Pendekar Sunnah - Abu Fajri Khusen's Blog

Selasa, 15 Mei 2012

Mukhtashar Tafsir al Qur'an Surat al Baqarah ayat 20


Assalaamu 'alaikum warohmatullohi wabarokaatuh. Alhamdulillah yang senantiasa memberikan nikmat-nikmat-Nya yang tak terkira banyaknya, meskipun terkadang kita dilanda sakit sekalipun, dibalik itu terdapat nikmat-Nya yang besar berupa pahala, rahmat dan pengampunan dosa. Shalawat dan salam senantiasa tercurah atas Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam. Sobat sunnah yang aku cintai karena Allah, kita lanjutkan yu kajian tafsir kita.

Sebelumnya mari kita murojaah tafsir ayat 19 pada pertemuan yang lalu,
(Au ka-shayyibin minas samaa’: Atau seperti (orang-orang yang ditimpa) hujan lebat dari langit); yang
dimaksud dengan ash-Shayyib adalah al-Mathar (hujan yang lebat); Allah menjadikannya sebagai
perumpamaan bagi al-Qur’an karena ia turun dengan hal yang menakutkan orang-orang Munafiq.
(fiihi zhulumaatun wa ra’dun wa barqun : disertai gelap gulita, guruh dan kilat) ; hal itu semua merupakan
peringatan-peringatan al- Qur’an.
(yaj’aluuna ashaabi’ahum fii aazaanihim minash shawaa’iqi hazaral maut: mereka menyumbat telinganya dengan anak jarinya, karena (mendengar suara) petir, sebab takut akan mati); artinya, mereka menjaga diri mereka dari bahaya dengan sesuatu yang tidak dapat menjaga diri mereka, demikian pula dengan orang-orang Munafiq; mereka hanya bisa menutup telinga mereka agar tidak mendengar ayat-ayat
al-Qur’an. (wallaahu muhiithun bil kaafiriin: Dan Allah meliputi orang-orang yang kafir); makna “al-ihaathah” adalah mengambil sesuatu dari segala sisi sehingga tidak ada lagi yang terlewati.


  يَكَادُ الْبَرْقُ يَخْطَفُ أَبْصَارَهُمْ كُلَّمَا أَضَاءَ لَهُمْ مَشَوْا فِيهِ وَإِذَا أَظْلَمَ عَلَيْهِمْ قَامُوا وَلَوْ شَاءَ اللَّهُ لَذَهَبَ بِسَمْعِهِمْ وَأَبْصَارِهِمْ إِنَّ اللَّهَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ
Hampir-hampir kilat itu menyambar penglihatan mereka. Setiap kali kilat itu menyinari mereka, mereka berjalan di bawah sinar itu, dan bila gelap menimpa mereka, mereka berhenti. Jikalau menghendaki, niscaya Dia melenyapkan pendengaran dan penglihatan mereka. Sesungguhnya Allah maha kuasa atas segala sesuatu.” 

1. Kosa Kata 
(يَكَادُ) Yakaadu : Dekat, hampir.
(يَخْطَفُ) Yakhthafu : Menangkap dengan cepat.
(أَبْصَارَهُمْ) Abshaarahum : Kata ‘Abshar’ adalah bentuk jamak dari kata ‘Bashar’ yang artinya mata yang digunakan untuk melihat.

2. Tafsir Ayat

(Hampir saja) maksudnya mendekati (kilat menyambar penglihatan mereka) merebutnya dengan cepat.
(Setiap kali kilat itu menyinari mereka, mereka berjalan padanya) maksudnya pada cahaya atau di bawah sinarnya, (dan bila gelap menimpa mereka, mereka pun berhenti) sebagai tamsil dari bukti- bukti keterangan
ayat-ayat Alquran yang mengejutkan hati mereka.
Mereka membenarkannya setelah mendengar padanya hal-hal yang mereka senangi sehingga mereka berhenti dari apa-apa yang dibencinya.
(Sekiranya Allah menghendaki, niscaya dilenyapkan-Nya pendengaran dan penglihatan mereka) baik yang
lahir maupun yang batin
(Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu) yang dikehendaki-Nya, termasuk apa-apa yang telah
disebutkan tadi.

(yakaadul barqu yakhthafu abshaarahum:
Hampir-hampir kilat itu menyambar penglihatan mereka); hampir-hampir ayat-ayat al-Qur’an yang muhkam (yang jelas dan tidak samar lagi) menunjukkan aib-aib orang-orang Munafiq.
(kullamaa adhaa-a lahum masyau fiihi: Setiap kali kilat itu menyinari mereka, mereka berjalan di bawah sinar itu); artinya, jika mereka memiliki banyak harta, anak-anak serta mereka mendapatkan ghanimah (harta rampasan) dan melakukan penaklukan, maka mereka berpartisipasi dan terus jalan sembari berkata: ‘kalau begitu, sesungguhnya agama Muhammad Shallallahu 'alaihi wasallam adalah benar’, lalu mereka akan konsekuen dengannya.
(wa idzaa azhlama ‘alaihim qaamu : dan bila gelap menimpa mereka, mereka berhenti); jika harta-harta mereka musnah dan mereka ditimpa bencana; mereka berkata: ’ini semua demi agama Muhammad Shallallahu 'alaihi wasallam ‘, lalu mereka kemudian murtad dan kembali kepada kekufuran.

