Pendekar Sunnah - Abu Fajri Khusen's Blog

Kamis, 01 November 2012

Mukhtashar Tafsir al Qur'an Surat al Baqarah Ayat 27 (part 2)

Assalaamu'alaykum warohmatullaahi wabaarokaatuh..
Alhamdulilah, kita lanjutkan pembahasan tafsir kita yang sempat terhenti beberapa pekan karena bebarapa faktor, diantaranya faktor umur, lho? 
Sebelum makin ngaco, kita langsung saja lanjutkan ke materi.


الَّذِينَ يَنقُضُونَ عَهْدَ اللَّهِ مِن بَعْدِ مِيثَاقِهِ وَيَقْطَعُونَ مَا أَمَرَ اللَّهُ بِهِ أَن يُوصَلَ وَيُفْسِدُونَ فِي الأَرْضِ أُولَئِكَ هُمُ الْخَاسِرُونَ
Yaitu orang-orang yang melanggar perjanjian Allah sesudah perjanjian itu teguh. Dan memutuskan apa yang diperintahkan Allah (kepada mereka) untuk menghubungkannya. Dan membuat kerusakan di muka bumi. Mereka itulah orang-orang yang merugi.”.
 وَيُفۡسِدُونَ فِى ٱلۡأَرۡضِ‌ۚ "wayufsiduuna fil-ardhi". (Dan membuat kerusakan di muka bumi).
Salah satu karakter orang kafir adalah membuat kerusakan di muka bumi. Apa yang dimaksud membuat kerusakan di muka bumi? Syaikh Muhammad Bin Shaleh Al Utsaimin menjelaskan bahwa membuat kerusakan di muka bumi mempunyai 2 makna:
1. Membuat kerusakan di muka bumi secara fisik, seperti penggundulan hutan, exploitasi hasil laut, polusi udara, dsb.
2. Perusakan secara maknawi. Banyak sekali ulama tafsir yang menjelaskan bentuk kerusakan yang kedua ini. Sebagaimana yang dijelaskan oleh Ibnu Jarir ath Thabari, beliau menjelaskan makna merusak bumi pada ayat ini yang merupakan karakter orang kafir adalah bermaksiat kepada Allah, kufur, mendustakan Allah, hukum yang dipuputuskan, mengingkari kebenaran yang datang dari Allah.
Beribadah kepada selain Allah alias kesyirikan, inilah bentuk perusakan yang lebih parah daripada merusak bumi secara fisik. Makanya imam al Qurthubi ketika menafsirkan ayat ini berkata: maksudnya adalah ya'buduuna ghairallah wahaadzaa gholiyatul fasad. Dan ini adalah puncak pengrusakan yang tertinggi, yaitu beribadah kepada selain Allah atau syirik.

Jadi kalau kita bandingkan antara dua kerusakan, berupa fisik dan melakukan ibadah yang tidak ada tuntunannya, bid'ah, syirik, kufur, mendustakan agama, mengolok-olok agama, ini lebih parah daripada merusak secara fisik.
 
Makanya dalam QS. al A'raf ayat 96 Allah berfirman:
وَلَوْ    أَنَّ    أَهْلَ    الْقُرَىٰٓ    ءَامَنُوا۟    وَاتَّقَوْا۟    لَفَتَحْنَا    عَلَيْهِم    بَرَكٰتٍ    مِّنَ    السَّمَآءِ    وَالْأَرْضِ    وَلٰكِن    كَذَّبُوا۟    فَأَخَذْنٰهُم    بِمَا    كَانُوا۟    يَكْسِبُونَ    ﴿الأعراف:٩٦  
Al A'raf:96 ﴿
"Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya". 
Bukti bahwa bentuk kerusakan type kedua ini lebih parah, buktinya dakwah para Rasul, khususnya Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam adalah membasmi bentuk kerusakan type kedua ini. Sebab kalau kerusakan type dua ini sudah teratasi, maka akan berdampak positif terhadap kerusakan type pertama. Karena pola hidup manusia akan berubah. Ketika dia bertakwa kepada Allah, tauhidnya benar, komitmen kepada islam, maka pola hidupnya yang terbiara merusak, akan berubah.
Sok aja, kalo dia yakin akan kembali kepada Allah untuk dihisab, maka ketika dia punya kendaraan knalpotnya dibenerin, diservis, sehingga tidak mencemari lingkungan. Kalo dia konsisten dengan agamanya, ia akan mengganti knalp6tnya yang bising itu, yang bikin polusi suara, sebab kata Nabi, laa dhoror walaa dhiror. Jadi, masalah knalpot ini berkaitan dengan iman kepada haqi akhir, sodara-sodara.
Jadi, memperbaiki kerusakan dalam agama lebih penting daripada memperbaiki kerusakan secara fisik. Jangan disangka semua bencana yang terjadi itu tidak ada kaitannya dengan agama. Kaitan rusaknya bumi dengan rusaknya aqidah itu sangat erat. Jadi, harusnya kita semangat mencegah orang berbuat kesyirikan sebagaimana kita semangat mencegah orang membuamg sampah sembarangan, menggunduli hutan, dsb.
أُولَئِكَ هُمُ الْخَاسِرُونَ
 "ulaaika humul khoosiruun"
(Mereka itulah orang-orang yang merugi).
Berkata Ibnu Jarir: "al khoosiruuna jamak dari kata al khoosiru, yaitu mereka yang mengurangi perolehan rahmat bagi diri mereka sendiri dengan cara berbuat maksiat kepada Allah. Sebagaimana seseorang merugi dalam bisnisnya tersebut.
Demikian halnya dengan orang-orang munafik dan orang-orang kafir merugi, karena Allah mengharamkan bagi mereka rahmat-Nya yang sengaja diciptakan bagi hamba-hamba-Nya. Sesungguhnya pada hari kiamat kelak mereka sangat membutuhkan rahmat Allah tersebut.    
    
 

Artikel Terkait



1 komentar:

Bapak'e Hanifah mengatakan...

السلام عليكم ورحمةالله وبركاته
numpang singgah akhi

Posting Komentar

Silahkan kasih komentar, dengan syarat menjaga adab-adabnya, tidak mengandung kata-kata kotor, makian dan sebagainya. Dan kami tidak melayani perdebatan atas sesuatu yang telah jelas dari al-Qur'an, as-Sunnah dan Ijma', namun jika ada hal yang masih samar, silahkan tanyakan

Kritik dan Sarannya tafadhol

Blog Sahabat Sunnah