut anugerahNya atas mereka berupa sesuatu yang mereka sendiri mengakuinya dan tidak pernah mengingkarinya.
(walladziina min qablikum la’allakum tattaquun: dan orang-orang yang sebelummu, agar kamu bertaqwa); dengan menjadikan sesuatu yang dapat menjaga mereka dari ‘azab Allah, yaitu berupa keimanan dan amal yang shalih setelah meninggalkan kesyirikan dan semua kemaksiatan.
jadi, tauhid rububiyyah menuntut adanya tauhid uluhiyyah.
 

Artikel Terkait



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan kasih komentar, dengan syarat menjaga adab-adabnya, tidak mengandung kata-kata kotor, makian dan sebagainya. Dan kami tidak melayani perdebatan atas sesuatu yang telah jelas dari al-Qur'an, as-Sunnah dan Ijma', namun jika ada hal yang masih samar, silahkan tanyakan

Kritik dan Sarannya tafadhol

Blog Sahabat Sunnah