‎(wa-lau syaa Allaahu la-zahaba bisam’ihim wa abshaarihim. Innallaaha ‘alaa kulli syai-in qadiir : Jikalau Allah
menghendaki, niscaya Dia melenyapkan pendengaran dan penglihatan mereka. Sesungguhnya Allah
berkuasa atas segala sesuatu); dan jika Allah menghendaki niscaya Dia Ta’ala akan melenyapkan pendengaran dan penglihatan mereka sebab Dia Ta’ala Maha Kuasa atas segala sesuatu. Demikianlah
kondisi orang-orang Munafiq padahal al-Qur’an turun dan menyinggung tentang kekufuran, yakni berupa
azh-Zhulumaat (kegelapan), menyinggung tentang al- Wa’iid (ancaman), yakni berupa petir dan guntur,
menyinggung tentang hujjah- hujjah dan penjelasan- penjelasan, yakni berupa kilat dengan kekuatan cahayanya. Mereka takut al- Qur’an turun dan menyingkap kedok dimana mereka berlindung dibaliknya
sehingga membuat mereka dihukum; bila ada ayat turun dan tidak menyinggung serta membicarakan mereka,
mereka terus berjalan dalam keimanan mereka yang hanya secara zhahir, dan bila ada ayat-ayat turun dan
mengecam kebathilan dan apa yang mereka lakukan mereka berdiri ling-lung dan bingung; tidak dapat
melangkah maju atau mundur; bila Allah menghendaki untuk mengambil/melenyapkan pendengaran-pendengaran dan penglihatan-penglihatan mereka niscaya Dia dapat melakukannya karena Dia merupakan Ahlinya dan Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu.
Begitulah keadaan yang akan mereka (orang-orang munafik) kelak pada hari kiamat, yaitu ketika manusia diberi cahaya sesuai dengan keimanannya. Diantara mereka ada yang diberi cahaya yang dapat menerangi perjalanan beberapa mil, dan ada yang diberi kurang atau lebih dari itu. Ada juga yang cahayanya terkadang mati dan kadang menyala. Ada juga yang kadang berjalan dan kadang berhenti, bahkan ada juga yang cahayanya mati sama sekali, mereka itulah orang munafik tulen yang Allah sebutkan melalui firman-Nya pada ayat lain: "Pada hari ketika orang-orang munafik laki-laki dan perempuan berkata kepada orang-orang yang beriman: 'Tunggulah jami supaya kami dapat mengambil sebagian dari cahayamu. 'dikatakan kepada mereka: 'kembalilah kamu ke belakang dan carilah sendiri cahaya (untukmu)."
QS. Al Hadiid: 13

Dan tentang orang-orang beriman, Allah berfirman:
"Pada hari ketika Allah menghinakan Nabi dan orang-orang yang beriman bersama dengan dia. Sedangkan cahaya mereka memancar di hadapan dan di sebelah kanan mereka, sambil mereka berkata: 'Ya Rabb kami, sempurnakanlah bagi kami cahaya kami dan ampunilah kami. Sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu.'" (QS. At Tahrim: 8)
Dengan begitu, Allah telah membagi orang-orang kafir menjadi dua macam, yaitu yang menyerukan kepada kekafiran dan yang hanya ikut-ikutan (muqollid), sebagaimana disebutkan pada awal surat al Hajj: "Di antara manusia ada yang membantah tentang Allah tanpa ilmu dan mengikuti setiap syaitan yang sangat jahat."
(QS. al Hajj: 3)
Dan Dia telah membagi orang Mukmin -pada awal surat al Waqi'ah dan di akhirnya, juga pada surat al Insan- menjadi dua bagian,
1. As-sabiqun, yaitu mereka yang didekatkan kepada Allah, dan
2. Ashabul Yamin, yaitu orang-orang yang berbuat kebajikan.
Dan orang munafik juga dibagi menjadi 2 geng, orang munafik murni/tulen, dan orang munafik yang dalam dirinya masih ada iman dan masih ada juga kemunafikan.
Sebagaimana hadits dari Abdullah bin Amr, Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Ada tiga hal, yang jika ketiganya ada pada seseorang, maka ia seorang munafik tulen. Dan barangsiapa yang pada dirinya terdapat salah satu dari ketiganya, maka pada dirinya itu terdapat satu sifat kemunafikan sampai ia meninggalkannya. Yaitu: orang yang apabila berbicara berdusta, apabila berjanji tidak menepati, dan apabila diberi amanah berkhianat." (muttafaq 'alaih)
Dari hadits diatas para ulama mengambil dalil bahwa dalam diri manusia itu mungkin saja terdapat salah satu unsur kemunafikan, baik yang bersifat amali berdasarkan hadits ini maupun i'tiqodi sebagaimana yang telah dijelaskan oleh ayat al Qur'an dan yang dikatakan oleh sekelompok ulama salaf maupun khalaf.
إن الله على كل شيء قدير
"Inna-llaha 'ala kulli syai'in qadiir"
(Sesungguhnya Allah maha berkuasa atas segala sesuatu."
makna kata
قدير
"qodiirun" berarti قادر "qoodirun" (Dzat yang berkuasa).
Ini disebut dengan SHIGHOT MUBALAGHOH, yaitu bentuk isim fail yang menunjukkan arti SANGAT atau MAHA
Ibnu Abbas berkata: "Artinya bahwa Allah, berkuasa atas segala adzab atau ampunan yang hendak diberikan kepada hamba-hamba-Nya. 
Maaf hanya sedikit yang dapat saya sampaikan. Semoga bermanfaat
 
 

Artikel Terkait



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan kasih komentar, dengan syarat menjaga adab-adabnya, tidak mengandung kata-kata kotor, makian dan sebagainya. Dan kami tidak melayani perdebatan atas sesuatu yang telah jelas dari al-Qur'an, as-Sunnah dan Ijma', namun jika ada hal yang masih samar, silahkan tanyakan

Kritik dan Sarannya tafadhol

Blog Sahabat Sunnah