Pendekar Sunnah - Abu Fajri Khusen's Blog

Jumat, 20 Mei 2011

Tafsir Al - Faatihah part 1 - Isti'adzah


Al Faatihah (Pembukaan)
Surat Makkiyyah

A. Mengapa dinamai al Faatihah?

Karena surat ini merupakan surat pertama yang ditulis di dalam al Qur'an, juga karena surat ini selalu mengawali setiap shalat.

B. Nama lain dari Surat Al Faatihah.
1. Ummul Kitab.
Surat al Faatihah disebut juga Ummul Kitab menurut jumhur ulama.
Al Bukhari menyebutkan dalam awal kitab at Tafsiir: "Disebut Ummul Kitab, karena al Faatihah ditulis pada permulaan al Qur'an dan dibaca pada permulaan shalat. Ada juga yang berpendapat bahwa ia disebut demikian karena seluruh kandungan al Qur'an kembali kepada apa yang dikandungnya."

Ibnu Jarir mengatakan: "Orang Arab menyebut semua yang mencakup atau mendahului sesuatu-jika ada hal-hal lain yang mengikutinya dan ia sebagai pemuka yang meliputi hal-hal tersebut-dengan nama umm. Misalnya, umm al-ra's, sebutan untuk kulit yang melapisi otak (kepala). Mereka juga menyebut bendera dan panji yang menyatukan sebuah pasukan dengan umm."

Makkah disebut umm al-Qura' karena keberadaannya terlebih dahulu dan sebagai penghulu bagi kota-kota lain. Ada juga yang berpendapat karena bumi dibentangkan darinya.

2. Asy Syifa' (penyembuh).
Dinamakan asy Syifa' berdasarkan hadits marfu' yang diriwayatkan oleh Ad Darimi dari Abu Sa'id : "Fatihatul kitab merupakan syifa' dari setiap racun."
riwayat ini maudhu', Syaikh al Albani berkata: "MAUDHU'," lihat Dhu'iiful Jaami' 3950.

3. ar Ruqyah.
Berdasarkan hadits Abu Sa'id, yaitu ketika meruqyah seseorang yang terkena sengatan, maka Rasulullah bersabda, "Dari mana engkau tahu bahwa Al-Fatihah itu adalah ruqyah."

4. Ash-Shalah.
Al-Fatihah disebut Ash-Shalah, karena Al-Fatihah itu sebagai syarat sahnya salat.

5. al-Hamdu.
Dari Abu Hurairah radliyallâhu ‘anhu, dia berkata, aku telah mendengar Rasulullah Shallallâhu ‘alaihi Wa Sallam bersabda, “Allah Ta’ala berfirman, ‘Aku telah membagi shalat antara diri-Ku dan hamba-Ku dengan dua bagian; separuhnya untuk-Ku dan separuhnya lagi untuk hamba-Ku dan bagi hamba-Ku apa yang dia minta. Bila seorang hamba mengucapkan, ‘al-Hamdulillâhi Rabbil ‘Alamîn.’ Allah Ta’ala menjawab, ‘Hamba-Ku telah memuji-Ku.’ Dan bila dia mengucapkan, ‘ar-Rahmânir Rahîm.’ Allah Ta’ala menjawab, ‘Hamba-Ku telah menyanjung-Ku.’ Dan bila dia mengucapkan, ‘Mâliki Yawmid Dîn.’ Allah Ta’ala menjawab, ‘Hamba-Ku telah mengagungkan-Ku.’ Dan bila dia mengucapkan, ‘Iyyâka na’budu wa iyyâka nasta’în.’ Allah Ta’ala menjawab, ‘Inilah (bagian) yang diantara-Ku dan hamba-Ku dan bagi hamba-Ku apa yang dimintanya.’ Dan bila dia mengucapkan, ‘Ihdinash Shirâthal Mustaqîm Shirâthal Ladzîna An’amta ‘alaihim Ghairil Maghdlûbi ‘alaihim wa ladl Dlâllîn.’ Allah Ta’ala menjawab, ‘Inilah yang buat hamba-Ku dan bagi hamba-Ku apa yang dimintanya.” (HR.Muslim).

6. As-Sab’ul Matsâniy.
Lihat haditsnya di bawah.


C. Keutamaan surat Al Fatihah.
Al Fatihah merupakan surat yang paling agung.
Dari Abu Said radhiallahu anhu dia berkata:
كُنْتُ أُصَلِّي، فَدَعانِي النبيُّ صلى الله عليه وسلم فَلَمْ أُجِبْهُ. قُلْتُ: يا رسولَ اللهِ إِنِّي كُنْتُ أصلي، قالَ: أَلَمْ يَقُلِ اللهُ: { اسْتَجِيبُواْ لِلّهِ وَلِلرَّسُولِ إِذَا دَعَاكُم }؟ ثُمَّ قال: أَلآ أُعَلِّمُكَ أَعْظَمَ سُوْرَةٍ فِي القرآنِ قَبْلَ أَنْ تَخْرُجَ مِنَ الْمَسْجِدِ؟ فَأَخَذَ بِيَدِي. فَلَمّا أَرَدْنا أَنْ نَخْرُجَ قُلْتُ: يا رسولَ اللهِ إِنَّكَ قُلْتَ: لَأُعَلِّمَنَّكَ أَعْظَمَ سورةٍ في القرآنِ، قالَ: { الْحَمْدُ للّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ } هِيَ السَّبْعُ الْمَثانِي وَالقرآنُ الْعَظِيْمُ الَّذِي أُوْتِيْتُهُ
“Aku pernah shalat lalu Nabi shallallahu alaihi wasallam memanggilku akan tetapi aku tidak mendatangi beliau. Setelah itu saya berkata, “Wahai Rasulullah, sesungguhnya tadi saya sedang shalat.” Maka beliau bersabda, “Bukankah Allah berfirman, “Penuhilah Allah dan Rasul-Nya jika dia memanggil kalian.”? Kemudian beliau bersabda, “Inginkan kamu aku ajarkan surah yang teragung dalam Al-Qur`an sebelum kamu keluar dari masjid?” Lalu beliau memegang tanganku. Tatkala kami akan keluar, aku berkata, “Wahai Rasulullah, tadi engkau berkata, “Sungguh aku akan mengajarkan kepadamu surah yang teragung dalam Al-Qur`an.” Beliau menjawab, “ALHAMDULILLAHI RABBIL ALAMIN,” surah (Al-Fatihah) inilah tujuh ayat yang dibaca berulang-ulang dan merupakan Al-Qur`an Al-Azhim yang diberikan kepadaku.” (HR. Al-Bukhari no. 5006).


Dari shahabat Ubay bin Ka’ab radhiallahu ‘anhu, bahwasanya Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam berkata kepadanya: “Maukah engkau aku beritahukan sebuah surat yang tidak ada dalam kitab Taurat, Injil, Zabur, dan demikian pula tidak ada dalam Al Furqan (Al Qur’an) surat yang semisalnya? Kemudian Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam memberitakan surat itu adalah Al Fatihah”. (HR. At Tirmidzi no. 2800)

D. Pengertian Isti'adzah :
isti'adzah (الإستعاذة) berarti memohon perlindungan kepada Allah dari kejahatan setiap yang jahat.
Kata العياذة (al-iyaadzah) menunjukkan permohonan pertolongan dalam usaha menolak kejahatan, sedangkan اللياذ (al-liyaadzu) menunjukkan permohonan pertolongan dalam upaya memperoleh kebaikan.


E. I'rob Isti'adzah :

أعوذ : fiil mudlare (kata kerja yang menunjukkan sedang/akan diperbuat) marfu dommah. Karena kosong dari adat nasab dan adat jazm.

Dan failnya (Subjeknya) adalah dlamir (kata ganti) yang tersembunyi dari kalimat itu, taqdirnya adalah “saya”. Maknanya: “saya akan berlindung


بالله : “BA” adalah huruf jar, mabni kasrah. Sedangkan kalimat “Allah” adalah isim majrur, tanda jar-engan dua kalimat di atas.dhamir yang tersembunyi, yaitu: "perkirang dari adat nasab dan adat jazm. ri.

nya adalah kasrah.

Dan jar-majrur menempati tempat nasab berkedudukan “maf’ul” (Objek).


من : “MIN” adalah huruf jar. Keadaannya tetap kasrah. Jika disambung dengan kalimat lain sesudahnya, maka akan diberi harakat sesuai kadar yang dibutuhkan kalimat sesudahnya, guna supaya tidak berat mengucapkannya.


الشّيطان : isim yang majrur oleh huruf “MIN”. tanda jarnya adalah kasrah yang nampak diakhirnya. Syibhul jumlah jar-majrur menempati tempat nasab berkedudukan maf’ul yang kedua.

الرّجيم : sifat dari “Syaiton”. Tanda jarnya adalah kasrah yang nampak diakhirnya.

Kalimat “Ar-Rajim” boleh ropa, berkedudukan sebagai khobr mubtada mahdzuf. Takdirnya: ُ هو الرّجيم

Dan boleh juga nasab, berkedudukan sebagai maf’ul (objek). Takdirnya:الرجيمَ أذمّ


Makna bacaan Ta’awwudz :

أَعُوْذُ بِاللِه مِنَ الشََّيْطَانِ الرَّجِيْمِ

Artinya: “Aku berlindung kepada Allah dari godaan syaitan yang terkutuk.”

Maknanya: “Aku berlindung kepada Allah dari kejelekan godaan syaitan agar dia tidak menimpakan bahaya kepadaku dalam urusan agama maupun duniaku.”

- Isti’adzah/ta’awwudz (meminta perlindungan) adalah ibadah. Oleh sebab itu ia tidak boleh ditujukan kepada selain Allah. Karena menujukan ibadah kepada selain Allah adalah kesyirikan.

F. Isti’adzah ada 4 macam :

1. Isti’adzah kepada Allah subhanahu wata’alayaitu isti’adzah yang mengandung kesempurnaan rasa butuh kepada Allah dan berlindung kepadanya serta meyakini penjagaan dan kesempurnaan pemeliharaan Allah subhanahu wata’ala dari segala sesuatu baik sekarang maupun yang akan datang, kecil maupun besar, yang berasal dari manusia maupun selainya.

Dalilnya adalah Al-Qur’an surah Al-Falaq dan surah An-Naas hingga akhir ayat.

2. Isti’adzah dengan salah satu sifat dari sifat-sifat Allah subhanahu wata’ala,seperti isti’adzah dengan kalam-Nya, keagungan-Nya, kemuliyaan-Nya, dan semacamnya. Dalilnya adalah do’a Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam pada pagi dan sore hari

Artinya: “Aku berlindung dengan kalimat-kalimat Allah yang sempurna dari kejelekan apa-apa yang Dia ciptakan[Hadits shohih riwayat At-Tirmidzi dan Ahmad].

3. Isti’adzah kepada orang mati atau orang yang masih hidup tetapi tidak ada di tempat dan tidak mampu melindungi. Isti’adzah jenis ini adalah syirik.

Termasuk isti’adzah jenis ini adalah apa yang dikabarkan melalui firman Allah subhanahu wata’ala

وَأَنَّهُ كَانَ رِجَالٌ مِّنَ الْإِنسِ يَعُوذُونَ بِرِجَالٍ مِّنَ الْجِنِّ فَزَادُوهُمْ رَهَقًا

Artinya: “Dan bahwasanya ada beberapa orang laki-laki di antara manusia meminta perlindungan kepada beberapa laki-laki di antara jin, Maka jin-jin itu menambah bagi mereka dosa dan kesalahan” (QS.Al-Jin 6).

4. Isti’adzah dengan apa-apa yang meyakinkan untuk berlindung padanya dari kalangan makhluk baik itu manusia atau tempat ataupun selainnya. Isti’adzah jenis ini dibolehkan, berdasarkan sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam tatkala menyebutkan tentang fitnah :

Yang bermakna : “Barangsiapa yang mendekati fitnah tersebut, maka fitnah itu akan menjeratnya. Maka barangsiapa yang mendapati tempat bersandar atau tempat berlindung, hendaklah dia berlindung dengannya” [muttafaqun ‘alaih]

Dan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam memperjelas makna “tempat berlindung” ini dengan sabdanya:

Yang bermakna: “Barangsiapa yang memiliki unta maka hendaknya dia menggunakan untanya (sebagai tempat berlindung-pent)” [muslim]

Adapun jika seseorang meminta perlindungan dari kejelekan orang yang zholim, maka wajib untuk melindunginya. Sebaliknya, jika dia meminta perlindungan agar bisa melakukan sesuatu yang terlarang atau lari dari kewajiban, maka haram untuk melindunginya.

G. Disyari'atkannya beristi'adzah ketika membaca Al-Qur'an dalam sholat atau diluar sholat.
Dalilnya :

(فَإِذَا قَرَأْتَ الْقُرْآنَ فَاسْتَعِذْ بِاللَّهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيمِ)

"Apabila kamu membaca Al Quran hendaklah kamu meminta perlindungan kepada Alloh dari syaithon yang terkutuk". (QS. An Nahl [16]: 98)


H. Hukum Isti'adzah :

Membaca isti'adzah dalam sholat hukumnya sunnah, ini adalah pendapat yang lebih benar menurut jumhur ulama'. Imam Syafi'i rohimahulloh berkata: "Jika meninggalkannya karena lupa, tidak tahu ilmunya, atau disengaja, maka sholatnya tidak diulangi dan tidak sujud sahwi". Al-Um: 1/129)

Dan dalilnya bahwa Nabi sholallohu alaihi wa sallam tidak mengajari A'robi (orang badui) untuk beristi'adzah ketika mengajarinya tata cara sholat. Jika wajib Rosululloh sholallohu alaihi wa sallam tentu akan mengajarinya.

I. Kapan disunnahkan beristi'adzah, sesudah atau sebelum membaca al-qur'an ?

Yang masyhur menurut jumhurul ulama bahwa isti'adzah dilakukan sebelum membaca Alquran guna mengusir godaan setan. Menurut mereka, ayat yang berbunyi, (yang artinya)
"Jika kamu hendak membaca Alquran, maka hendaklah kamu minta perlindungan kepada Allah dari setan yang terkutuk," artinya jika kamu hendak membaca. Sebagaimana firman-Nya, (yang artinya)
"Jika kamu hendak mendirikan salat, maka basuhlah wajah dari kedua tangnmu." (Al-Maidah: 6), artinya jika kalian bermaksud mendirikan salat.

Wallahu a'lam.
Insya Allah bersambung...

Artikel Terkait



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan kasih komentar, dengan syarat menjaga adab-adabnya, tidak mengandung kata-kata kotor, makian dan sebagainya. Dan kami tidak melayani perdebatan atas sesuatu yang telah jelas dari al-Qur'an, as-Sunnah dan Ijma', namun jika ada hal yang masih samar, silahkan tanyakan

Kritik dan Sarannya tafadhol

Blog Sahabat Sunnah